Mengapa harus ada kebohongan dalam sebuah ikatan suci, itu bukan permainan yang lucu!
•
Pagi-pagi sekali Prilly sudah berkutat didapur kecil Apartemen nya, memasak nasi goreng untuk sarapan mereka pagi ini.
Walau pun rasa sakit terus menggerogoti hati nya karena Ali belum jujUr perihal status nya, tapi dia tetap harus menjalankan kewajiban nya sebagai seorang Istri yang berbakti pada Suami.
Walau pun rasa sakit terus menggerogoti hati nya karena Ali belum jujUr perihal status nya, tapi dia tetap harus menjalankan kewajiban nya sebagai seorang Istri yang berbakti pada Suami.
“Hueemm.. Sayang, masakan kamu wangi bener...“ Ali berdiri disamping Prilly yang tengah sibuk mengaduk nasi goreng didalam wajan.
“Masa?“
“Beneran Prill.. Masakan kamu bikin Mas kangen..“ Ujar Ali meyakin kan.
Prilly menaikan satu Alis nya dan menatap sekilas Suaminya dengan tatapan miris.
Prilly menaikan satu Alis nya dan menatap sekilas Suaminya dengan tatapan miris.
“Cuma masakan ku Mas? Atau ada masakan-masakan dari tangan wanita lain yang bikin Mas kangen..?“ Pertanyaan Prilly yang lebih mirip pernyataan itu membuat Ali sedikit tersinggung dan menatap heran pada wanita yang baru ia nikahi 3 bulan itu.
“Maksud kamu apa sih sayang?“ Heran ali.
“Nggak ada kok Mas.. Ohh ya, tolong ambilin Piring Mas, nasi nya udah jadi..“ Prilly mengukir senyuman dibibirnya walau harus menahan sakit dihati. Wanita ini sangat pandai menyembunyikan kesedihan nya.
Keduanya terlarut dalam acara sarapan pagi ditemani keheningan, hanya suara sendok garpu yang terdengar berdenting saling beradu.
Prilly merasa tak ada yang harus ia bicarakan, dia hanya fokus pada pikiran nya saja. Beginilah setiap kali dia makan, sulit rasanya menelan buliran nasi yang kecil itu. Nafsu makan nya hilang seketika bila ingat kejadian itu.
`drrrttt...drttt..`
Kedua insan itu menoleh secara bersamaan pada ponsel yang bergetar diatas meja.
“Sayang, aku terima telpon dulu ya..“ Prilly hanya menangguk menatap punggung Suami nya yang menjauh dari dapur. Kenapa tidak bicara disini saja?
••
“Iya sayang, iya Papa juga kangen.. Nabila dirumah aja ya Sama Mama, nanti kalau Papa pulang kerja, Papa bawain boneka yang banyak buat Nabila..”
“...................”
“Iya, Papa sayang Nabila kok.. Gak bakalan cari Mama baru deh sayang..”
“..................”
“Mana Mama nya biar Papa ngomong sama Mama..“
“.................“
“Sayang, aku pulang nya minggu depan ya, masih ada kerjaan disini.. “
“..............“
“Iya, nanti aku beliin deh yang model terbaru.. Udah ya sayang, aku lagi sarapan.. Hati-hati dirumah.. Muach.. Bye!”
“...............“
`klik!`
Ali menarik nafas lega setelah pembicaraan nya ditelpon usai.
Tanpa ia sadari kalau Prilly sedari tadi menguping pembicaraan nya ditelpon.
Tanpa ia sadari kalau Prilly sedari tadi menguping pembicaraan nya ditelpon.
Wanita itu luruh kelantai karena tak kuat lagi menopang tubuhnya yang lunglai seketika.
Rasanya benar-benar sakit, dadanya sesak seakan tak mampu lagi menghirup oksigen.
Buliran-buliran bening meluncur bebas dipipinya, membuat anak sungai kecil yang mengalir dipipi chubby itu.
Rasanya benar-benar sakit, dadanya sesak seakan tak mampu lagi menghirup oksigen.
Buliran-buliran bening meluncur bebas dipipinya, membuat anak sungai kecil yang mengalir dipipi chubby itu.
Waktu yang berdetak seakan tak mampu berhenti, semilir angin pagi mengalun pilu seperti sebuah lagu kesedihan. Wanita ini terduduk tak berdaya dipembatas balkon, air mata yang terus mengalir membuat pandangan nya semakin kabur.
Kenapa harus ada dia diantara kehidupan orang lain? Nabila? Anak? Itu pasti anak Suami nya.. Betapa bahagianya kehidupan rumah tangga mereka, betapa berdosa nya dia menjadi dinding pembatas diantara keluarga bahagia itu.
Kenapa harus ada dia diantara kehidupan orang lain? Nabila? Anak? Itu pasti anak Suami nya.. Betapa bahagianya kehidupan rumah tangga mereka, betapa berdosa nya dia menjadi dinding pembatas diantara keluarga bahagia itu.
“PRILLY!“ Ali menjerit histeris ketika melihat tubuh Istrinya terbaring tak berdaya diatas lantai dengan sisa-sisa air mata yang membasahi wajahnya.
Pria itu tergopoh membopong tubuh mungil Prilly ke atas kasur,.
“Kamu kenapa sayang?“ Ali terlihat cemas dan mencoba membaui hidung Prilly dengan minyak angin yang ia ambil dari laci disamping tempat tidur mereka.
Mata itu sembab.., wajahnya terlihat pucat.. Ali panik! Apa jangan-jangan Prilly mendengar pembicaraan nya ditelpon tadi?
Arghh! Ali meremas kasar rambutnya frustasi.
Mata itu sembab.., wajahnya terlihat pucat.. Ali panik! Apa jangan-jangan Prilly mendengar pembicaraan nya ditelpon tadi?
Arghh! Ali meremas kasar rambutnya frustasi.
**
Semilir angin menggoyang kan pohon-pohon bunga yang tumbuh liar disebuah taman kecil.
Harum nya aroma bunga yang baru bermekaran membuat wanita ini merasa dirinya berada disurga.
Tangan nya diremas lembut oleh tangan kokoh milik Suami nya. Pria tampan berbulu mata lentik itu membuatnya hanyut dalam pesona.
Mereka berjalan ber'iringan menyusuri taman bunga itu sambil sesekali bersenda gurau, sampai sebuah suara yang lantang berhasil menghentikan aksi kedua insan itu.
Harum nya aroma bunga yang baru bermekaran membuat wanita ini merasa dirinya berada disurga.
Tangan nya diremas lembut oleh tangan kokoh milik Suami nya. Pria tampan berbulu mata lentik itu membuatnya hanyut dalam pesona.
Mereka berjalan ber'iringan menyusuri taman bunga itu sambil sesekali bersenda gurau, sampai sebuah suara yang lantang berhasil menghentikan aksi kedua insan itu.
“PAPAAA!!!“ Keduanya lantas membalikan tubuh mereka ketika melihat seorang anak kecil berusia sekitar 3 tahunan berlari ke arah mereka. Dibelakang gadis kecil itu berjalan sesosok wanita cantik dalam balutan bajuu berwarna putih.
“Nabila.. Kok kalian ada disini?“ Ali menatap heran sosok gadis kecil bernama Nabila itu, di elusnya rambut panjang Nabila dengan kasih sayang.
“Dia kangen kamu Mas, “ jawab wanita cantik dibelakang Nabila sehingga mereka bertiga menoleh atas wanita itu.
“Lin, kenapa kamu ajak Nabila kesini?“ Tanya Ali.
“Dia kangen Mas.. Dia cari kamu terus.. Katanya kamu gak boleh jauh-jauh..“ Jawab wanita itu lembut, sorot matanya memancar kan penuh kasih sayang.
“Owh.. Sini Papa peluk kalau kangen..“ Ali merengkuh tubuh mungil Nabila dalam pelukan nya, tangan nya juga terulur untuk meraih Linda, ketiga insan itu lantas saling berpelukan melepas rindu. Mengumbar kebahagiaan yang tak mereka sadari kalau seseorang tengah menyaksikan adegan bahagia mereka dengan hati nyeri, miris dan sesak.
**
“Hiks..hiks.. Kenapa ? Kenapa aku hadir disini? Kenapa aku hadir ditengah-tengah kebahagiaan kalian?? Hiks..hiks...“
“Sayang! Hey bangun..“ Ali menepuk pelan Pipi Prilly yang tengah meracau dengan mata yang masih terpejam. Bulir bening terus mengalir dari sudut mata wanita cantik itu, nafas nya ter-engah-engah ketika kesadaran nya telah pulih.
“Minum dulu..“ Ali membantu Istrinya meminum air putih yang telah ia bawakan, Prilly bersandar di di headboard kasur dengan keringat dingin yang membanjiri tubuhnya.
“Kamu kenapa Prill? “ Ali menggenggam tangan Prilly dan mengecup nya lembut.
Dada wanita itu kembali sesak ketika mengingat Pembicaraan Ali dan Mimpi nya tadi.
Dia hadir ditengah keluarga yang berbahagia! Ini salah! Seharus nya dia pergi, dia perlu bicara soal ini.
Dada wanita itu kembali sesak ketika mengingat Pembicaraan Ali dan Mimpi nya tadi.
Dia hadir ditengah keluarga yang berbahagia! Ini salah! Seharus nya dia pergi, dia perlu bicara soal ini.
“Mas..“ Lirihnya mencoba kuat.
“Kenapa sayang?“ Ali duduk disamping tempat tidur sambil terus menggenggam tangan Prilly. Hatinya juga berdebar-debar, dia tau arti tatapan sayu Istri nya itu.
“Kamu jujur sesuatu Mas.. Jelas kan sama aku.. Kamu pasti ngerti kan apa maksudku..“ Lirih Prilly yang tak tahan lagi dengan desakan air matanya yang semakin bergerumul keluar.
Hening!
Ruangan itu seketika hening, hanya suara isyakan kecil dari Prilly yang sesekali terdengar. Ali menghela nafas panjang dan melepaskan tautan tangan nya dari Prilly.
Dia berjalan ke arah jendela yang mengarah keluar.
Prilly ikut berdiri dan menunggu jawaban ali dengan hati yang tak karuan lagi detakan nya.
Dia berjalan ke arah jendela yang mengarah keluar.
Prilly ikut berdiri dan menunggu jawaban ali dengan hati yang tak karuan lagi detakan nya.
“Huhh... Aku minta maaf Prill.. Aku memang sudah beristri, dari pernikahan itu aku sudah memiliki seorang anak yang usia nya baru 3 tahun, nama nya Nabila.
Aku memang tak pernah jujur dengan status ku selama ini, karena aku takut kehilangan kamu.. Aku cinta sama kamu Prill..“ Ucap Ali menjelaskan setelah sekian lama terpekur dalam diam.
Aku memang tak pernah jujur dengan status ku selama ini, karena aku takut kehilangan kamu.. Aku cinta sama kamu Prill..“ Ucap Ali menjelaskan setelah sekian lama terpekur dalam diam.
Nyess!
Prilly merasakan dunia berputar sangat cepat, kepalanya pusing, tubuhnya lemas seketika.
`Brukh!`
“PRILL!!“
Ali menahan tubuh Prilly yang seketika ambruk itu.. Dibelainya wajah itu dengan lembut, kecemasan tampak terpancar dari sorot mata Pria berbulu mata lentik itu.
“Ta-pi,_ke-napa Mas, menikahi ku? Aku merasa su-dah ja-di perusak kebahagia-an orang la-in Mas.. A-ku sa-kitt Mas..“ Lirih Prilly terbata.
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar