Advertisement

Advertisement

Cerbung Aliando dan Prilly "Tokyo" Part 1 (Premiere Episode)


"Tidak bisakah kau menyadari akan cinta yang telah lama melekat di hati ini?"

Seoul, Korea Selatan
CHOI A-Li berdiri menghadap kaca jendela besar di kantor itu, menatap jalanan ramai kota Seoul di bawah sana. Orang-orang dalam balutan jaket tebal beraneka warna berjalan di sepanjang trotoar dan mobil-mobil berseliweran di jalan raya. Pemandangan yang sangat biasa. Pemandangan sehari-hari yang sering kali diabaikan oleh kebanyakan orang. Namun Ali menyukainya. Ia suka mengamati keadaan di sekitarnya, setiap pejalan kaki dan setiap mobil yang lewat.
Choi A-Li memutar badannya dan pada saat itu pintu kantor terbuka. Matanya mengarah pada wanita bertubuh langsing dan berambut pendek yang berdiri di ambang pintu dan yang menatap Ali dengan alis terangkat. Ali yakin kakak perempuannya heran ia muncul disini tanpa pemberitahuan. "Nuna[1] harus bicara dengan ibu," katanya langsung, tanpa basa-basi.
[1] Panggilan pria untuk wanita yang lebih tua/kakak
Choi Sin-Hye, yang sedang menyisir rambutnya dengan tangan menghentikan gerakannya dan menatap adiknya dengan heran, lalu tersenyum, "selamat pagi, adikku sayang." Katanya sambil menaruh beberapa dokumen ke atas meja kerja. "Dan apa yang harus kubicarakan pada ibu?"
Sin-Hye empat tahun lebih tua daripada Ali. Wajah kedua kakak beradik itu tampak terlihat sangat mirip, dari alis tebal yang kelihatan hitam, mata sipit dan lancip, hidung mancung, serta bentuk wajah yang hampir sama. Selain fisik, kedua kakak beradik itu juga memiliki kesamaan yang lain, senyum manis yang dapat memikat hati orang lain dan juga kepandaian berbicara yang membuat mereka berdua disenangi oleh para rekan kerja.
Choi Sin-Hye dulu adalah seorang model fashion yang menghabiskan waktunya berjalan di atas catwalk di seluruh penjuru dunia. Namun sejak menikah lima tahun lalu ia mulai dikenal sebagai perancang busana dengan pakaian berkualitas tinggi dan butik-butiknya kini tersebar di seoul dan juga Tokyo.
Ali mengacak-acak kepalanya dan menjatuhkan dirinya di kursi yang berada di depan meja kerja kakaknya. "Nuna, aku benar-benar harus bicara dengan ibu," katanya lagi, kali ini dengan suara yang terdengar tertekan. "Ibu tidak bisa terus berusaha menjodohkan aku dengan anak perempuan sahabatnya, atau saudara perempuan kenalannya, atau---seperti yang terjadi kemarin malam--- anak perempuan orang yang baru ia kenal di restoran! Ini benar-benar kelewatan. Kenapa ibu begitu bersemangat ingin menjodohkan aku? Dan asal Nuna tahu, akhir-akhir ini aku sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk main-main."
Kalau kakaknya lebih dikenal sebagai model catwalk dan perancang busana, maka Iqbaal lebih dikenal sebagai arsitek yg memiliki ide yang luar biasa. Idenya yang selalu mengalir menghasilkan model-model baru untuk proyek-proyek suatu perusahaan besar yang bekerja sama dengannya.
Sin Hye tersenyum lebar dan memeriksa surat-surat yang diletakkan sekretarisnya dengan rapi di atas meja kerja, "kurasa kencan buta yang diatur ibu kemarin malam tidak berjalan dengan mulus, kau tidak suka gadis itu?'
Ali mencondongkan wajahnya kedepan, wajahnya berubah menjadi serius. "Apakah Nuna percaya kalau kubilang wanita itu sudah janda?"
Mata Sin Hye melebar menatap adiknya, lalu tertawa terbahak-bahak. "Astaga, ibu benar-benar sudah kelewatan kali ini."
Ali mendesah berat dan bersandar ke kursinya kembali. "Apa yang sedang ada dipikiran ibu? Kenapa ibu ingin aku segera menikah? Nuna harus membantuku menyadarkan ibu, kalau tidak, aku bisa gila karena hal ini."
"Kenapa bukan kau sendiri yang berbicara pada ibu?" Sin Hye memandang adiknya dengan sebelah alis terangkat.
"Aku sudah mencobanya, tapi ibu tidak mau mendengarkanku," sahut Ali. "Katanya siapa tahu diantara wanita-wanita yang dikenalkannya kepadaku itu ada yang cocok untukku. Tapi, bagaimana bisa cocok denganku kalau yang ibu jodohkan padaku adalah seorang janda? Aiss aku benar-benar bisa gila sekarang." Ucap Ali frustasi, kedua tangannya terangakt untuk mengacak-acak rambut hitamnya.
Sin Hye memandang adiknya yang sedang tertekan itu. "Baiklah, aku akan bicara dengan ibu nanti." Ucap Sin Hye sambil membereskan beberapa dokumen yang sudah ia tanda tangani. "Ngomong-ngomong, kau jadi pergi ke Tokyo?"
Ali pernah bercerita pada kakaknya bahwa ia akan pergi ke Tokyo untuk bekerja dengan temannya. Bastian Yamamoto. "Ya, aku akan berangkat minggu depan," kata Ali.
"Ibu pasti uring-uringan," kata Sin Hye sambil tersenyum kecut dan menyandarkan tubuh ke sandaran kursi. "Dia tidak pernah merasa tenang jika kau pergi keluar negeri. Apalagi kali ini kau akan bekerja dengan temanmu. Kau pasti akan cukup lama tinggal disana. Kau sudah memberi tahu ibu tentang ini?"
Ali tersenyum lebar." Oh, ya. Ibu mengeluh panjang lebar dan terdengar sangat kecewa. Tapi tidak apa-apa. Yang penting aku bisa melarikan diri darinya untuk sementara."

Cerbung Aliando dan Prilly Terbaru

Tokyo, Jepang
Satu minggu kemudian
Prilly Nakajima melangkah keluar dari apartemennya dan menarik napas dalam-dalam. Ia membenarkan sedikit model rambutnya, lalu berjalan ke stasiun kereta bawah tanah.
Suasana hatinya saat itu sangat bertolak belakang dengan langit yang cerah. Wajar saja. Setiap kali ia selesai berbicara dengan ibunya, dadanya selalu terasa berat.
Tadi ibunya menelepon dan lagi-lagi membicarakan tentang hal perjodohan, ibunya selalu saja ingin menjodohkannya dengan anak laki-laki sahabatnya, kenalannya, atau apapun itu. Sering kali Prilly merasa tertekan dengan perjodohan yang selalu ibunya rencanakan. Karena itulah ia juga harus terus-menerus mengingatkan diri sendiri untuk memaklumi perasaan orang tuanya. Ditambah lagi, ia adalah anak satu-satunya dari keluarga Nakajima setelah kembarannya meninggal dalam kecelakaan lalu lintas.
Prilia Nakajima, kembaran Prilly Nakajima. Wajah mereka bisa dibilang sangat mirip, dari mata bulat seperti boneka, biji mata berwarna hitam legam, hidung mancung, alis tebal berwarna hitam, serta bibir tipis dan bentuk wajah yang hampir sama. Walau mereka memiliki kesamaan di wajah, tapi secara sifat mereka berbeda. Prilia adalah gadis yang selalu memaksakan kehendaknya sesuka hati, selalu mau menang sendiri, dan egois. Berbanding terbalik dengan Prilly.
Sejak saat Prilia meninggal, Prilly hanya tinggal seorang diri di apartemennya. Ayah dan ibunya sebenarnya tinggal di Tokyo, tapi, karena--katanya-- mereka tidak nyaman dengan suasana di Tokyo, mereka pun pindah ke Kyoto dan menetap disana.
Kereta berhenti, menyentakkan Prilly kembali ke alam sadar. Ia menarik napas panjang. Waktunya meninggalkan masalah pribadi dan kembali bekerja.
Ketika keluar dari kereta, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan cepat Prilly mengangkat telepon ketika sudah melihat siapa yang meneleponnya.
"Halo, bastian-chan?" Ucapnya, ketika ia sudah memastikan ponselnya sudah menempel di daun telinganya.
"Prilly-chan, nanti saat jam makan siang kau mau menemaniku bertemu dengan temanku?" Ucapnya langsung, tanpa basa-basi.
"Eemm, bagaimana ya? Aku hari ini sedang sibuk bastian-chan," ucapnya sambil merapikan pakaiannya.
"Ayolah, kumohon. Tidakkah kau kasihan dengan temanmu yang paling tampan di jepang ini," ucap Bastian kemudian diakhiri dengan tawaan.
Prilly menyeringai,"aish kau benar-benar terlalu percaya diri Bastian-chan."
"Tapi, memang benar aku tampankan?" Kata Bastian dengan nada suara percaya diri--kali ini lebih tinggi--
Prilly tertawa hambar. "Lucu sekali," katanya datar.
"Baiklah-baiklah, jadi bagaimana? Kau mau menemaniku kan?" Ucap bastian serius.
Prilly berpikir sejenak dan mendesah, pura-pura pasrah. "Baiklah, jemput aku saat istirahat makan siang nanti."
Bastian tersenyum lebar, "terima kasih Prilly-chan, kau benar-benar sahabatku yang paling baik." Ucapnya girang.
"Tapi, tentu saja kau harus membayar waktuku itu Bastian-chan." Ucap Prilly tertawa pelan.
"Baiklah, aku akan mengajakmu makan rendang besok." Ucap bastian
"Hmmm,," Prilly mengangkat sebelah alisnya, berpikir. "Baiklah, mungkin itu cukup."
Prilly Nakajima menyukai beberapa masakan Indonesia. Salah satunya rendang. Ia sangat menyukai daging sapi yang di masak dengan bumbu khas itu sejak ibu dan ayahnya pertama kali mengajaknya ke Indonesia untuk mengunjungi neneknya yang sedang sakit. Ibunya orang Indonesia dan ayahnya orang asli orang jepang. Oleh sebab itu, wajahnya tidak seperti orang jepang kebanyakan. Bermata sipit, sedangkan dia bermata bulat seperti boneka.
"Kalau begitu aku akan menjemputmu nanti, bersiap-siaplah Prilly-chan,"

Sudah dua puluh menit Prilly duduk di kafe yang tidak terlalu besar ini bersama dengan pria bermata sipit dengan rambut yang agak bergelombang itu. Ia merasa bosan, entah sampai kapan ia harus menunggu seperti ini. Andai saja bastian bukan sahabatnya, pasti sudah dari tadi ia meninggalkan pria itu sendiri disini.
Ia melirik jam tangan yang berada di pergelangan tangannya dan menghela napas kasar. "Sampai kapan kita harus menunggu temanmu itu bastian-chan?" Ucapnya sambil mengangkat kedua tangan dan menopang dagunya. "Kau tahukan, aku harus kembali menjaga perpusatakaan,"
"Bersabarlah Prilly-chan, ia akan datang sepuluh menit lagi," ucap bastian sambil memainkan ponselnya.
Lagi-lagi Prilly menghela napas kasar,"kau benar-benar membuang-buang waktuku bastian. Kalau sampai sepuluh menit lagi temanmu itu belum datang, aku akan pergi." Prilly menyenderkan punggungnya ke kursi dan melipat kedua tangan didepan dada.
"Ayolah Prilly-chan, sebentar lagi. Lagipula apa kau tidak bosan terus berkutik dengan buku-buku tebal itu?" Bastian menjejalkan ponselnya ke saku celana.
Prilly menyipitkan kedua matanya dan menatap tajam bastian, "Bastian-chan, sudah berapa kali aku bilang padamu jang.."
Bastian memotong ucapannya, dan menunjuk seorang pria yang berjalan ke arah mereka dengan senyum yang mengembang."Lihatlah, itu dia. Dia sudah sampai." Prilly melupakan sejenak perbuatan bastian yang seenaknya saja memotong ucapannya dan mengikuti arah tangan bastian.
Prilly bisa melihat jelas seorang pria bertubuh jangkung dengan mata sipit dan alis tebal yang berjalan ke arah mereka sambil tersenyum lebar. Prilly menyipitkan matanya, sepertinya pria itu bukan orang jepang, dari wajahnya, pria itu seperti orang korea. Tapi, kenapa bastian tidak cerita padanya kalu temannya itu orang korea? Aish, bastian memang benar-benar menyebalkan.
Tiba-tiba saja pria bertubuh jangkung itu sudah duduk di antara mereka--Prilly&Bastian-- Prilly memerhatikan lagi wajah pria itu, dan benar seperti dugaannya, pria itu memang orang korea. Tapi, apa urusannya datang ke jepang? Apa karena hanya ingin bertemu dengan bastian saja? Ahh, itu sepertinya tidak mungkin.
"Hei, Prilly-chan. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau terus memandangnya seperti itu?" Ucap bastian menyipitkan kedua matanya dan menatap tajam Prilly.
"Hah? Ti..tidak, aku tidak melakukan apa-apa." Ucap Prilly mengelak.
"Kau teman bastian?" Prilly lagi-lagi menyipitkan kedua matanya, pria itu berbicara dengan bahasa jepang, dan sama sekali tidak terdengar logat asing di setiap kata-katanya, membuat Prilly semakin heran, pria itu orang jepang atau korea?
Dengan cepat Prilly mengerjapkan kedua matanya, seolah-olah baru tersadar dari lamunan. Perlahan-lahan ia mengehembuskan napas dan bergumam."ya, aku teman bastian."
Pria itu tersenyum. "Kalau begitu, perkenalkan namaku Choi A-Li" katanya sambil menggerakkan tangannya yang masih terulur, mengundang Prilly untuk menjabatnya.
Choi A-Li? Sudah dapat dipastikan bahwa pria itu adalah orang korea. Tapi, kenapa bahasa jepangnya terdengar lancar? Tidak mau ambil pusing, Prilly dengan cepat menunduk menatap tangan Ali, kemudian berdiri dari kursi dan membungkuk sedikit sebelum menjabat tangan Ali--itu salah satu kebiasaanya sebagai orang jepang yang tidak bisa dihilangkannya-- dan bergumam, "Prilly Nakajima"
"Prilly," kata Ali, senyumnya melebar, "senang berkenalan denganmu."

Bersambung...

Cerbung Aliando dan Prilly "Tokyo" All Part >TAMAT<

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas