Advertisement

Advertisement

Cerbung Aliando Prilly "Ketika Cinta Harus Memilih" Part 3



Suara jangkrik terdengar mengalun merdu dimalam yang semakin pekat ini, langit bersih. Tak ada bintang dan bulan dimalam ini.
Penghuni langit seakan malas beranjak keluar dari peraduan nya, alam seakan ikut merasakan kepedihan yang diderita oleh wanita mungil yang tergeletak tak berdaya diatas kingsize disebuah kamar rumah mewah yang berada ditingkat dua itu.
Sejak sore tadi sang Suami tak beranjak dari sana untuk menemani sang Istri tercinta yang masih betah dengan alam bawah sadarnya itu.
Perlahan kelopak mata itu terbuka, untuk beberapa kali mengerjab untuk menyesuaikan cahaya yang menyilaukan retina matanya.
“Prill.. Kamu udah sadar,“ Ali terlihat cemas dan menyenderkan kepala Prilly dalam dada bidang nya.
Untuk beberapa saat Prilly masih terdiam, mencoba mencerna kejadian yang telah dia alami sebelum memasuki alam sadar.
“Mas..“ Lirihnya.
“Apa?“ Sahut Ali sambil mengelus helaian rambut Prilly yang begitu lembut.
“Aku mau..kita...cerai!“
`Degh!`
Ali membulatkan bola matanya dan menangkup wajah Prilly, di kecup nya bibir Prilly sekilas seakan menyampaikan kalau dia sangat mencintai Prilly.
“Kamu bicara apa sih Prill?“ Ali mengusap pipi Prilly penuh kasih sayang.
Air mata itu, kenapa air mata itu harus terjun lagi. Tak bosan kah dia keluar setiap kali dadanya terasa sesak, tak letih kah dia menjadikan sang pemilik nya terlihat cemas?.
“Aku tak bisa jadi penghancur rumah tangga kalian..“ Lirihnya lagi. Air mata itu semakin banyak merembesi pipi nya, jatuh berderai seiring dengan isyakan kecil yang keluar.
“aku mencintai mu..“ Sahut Ali.
“Aku mau kita cerai!“ Ucap Prilly sekali lagi dengan kalimat yang sama.
Dia tau kalau itu tidak disukai اَللّهُ , tapi dia juga tak mau menjadi perusak kebahagiaan rumah tangga orang lain. Dia tidak bisa! Bagaimana kalau dia yang berada diposisi Linda? Apa dia sanggup melihat Suami nya memiliki Istri selain dirinya?
“Tidak bisa!“ Sahut Ali tegas.
Di rengkuh nya tubuh mungil Prilly kedalam dada bidang nya, menyalurkan kehangatan kedalam tubuh masing-masing. Suara isyakan Prilly semakin terdengar memilukan, mengapa dia serapuh ini?
“Kenapa?“ Prilly mendongak kan wajahnya dan menatap nanar wajah Ali.
“Sayang, aku gak bisa.. Kita gak bisa cerai, dan__tidak akan pernah..“ Lirih Ali sendu.
“Mas egois..“ Kesal Prilly
“Bukan sayang.. Kamu tau.._ini, disini..“ Ali menuntun tangan Prilly untuk mengelus perutnya yang masih datar.
“Disini, ada nyawa yang sangat berharga yang berkembang disini sayang..“ Ali menggerakan tangan Prilly untuk mengusap perutnya sendiri.
`Degh!`
Benarkah?!
Kenapa dia hadir diwaktu seperti ini?
Apa harus bahagia?
Atau sedih mendengar berita ini.?
“Aku minta maaf.. Aku gak bisa jelaskan alasan ku.. Yang perlu kamu tau, aku mencintai mu Prilly.. Tapi _aku juga mencintai keluarga ku. Istri ku, dan anak ku di Jakarta..!“
**
Angin sore terus membelai setiap benda yang ia temui, warna ke orange'an sudah terukir diufuk barat.
Betapa indah ukiran dilangit senja,.
Burung-burung beterbangan saling berebut untuk kembali ke sarang.
Riak-riak air danau juga jadi pengantar alam indah ini untuk kembali keperaduan.
Senja yang indah!
Senja yang damai!
Sebuah senyum berbalut luka terukir diwajah cantik wanita ini.
Dia menatap senja dengan tatapan kosong, sulit dilukiskan arti sorot matanya. Sebentar-bentar mata nya terpejam untuk merasakan hembusan angin yang menerpa nya, memainkan rambut-rambut nya.
Hingga sebuah tangan kokoh yang melingkar diperut Prilly berhasil menyentak nya ke alam nyata.
“Ayo pulang, sudah senja.. Nanti masuk angin..“ Suara bariton Ali menembus indera pendengaran Prilly. Suara lembut itu seakan menjadi suara horror yang terdengar ditelinga Prilly.
Hanya cinta yang ia punya, tapi kenapa cinta itu terlalu cepat menyakiti nya? Adakah cara agar dia terbebas dari ini semua?.
Prilly menghela nafas sejenak, membalikan tubuhnya dan berjalan mendahului Ali. Ada rasa sesak bila mengingat dirinya hidup diantara orang lain. Apa tak ada tempat yang lebih layak lagi untuk dirinya? Sehingga ketika cinta datang menyapa pun harus merasakan sesakit ini.
“Mas, aku mau rujak..“ Pinta nya sedikit lemah, dari tadi dia hanya berbaring dijok belakang karena tak kuat kalau harus duduk.
Ali menoleh ke belakang, tepat dimana istri nya itu sedang meringkuk sendirian.
“Iya, kita cari ya sayang..“ Ali menjawab selembut mungkin. Setelah beberapa saat dia menepikan mobilnya didekat pinggiran jalan. Kebetulan ada tempat jual rujak dipinggir jalan yang masih buka.
“Kamu mau makan di mobil atau disana aja?“ Tanya Ali.
“Disiniii..“ Rengeknya manja. Ali hanya tersenyum melihat tingkah Prilly seperti itu, setidak nya itu bisa mengurangi beban pikiran nya.
**
“Lagii...“ Lagi dan lagi Prilly merengek minta disuapin rujak oleh Ali. Itu sudah rujak bungkus kedua yang Prilly lahap,.
“Aaaaakkk..“
“Enak?“ Tanya Ali untuk kesekian kali nya juga.
Prilly hanya mengangguk dan bergelayut manja. Entah mengapa kesedihan nya tiba-tiba menguap entah kemana. Yang ada sekarang dia hanya ingin bermanja dengan Suami nya.
Prilly bukan lah type wanita yang manja sebenarnya, mungkin karena bawaan bayi lah dia jadi begini.
keduanya masih enggan beranjak dari sofa, padahal jam dinding sudah menunjukan pukul 21.30 wib.
Keduanya terlihat asyik dan saling bercengkrama.
`ddrrrrtttt..drrrttt..`
Keduanya terinterupsi oleh suara getar ponsel milik Ali.
Pria itu mengernyit melihat ID penelpon. Dia menatap ragu ke arah Prilly, seakan minta izin.
Prilly mengerti dan mengangguk perlahan, mencoba melukiskan senyuman diwajah nya.
Kesedihan itu datang lagi, menggores luka hatinya. Tapi ia mencoba tidak egois akan hal ini.
Ali beranjak dari sofa, sedikit menjauh dari Prilly. Ia tak ingin Prilly sedih lagi akibat mendengar pembicaraan nya ditelpon bersama Linda.
“Kenapa Lin?“ Tanya Ali ketika panggilan sudah ia terima.
`Kapan Pulang Mas? Nabila demam, dia ngigo nama Mas terus..`
“Jangan panik.. Udah dibawa ke Dokter?“ Tanya Ali lagi sedikit cemas.
`sudah Mas.. Sebaiknya Mas pulang besok ya, dia seperti nya kangen sama Mas..`
“Okey.. Aku pulang besok.. Terus kabari keadaan Nabila ya , Lin..“
`klik!`
Ali menghela nafas panjang dan mengusap wajah nya frustasi.
Dia kasihan melihat Prilly yang baru saja bahagia kini harus kecewa kalau dia pulang ke Jakarta besok.
Tapi dia juga tidak ingin Putri kecil nya kenapa-napa.
Dia harus bicara dengan Prilly.
“Sayang.. Maaf ya lama, masih mau rujak nya?“ Tanya Ali sambil duduk disamping Prilly yang kini terpekur.
“E-nggak Mas, udah kenyang. Aku ngantuk, mau tidur..“ Prilly pura-pura terlihat tenang, seakan dirinya tidak sakit hati.
Dia tidak ingin egois, setidaknya dia tidak boleh banyak pikiran. Itu kata Dokter yang memeriksa nya ketika dia dalam keadaan pingsan kemaren.
“Aku mau minta izin sesuatu, apa boleh?“ Tanya Ali agak ragu.
“He'em..“
“Heemm.. Nabila lagi demam, dia seperti nya kangen aku.. Apa boleh aku pulang besok?“ Tanya Ali hati-hati.
Beginikah Tuhan mempermain kan perasaan nya.? Baru sebentar merasa ngefly, kini dirinya kembali terhempas.
“Tentu boleh..ya sudah ayo tidur..“ Prilly beranjak terlebih dahulu meninggalkan Ali yang masih terdiam di sofa.
Air mata sialan!
Kenapa selalu terjun bebas seperti ini!
Prilly buru-buru menghapus air matanya sebelum Ali melihat dirinya menangis.
BERSAMBUNG

Tag: ,

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas