Advertisement

Advertisement

Cerbung Aliando Prilly "Ketika Cinta Harus Memilih" Part 4



PRILLY
Sedang apa kamu disana sayang? Apa sedang bahagia! Oh syukur lah nak, Bunda senang bila kamu bahagia disana.
Ku usap perut ku yang sudah semakin buncit ini, hari ini usia kandungan ku genap 6 bulan.
Selama ini pula Kak Ali selalu bolak-balik Jakarta-Bandung hanya untuk menjenguk ku atau sekedar memenuhi kemauan ngidam ku yang cukup aneh.
Mulai dari pengen tidur dipelukin Kak Ali, pengen makan masakan kak Ali. Pengen lihat kak Ali pakai Daster. Sampai-sampai anggota keluarga selalu geleng-geleng kepala melihat permintaan konyol ku yang masih banyak lagi tak perlu ku ceritakan.
Alhamdulillah, Kak Ali selalu menurutinya. Kalau pun dia sedang berada di Jakarta, dia selalu menelpon ku sebelum tidur, dan selalu ingin berbicara dengan calon bayi kami katanya.
Syukur juga karena اَللّهُ masih mengizin kan ku tersenyum selama kehamilan ini, aku tak ingin stres berlarut--aku takut janin ku kenapa-napa.
“Kak, pulang ya.. Malam ini dedek nya pengen dipeluk lagi sama Ayah nya..“ Rengek ku melalui ponsel.
Ku dengar kak Ali menghela nafas panjang. Aku tau dia banyak kerjaan dikantor nya, tapi aku tak mau tau! Aku pengen kak Ali pulang menemani ku malam ini juga.
`besok ya Prill, aku masih sibuk..`
“Gak mau tau ya kak! Sore ini harus ada di Bandung. TITIK!”
`klik!`
Sambungan telpon langsung ku putuskan secara sepihak, yah beginilah kemauan hamilku semakin menjadi-jadi. Kak Ali terkadang setiap hari harus bolak-balik karena anak Istri nya diJakarta juga sering meminta pulang.
**
AUTHOR
“Selamat sore kesayangan Ayah..” Ali tersenyum ketika menyapa perut buncit Prilly. Di elusnya dengan lembut dan mendaratkan satu ciuman disana.
“Bunda kamu keterlaluan sayang, Ayah sampai gak sempat makan lho..“ Adu nya seolah sang bayi mendengarkan.
Prilly hanya bisa tertawa geli menatap tingkah Suami nya. Tapi itu lah yang dia ingin kan. Lihat lah! Ali sekarang terlihat agak kurusan, pakaian sedikit awut-awutan.
Bulu-bulu halus mulai tumbuh diarea dagu dan kumis nya juga mulai terlihat.
Itu semua permintaan Prilly, katanya dia ngidam pengen lihat Adam Suami Inul artis dangdut itu lho*hehee*.
“Ayo masuk..“ Ali merangkul Prilly untuk memasuki Lift, karena sedari tadi mereka berdiri diluar gedung Apartemen. Pemandangan seperti itu sudah lumrah bagi para penghuni Apartemen. Mereka turut senang melihat kemesraan sepasang suami istri itu. Secara luar! Yang tak kasat mata??
“Dek, Ayah jahat ya gak bawa ole-ole untuk kita..“ Keluh Prilly sembari duduk disofa dengan wajah manyun.
“Yaa ampuunn sayang, mana sempet sih.. Kamu nya mendadak minta kakak cepat pulang.. Untung pakai pesawat pribadi, kalau nggak __susah Prill..“ Kini giliran Ali yang mengeluh.
Prilly terkiki geli dan menyenderkan kepalanya dalam dada bidang Ali. Merasakan hangat nya dekapan Ali.
Menyatukan detak jantung mereka hingga menjadi sebuah alunan yang sangat indah didengar.
Berbahagia lah selagi waktu itu masih ada.
“Besok aku pulang lagi Prill, masih banyak kerjaan. Mungkin 3 mingguan aku gak pulang dulu, sampai semua selesai.. Setelah itu aku bakalan pulang bawa ole-ole buat kalian, kan sekalian mandi 7 bulanan kita..“ Ucap Ali penuh kelembutan sambil mengusap perut buncit Prilly. Keduanya saling pandang dan melempar senyum.
Keduanya menuju tempat tidur, melelapkan tubuh yang lelah.
Menyelami alam mimpi yang berbeda namun dengan tujuan yang sama.
Andai waktu bisa berhenti sekarang, tolong hentikan!
Jangan biarkan kebahagiaan sederhana ini menguap begitu cepat.
**
“Papaaa!!“ Gadis kecil itu terus berlari dan melompat dalam gendongan Ali.
Pipi gembil dengan rambut terurai, sangat menggemaskan.
“Apa sayang? Nabila kangen sama Papa terus yaa?“ Tanya Ali sambil menggendong gadis kecil itu dan membawanya duduk diayunan ditaman belakang rumah.
“Iya, Bila kesepian disini Pa..“ Gadis kecil itu mencembikan bibirnya, membuat Ali gemas dan mencubit kedua pipi gembil Nabila.
“Iya tuh Pa, katanya mau punya temen..“ Sahut Linda yang baru muncul sambil membawa nampan yang berisi minuman dan cemilan.
Keduanya lantas menoleh. Nabila menyembunyikan wajah nya didada bidang Ali.
“Ihh.. Anak Papa kok malu gitu sih.. Iya nanti kita cari teman ya sayang..“ Ali mengusap rambut Nabila sambil terkekeh kecil melihat tingkah anaknya itu.
“Oh ya Pa, gak kita bikinin adek aja tuh buat Nabila..“ Celetuk Linda.
`Degh!`
Hati Ali terasa Nyess ketika mendengar celetukan Linda, dia seketika ingat wajah Prilly.
Teringat perut Prilly yang semakin membuncit, dia juga membayangkan dari rahim Prilly keluar bocah kecil yang menggemaskan.
Ali menghela nafas panjang dan menatap Linda dengan sendu.
“Gak perlu Lin, tunggu sampai Nabila besar dulu..“ Kilah Ali dengan suara rendah.
“Yaa yaa.., Papa selalu gitu ya, Bil.. Selalu me'No 1 kan pekerjaan dari pada urusan keluarga..“ Cibir Linda.
“LIN!“ Suara Ali sedikit meninggi karna geram.
“Apa? Emang kenyataan nya kan Pa? Papa lebih mementingkan pekerjaan..“ Sahut Linda lagi dengan sorot menantang.
“Kalau aku me'No 1 kan pekerjaan! Aku gak mungkin bolak-balik Jakarta-Bandung hanya untuk menemani Nabila bermain!“ Geram Ali mulai tersulut emosi.
Mereka tak menyadari kalau perdebatan mereka disaksikan bocah kecil.
“Itu resiko kamu Pa! Makanya berhenti ngurusin kerjaan di Bandung, bukan nya disana sudah ada Kevin?! “
“Lin! Ahh sudah lah, gak ada habis nya kalau berdebat sama kamu.. Gimana aku mau betah dirumah..“ Ali memilih mengalah dan menggendong Nabila pergi dari situ.
Emosi nya masih membuncah didada, ya__ya__selalu saja seperti itu kelakuan Linda.
**
“Kapan Ali pulang Nak? Besok sudah mau mandi 7 bulanan..“ Tanya Ibu Prilly sambil membenahi mukena selesai sholat Isya.
Prilly memang menginap dirumah Ibu nya selama Ali ke Jakarta, takut sewaktu-waktu dia memerlukan sesuatu.
“Mungkin besok pagi bu...“ Jawab Prilly.
Keluarga Prilly berkumpul dan bercengkrama, suasana hangat seperti inilah yang sering Prilly rindukan.
Ke esokan harinya dirumah Prilly tampak sibuk mempersiap kan acara mandi 7 bulanan Prilly dan Ali.
Keluarga yang kompak dengan humoran-humoran.
Prilly hanya duduk manis saja memperhatikan, keluarga nya melarang agar dia jangan membantu pekerjaan.
Sebuah taksi berhenti dipekarangan rumah bergaya klasik itu. Lelaki tampan ber'alis tebal keluar dari taksi sambil menenteng koper kecil dan beberapa paperbag.
Setelah mengetuk pintu beberapa kali, salah satu keponakan Prilly membuka pintu itu dengan hati girang setelah melihat siapa yang datang.
Keluarga Prilly menyambut hangat kedatangan Ali, tak lupa juga mereka saling berebut ole-ole yang Ali bawa.
Keluarga yang hangat telah tercipta, membuat Ali serasa betah berada disini.
Ali dan Prilly pun tak malu mengumbar kemesraan mereka didepan keluarga, semuanya seakan tak terjadi apa-apa.
Prosesi mandi 7 bulanan pun berjalan lancar. Setelah menginap 1 malam disana, Ali dan Prilly mohon pamit kembali ke Apartemen mereka.
**
Prilly terdiam manakala ponsel Ali berdering beberapa kali. Sang pemilik nya lagi keluar mencari gudeg karena permintaan Prilly, _dan ponsel Ali memang sengaja tak ia bawa.
`cling!`
Sebuah notif masuk dan semakin mengundang rasa penasaran Prilly.
Diraih nya benda persegi itu sehingga jari-jarinya menari lincah dilayar toch screen.
`Pa, besok pulang ya, Mama kangen.. Mama juga kangen nih sama Papa dikasur.. Rencana buat bikinin Nabila dedek baru, Pa.. Xixi..`
Prilly tersenyum getir membaca pesan dari Linda itu.
Hatinya kembali terasa dihujam belati berkarat. Saaakiitt..
Betapa sakitnya bila membayangkan Ali menghabiskan waktunya semalaman suntuk dikamar bersama Linda. Apa lagi mereka punya rencana untuk memberikan adik pada Nabila.
Hati Prilly sakit, selalu saja dia terlihat rapuh!
Di letakan nya kembali ponsel Ali, dan direbahkan tubuhnya diatas kasur.
Mencoba memejam kan mata namun tak bisa, perasaan sesak terus menyeruak dihati nya.
Keluarga yang bahagia! Pikir Prilly.
Cairan bening itu bergulir pelan melalui pipi mulusnya, mendarat diatas bantal hingga membuat bantal itu lembab dan basah.
Sampai kapan akan seperti ini terus?
Oh Tuhan,! Kuat kan lah hatinya! Jangan biarkan dia terlarut dalam duka nestapa yang akan berujung pada gangguan kehamilan nya.
Suara derit pintu terdengar perlahan, derap sepatu bergema diruangan persegi yang tak terlalu besar itu. Prilly pura-pura tidur ketika merasakan pergerakan disamping kasur.
Tangan kokoh itu terulur mengusap rambutnya dengan lembut, sehingga menciptakan sedikit ketenangan dihati Prilly.
Tapi tetap saja hatinya masih sakit, sampai-sampai dia harus menggigit bibir bawahnya agar isyakan tak terdengar oleh Ali.
“Kamu pasti capek Prill.. Gudeg nya kakak makan aja deh, besok kakak belikan lagi yang baru..“ Bisik Ali pelan, tak ingin mengganggu ketenangan tidur Prilly.
BERSAMBUNG

Tag: ,

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas