Advertisement

Advertisement

Cerbung Aliando dan Prilly "Look At Me Once" Part 1



"Aku bahkan tidak tahu, mengapa kau bisa sebenci itu padaku."
"Pergilah dari sini nona Ishida, kau benar-benar membuatku muak." Gadis ini tersentak mendengar setiap kalimat panas dengan nada bentakan yang dituturkan pria dihadapannya. Pria bertubuh jangkung dengan perawakan kurus dan berwajah tampan yang menjadi idamannya.
Entah sudah berapa kali kata-kata kasar yg meluncur dari bibir pria itu menghantam dirinya. Membuat tubuhnya seakan terjerembab ke dasar jurang gelap yang paling dalam. Namun, ia tetap saja mengejar pria itu dan berharap suatu hari nanti pria itu akan membalas perasaannya. Prilly Ishida. Gadis berumur tujuh belas tahun ini memiliki rambut hitam sebahu dengan hidung mancung dan pipi chubby yg menghiasi setiap lekuk wajahnya. Gadis ini cantik, sangat cantik. Namun, kecantikannya itu sama sekali tidak bisa membuat Ali Watanabe meliriknya.
***
Tokyo, Jepang
Satu tahun silam
Prilly Ishida membuka matanya yg terasa berat. Lalu ia mengangkat tangan menutupi mata dan mengerang pelan. Sinar matahari yg menembus jendela kamar tidur menyilaukan matanya. Ia menguap lebar sambil merenggangkan lengan dan kaki dengan posisi yg masih terbaring di tempat tidur. Lalu ia memaksa diri berguling turun dari tempat tidur, berjalan dengan langkah diseret-seret ke meja tulis di depan jendela untuk mematikan lampu meja yg masih menyala dan memandang ke luar jendela.
Tidak biasanya langit kota Tokyo terlihat cerah. Sepertinya musim semi yg ditunggu-tunggu telah tiba. Prilly membuka jendela dan menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-paru dan seluruh tubuhnya dengan udara musim semi yg menyegarkan. Angin berhembus menerpa sebagian tubuhnya. Dengan cepat prilly menutup jendela dan menggosok-gosokkan kedua tanganya. Tiba-tiba saja matanya melirik jam yg ada di meja kecil dan mulai tersenyum.
"Untung hari ini hari libur," pikirnya.
Ia berjalan santai ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sepertinya hari libur ini akan ia habiskan di taman dan melihat bunga sakura yang mulai bermekaran.
***
Gadis ini berjalan mengitari taman dan sesekali menatap bunga yang berada di pinggir jalan setapak menuju air mancur sederhana di tengah taman. Taman ini hanya sebuah taman kecil di sudut jalan, dengan berbagai macam bunga dan beberapa pepohonan yang berderet di sepanjang jalan setapak. Prilly menengadah menatap langit. Matahari terlihat mulai mengintip dari balik awan dan mengintip dari sela-sela dedaunan. Kicau burung yang sesekali terdengar di antara embusan angin menambah kesan damai di taman itu.
Prilly selalu suka musim semi, sedari dulu musim inilah yang selalu ia tunggu-tunggu. Musim di mana semua orang tersenyum melihat keindahan yang di ciptakan dari bunga-bunga di musim ini.
Rasa lelah karena berkeliling kini mulai menggelayuti tubuhnya, ia memutuskan untuk duduk setelah melihat salah satu bangku panjang kosong bercat putih yang berada tepat di bawah pohon bunga sakura. Bunga yang menjadi kesukaannya, bunga yang selalu memberikannya perasaan damai ketika melihat bunga itu. Entahlah, Prilly juga tidak tahu kenapa ia bisa sedamai itu ketika melihat bunga khas negaranya ini.
Lamunannya buyar ketika tiba-tiba saja matanya menangkap seorang pria bertubuh jangkung dengan perawakan kurus yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa. Pria itu berjalan sambil membawa banyak buku ditanganya dan berada tidak jauh dari tempat ia duduk. Mata Prilly sama sekali tidak bisa lepas dari pria itu, matanya terus mengikuti ke mana pria itu pergi.
Ada apa dengan dirinya? Kenapa ia bisa begitu? Kenapa matanya sama sekali tidak bisa lepas dari pria itu? Apakah...
"Aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Aku telah jatuh cinta pada pria itu. Hanya dengan satu kali melihatnya?." Lanjutnya dalam hati.
Dengan sekali sentakan cepat, Prilly bangkit dari duduknya setelah melihat salah satu buku kecil berwarna cokelat terjatuh dari pegangan tangan pria itu. "Hei, kau." Prilly berteriak memangil pria jangkung tadi dan berlari ke arah buku cokelat yang terjatuh dari tangan pria itu
Pria jangkung yg di panggilnya sama sekali tidak menoleh. Mungkin, pria itu tidak mendengar teriakan yang terlontar dari bibirnya. Prilly mengambil buku cokelat itu dan menoleh ke tempat di mana pria jangkung tadi berada. Namun, yang ia dapati hanyalah daun-daun yang beterbangan di bawa tiupan angin musim semi.
Kemana pria itu? Bukankah tadi pria itu berada di situ? Dan sekarang, kenapa Yunna tidak melihatnya? Di mana pria itu sekarang?
Prilly Ishida berlari dan mencari kemana keberadaan pria tadi, ia menyusuri setiap jalan setapak yang berada di taman kecil ini. Namun, pria itu tak kunjung ia dapati. Prilly sudah menyerah untuk mencari pria itu. Mungkin, kesempatan untuk bertemu dengan pria itu sudah tidak ada.
Ia duduk di bawah pohon bunga sakura berwarna putih. matanya menatap kosong kedepan, masih memikirkan pria jangkung berkulit putih pucat tadi, pria itu tampan. Dan yang paling ia takjubkan adalah ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pria itu.
Tiba-tiba saja lamunannya buyar ketika menyadari sebuah buku bersampul cokelat berada di pegangannya. Dengan sekali sentakan, Prilly segera membuka buku itu dan mendapati sebuah nama yg di gores secara apik dengan tinta berwarna hitam. Ali Watanabe. Tidak di ragukan lagi, itu pasti nama pria bertubuh jangkung dengan kulit berwarna putih pucat tadi.
Gadis ini menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman manis yang khas. Ia harus bisa menemukan pria bernama Ali Watanabe itu, semoga tuhan mengabulkan doanya dan mempertemukan mereka.

Cerbung Romantis Aliando dan Prilly Terbaru

Setelah kejadian itu, Prilly Ishida kembali bertemu dengan pria sama yang ia jumpai di taman waktu itu. Prilly bertemu dengannya ketika gadis itu tidak sengaja melihat sosok pria yang sama di lapangan sekolahnya dan benar saja, pria itu, pria itu kembali muncul di hadapannya. Tuhan mengabulkan doanya.
***
"Apa kau tuli? Cepat pergi dari sini! Aku tidak tahan lagi melihat muka naif mu itu!" Bentak Ali. Tidak sadarkah Ali bahwa tubuh gadis di depannya ini bergetar hebat mendengarkan kata tiap kata kasar yang dilontarkan dari bibirnya dan tidak luput dari nada bentakan? Di manakah sisi hangat pria ini? Kenapa ia selalu bersikap dingin kepada Prilly? Yang padahal rela mati demi dirinya.
Perkataan Ali begitu menyakitkan dan terlalu menusuk ke gendang telinga Prilly. Mata gadis ini berkaca-kaca dan berusaha keras menahan air mata yang siap jatuh. Namun, usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil. Air bening yang sama sekali tidak diinginkanya mengalir kini meluncur dengan bebas melewati setiap inchi pipi chubbynya.
Dengan cepat Prilly mengusap air bening itu dan berjalan kearah dapur sambil meninggalkan Ali yang masih berdiri tegak dan menatapnya penuh amarah. "Apakah kau benar-benar tuli nona Ishida? Cepat pergi sebelum aku yang turun tangan menyeret mu keluar dari tempat ini." Sekali lagi Prilly Ishida menghiraukan ucapan pria itu dan terus melangkah menuju dapur.
"Aku bilang pergi dari apartemenku sekarang Prilly Ishida dan jangan pernah kembali lagi!" Tatsuya kembali membentak gadis berambut hitam sebahu itu.
"Kau ingin aku masakan apa Ali? Ramen? Ahh.. Sepertinya itu pilihan yang bagus." Prilly mulai berjalan ke arah lemari pendingin dan mengeluarkan beberapa bahan untuk memasak Ramen. Wajah Ali semakin merah padam menahan emosi yang semakin meluap-luap.
Ali sudah tidak tahan lagi sekarang, dengan sekali sentakan cepat ia menarik tangan Prilly kasar. Tidak peduli jika gadis itu meringis kesakitan karena cengkeraman tangannya. "Berhenti berpura-pura tidak mendengarku Prilly Ishida," sekali lagi Ali membentak gadis berambut hitam sebahu yang ada didepannya sekarang. Benar-benar tidak peduli bagaimana hancurnya perasaan gadis itu ketika mendengar kata-kata dengan nada kasar yang selalu ia lontarkan dari bibir tajamnya.
"Mengapa kau selalu berkata kasar padaku? Tidak bisakah kau berkata lembut pada ku walau itu hanya sedetik saja? Tidak bisakah itu Ali?" Prilly kembali meluncurkan air bening itu. Ia menatap Ali dengan tatapan marah. Namun, kemarahan itu bukanlah kemarahan yang Ali berikan padanya.
"Tidak!" Tangan Ali masih terus mencengkeram erat lengan gadis di hadapannya.
"Kenapa? Kenapa Ali?" Tanya Prilly dalam isakan tangisnya yang terdengar memilukan. Isakan seperti memberi isyarat bahwa betapa sakitnya menjadi seorang Prilly Ishida.
"Karena aku benci pada mu dan aku bahkan tidak menyukai mu apalagi mencintaimu!" Kata-kata itu, kata-kata itu seperti sebuah suara bom atom yang kini meledak di dekatnya, selalu terngiang di kepalanya dan membuat hatinya seakan berhenti berdetak karena rasa sakit yang kini ditanggung dirinya.
"Tidak bisa kah kau belajar membuka hatimu untukku?" Prilly Ishida benar-benar tidak peduli dengan perkataannya barusan. Ia tidak peduli jika ada orang yang mendengar perkataannya dan menilainya sebagai gadis murahan, gadis tidak tahu malu, atau apapun itu. Ia tidak peduli dengan semua ocehan-ocehan tidak sedap yang terlontar dari bibir mereka ketika mendengar perkataan yang sebenarnya tidak pantas diucapkan oleh seorang wanita.
"Cih, aku tidak akan pernah sudi melakukan hal itu!"
***
Waktu serasa cepat bergulir. Sudah hampir satu minggu Prilly tidak bertemu dengan sosok Ali Watanabe, ia berusaha untuk mulai melupakan pria jangkung dengan perawakan kurus dan kulit putih pucat itu. Namun, ia tidak bisa melakukannya, itu terasa seperti beban yang harus ia tanggung seumur hidup. Seakan ada penolakan dari hatinya untuk berhenti mencintai seorang Ali.
"Prilly?" Lamunan Prilly seakan buyar seketika mendengar namanya dipanggil. Ia menoleh dan mendapati seorang gadis tengah menatapnya. Naomi Takanashi. Ia adalah sahabat Prilly sejak pertama kali masuk SMU.
"Sudah ku tebak, kau pasti ada disini." Ucap Naomi kemudian duduk di sebelah Prilly
"Aku tadi ke rumahmu, dan kata ibu mu kau sedang tidak ada di rumah," sambung Naomi
Prilly tersenyum sekilas kemudian kembali menatap lurus kedepan. Matanya menerawang jauh ke sana. Naomi mengerutkan keningnya menatap Prilly. Ada apa dengan Prilly sekarang? Dan... Ahh ia tahu.
Naomi menghembuskan nafasnya kasar. "Apa kau tidak lelah terus seperti ini Prilly? Apa kau tidak lelah menanti cinta dari pria sialan itu? Waktu mu terlalu berharga untuk selalu memikirkan pria berengsek itu, terlalu berharga Prilly."
Naomi semakin kesal ketika Prilly sama sekali tidak mendengar ucapan yang Naomi lontarkan padanya. 'Ahhh... Gadis ini benar-benar keras kepala,' pikir Naomi.
"Bangun Prilly, bangun. lupakan pria yang selalu membuat mu merasakan sakit itu. Lupakan dia, kau tidak perlu lagi memikirkan pria itu." Ucap Naomi
"Berhenti Naomi, berhenti untuk terus memarahiku. Kau tidak tahu apa yang aku rasakan, kau tidak mengerti Naomi." Prilly membuka suara setelah dari tadi diam membisu mendengarkan kata tiap kata yang Naomi ucapkan.
"Tentu saja aku tahu Prilly. Aku sahabatmu, aku bisa tahu apa yang kau rasakan dan aku juga seorang wanita yang tahu bagaimana rasanya disakiti." Mata Naomi mulai berkaca-kaca mengucapkan setiap deretan kata yang keluar dari mulutnya sendiri.
"Tapi aku tidak bisa melupakannya Naomi, itu terlalu sulit. Aku tidak akan mungkin bisa tidak memikirkannya walaupun itu hanya sedetik saja, aku tidak bisa Naomi." Prilly terisak, ini terlalu menyakitkan untuknya, Ini terlalu membuatnya menderita.
"Kau bodoh Prilly, kau terlalu bodoh dalam hal ini. Kau bodoh!"
"Aku tidak peduli Naomi, aku tidak peduli. Aku hanya berharap ia bisa mencintaiku. Itu saja, apa aku salah berharap seperti itu Naomi apa aku salah?" Prilly terisak, ia tidak habis pikir. Apa salah yang ia harapkan itu? Apakah itu salah?
"Ya, kau salah Prilly. Kau salah karena mengharapkan cinta dari pria berengsek itu. Kau SALAH!"
***
Pagi ini cuaca terlihat cerah, langit tampak berwarna biru jernih dan terdengar daun bergemerisik ditiup angin. Prilly kelihatan berjalan mondar-mandir di depan kelas seni ini. Setelah hampir seminggu tidak masuk sekolah, akhirnya hari ini ia menampakkan batang hidungnya di sekolah.
Ia tidak lagi memikirkan perdebatannya dengan Ali seminggu lalu apalagi perdebatannya dengan Naomi kemarin, ia tidak memikirkan hal itu sekarang.
Prilly Ishida menoleh kesana kemari tampak sedang mencari seseorang. Ia tersenyum lebar ketika melihat pria jangkung berkulit putih pucat itu menghampiri dirinya. Tidak.. Tidak, bukan menghampirinya, lebih tepatnya berjalan ke arah kelas seni yang berada dua atau tiga langkah dari tempat dirinya berdiri.
Penampilan pria itu masih seperti biasanya, masih dengan rambut cepak yang di sisir rapi dan wajah tampan yang selalu memikat hati Yunna. Pria itu, Ali Watanabe tampaknya belum menyadari bahwa sedari tadi Prilly tengah menatapnya dengan senyuman lebar yang khas dari gadis itu.
"Ali?" Ali tersentak, suara itu.. Suara yang tidak asing lagi didengarnya, suara yang kini memenuhi telinganya dengan lantunan lembut yang biasa ia dengar. Ali tampak enggan menoleh. Ia seperti tidak mendengar suara apapun sekarang. Seakan-akan berpura-pura tuli. Ia berjalan dengan santai melewati Prilly yang sedari tadi berdiri menunggunya dengan senyuman lebar yang kini mulai luntur dari wajahnya.
Dengan cepat Prilly mencengkal pergelangan tangan Ali dan sontak membuat langkah pria itu terhenti. "Tunggu."
"Terimalah, aku membuatkannya untukmu." Prilly menyerahkan kotak makan berwarna biru muda kepada Ali. Berharap kotak itu diterima Ali. Senyuman Prilly semakin melebar ketika tangan Ali meraih kotak berwarna biru itu lembut dari tanganya. Ohh.. Tuhan, apakah ini mimpi? Ali menerima kotak itu? Ia bahkan mengambilnya dengan lembut? Ini serasa seperti mimpi.
***
"Terimalah, aku membuatkannya untukmu." Ali tampak mengerutkan alis menatap kotak berwarna biru yang disodorkan oleh gadis dihadapannya. Gadis ini benar-benar tidak tahu malu, sudah beberapa kali ditolak oleh Ali tetapi tetap saja melakukan hal yang sama.'Lihat saja.' Pikir Ali.
Ali mengambil kotak berwarna biru itu lembut dari tangan Prilly. Kemudian membuka kotak itu dan mendapati sushi yang tersusun rapi di kotak biru muda itu. Ia tersenyum miring kemudian dengan cepat melemparkan kotak biru muda itu ke tempat sampah yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Aku sudah kenyang dan tidak mungkin lagi aku memakan sushi mu itu. Jadi, biarkan saja tempat sampah yang memakannya. Lagipula, sushi itu tidak berharga untukku."
***
"Aku sudah kenyang dan tidak mungkin lagi aku memakan sushi mu itu. Jadi, biarkan saja tempat sampah yang memakannya. Lagipula, sushi itu tidak berharga untukku."
DEG!! Hati Prilly seakan mencelos. Kata-kata itu terlalu tajam dan menusuk. Sakit? Bukan! Tapi lebih dari kata sakit. Mata Prilly tampak berkaca-kaca menatap sushinya yang kini sudah tercampur baur dengan sampah. Tidak bisakah pria itu bersikap hangat padanya? Tidak berpikirkah pria itu bagaimana sakitnya diterjang kata-kata tajam seperti itu? Tidak tahu kah pria itu bagaimana perasaanya ketika kata-kata itu mengetuk gendang telinganya? Tidak sadarkah ia?
Dengai santai Ali berjalan melewatinya. Meninggalkan dirinya yang masih berdiri tegak dengan mata berkaca-kaca menatap sushinya yang kini bersarang di tempat sampah. Ohh.. Ayolah, Mengerti sedikit bagaimana perasaan Prilly!
***
Sama seperti hari kemarin, cuaca di kota Tokyo masih terlihat cerah dengan langit biru jernih yang tampak indah. Andai saja suasana hatinya secerah kota ini. Hhnn.. Gadis ini menghela nafas asal.
Prillu Ishida berjalan berkeliling taman kecil yang terletak di sudut jalan raya kota Tokyo. Taman yang menjadi tempat pertemuan pertamanya dengan Ali Watanabe satu tahun silam.
Prilly menengadahkan kepalanya. Menatap ranting pohon bunga sakura yang tampak melindunginya dari sinar matahari yang mulai terik. Tanpa diduga satu dari sekian banyak bunga sakura yang tergantung di ranting itu terjatuh tepat di wajahnya. Bunga berwarna merah jambu itu selalu saja bisa membuat hatinya tenang, seakan-akan tidak ada beban yang memenuhi setiap rongga hatinya.
Prilly kembali berkeliling, menapaki setiap inchi jalan setapak yang ada di taman ini. Tiba-tiba saja kakinya terhenti ketika melihat dua orang yang tidak asing dimatanya. Ia mengerutkan keningnya, berusaha menajamkan matanya untuk meyakinkan apa yang ia lihat. Bukankah itu Ali Watanabe dan... Naomi Takanashi? Prilly semakin menajamkan penglihatannya. Benar.. Ia tidak salah lihat itu Ali dan Naomi. Apa yang mereka lakukan di taman ini?
Mata Prilly membelalak kaget, apa ini? Prilly tidak salah lihat kan? Ia tidak salah lihat kan? Ali memeluk.. Naomi? Tolong bilang kalau ia hanya salah lihat saja, bilang kalau apa yang ia lihat itu salah.
Prilly melihat sekali lagi, Kali ini Ali memeluk Naomi semakin erat? Apa maksudnya? Apa maksud semua ini? Ali memeluk Naomi seakan-akan... Ahh, Prilly tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang.
Dengan sekali sentakan cepat, Prilly berjalan ke tempat di mana Ali dan Naomi berada. "Naomi?" Ali dan Naomi melepas pelukan mereka.
"Apa? Apa yang kau laku..kan?" Ucapnya pelan.
"Aku.." Ucapan Naomi terpotong
"Oh.. Kau tidak tahu ya bahwa aku dan Naomi sudah menjalin hubungan?" Ucap Ali enteng
Apa? Ia tidak salah dengar bukan? Ali orang yang dicintainya dan Naomi sahabatnya sendiri ternyata sudah menjalin hubungan? Apakah rasa sakit yang ia tanggung itu belum cukup? Kenapa semuanya begini?
"Aku tidak salah dengar bukan?" Ucap Prilly meyakinkan pendengarannya tadi.
"Tidak, kau tidak salah dengar. Aku dan Naomi memang sudah menjalin hubungan." Ali sekali lagi menjawab enteng
"Naomi? Kau? Aku tidak menyangka, ternyata kau bukanlah sahabat yang baik." Sudah! Sudah cukup rasa sakit ini, ia tidak kuat lagi sekarang. Kesabarannya sudah habis dan mungkin inilah akhir dari perjuangannya mendapatkan cinta Ali. Ia berhenti sekarang.
Dengan langkah cepat Prilly meninggalkan taman ini. Air bening itu masih terus saja mengalir dengan bebas dari matanya. Ia terus berjalan cepat meninggalkan taman kecil ini, ia tidak peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang ditunjukan untuknya.
***
Prilly Ishida berlari tak tentu arah di tengah keramaian kota Tokyo. Buliran air mata tak henti-hentinya mengalir melewati pipinya. Kenapa rasa sakit itu tak kunjung berhenti menyiksa dirinya? Kenapa selalu rasa itu yang menyerang dirinya? Andai saja ini hanya mimpi, andai saja ini hanya mimpi buruk yang sedang menyerang ingatannya, andai saja..
Hidup Prilly sekarang seperti tak lagi Ada tujuan, orang yang dicintainya tidak menghargainya Dan sahabat yang ia dambakan, yang ia harapkan ternyata mengkhianatinya.
Prilly Ishida gadis yang manis Dan baik hati, tapi kenapa ia ditakdirkan untuk menderita?
Dengan langkah terseok-seok Prilly melangkah menyebrangi jalan. Tujuannya entah kemana. Namun, langkah kakinya menginginkan ia menyebrangi jalan. Entah langkah kakinya akan membawanya kemana namun, ia yakin langkah kakinya akan membawanya ke tempat yang terbaik untuk hidupnya. Melangkah untuk maju.
Tiiinnnn... Brak Dugh
Prilly memejamkan matanya ketika merasa tubuhnya terhantam sesuatu yang begitu keras membuatnya terpental beberapa saat kemudian. dia merasa tubuhnya terguling guling entah kemana arahnya. Yang ia rasakan kini hanyalah sebuah rasa sakit di punggung, tangan, kaki hampir semua tubuhnya terasa nyeri saat ini. Saat tubuhnya masih belum berhenti terguling Prilly merasa cairan berbau anyir dan kental membasahi rambut hitamnya. Dapat di pastikan ini adalah darah, darah yang berasal dari kepalanya sendiri. Tak hanya di kepala, Prilly merasa tangannya sangat perih ketika berkali kali Ia terguling.
Ya Tuhan! Dia berharap semoga hari ini juga dia akan mati meninggalkan penderitaannya. Jika tidak mati, dia berharap dia ingin mengalami lupa ingatan agar dia melupakan semua hal menyakitkan dalam hidupnya, atau dia berharap akan mengalami Kebutaan agar dia tak lagi mampu melihat hal hal menyakitkan di dalam tubuhnya.
Hhh! Tubuh Prilly tergolek lemas seiring dengan nafas yang memburu menahan semua rasa sakit di dalam tubuhnya.
Beberapa detik kemudian Prilly mendengar alarm mobil ambulance mulai mendekat ke arahnya di sertai dengan teriakan khawatir orang orang di sekitarnya. Prilly memejamkan matanya ketika merasa matanya tak kuasa lagi menahan sakit bersamaan dengan alarm ambulance yang mulai melemah di dekatnya. Detik berikutnya semuanya gelap!
***
''Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Kami sudah mencoba untuk menyelamatkan Nona Ishida. Namun, Tuhan berkehendak lain. Tuhan sayang kepadanya, sehingga dia mengambil nona Ishida begitu cepat.''
Seketika isakan tangis menggema di lorong sepi rumah sakit ketika dokter mengakhiri ucapannya.
Gadis yang selalu tegar itu sudah tidak akan tampak lagi di dunia ini. Gadis yang selalu tersenyum Dan menyembunyikan penderitaan itu sudah pergi untuk selamanya. Meninggalkan semua penderitaan yang selalu menumpuk diingatannya.
***
Tidak seperti biasanya, langit di kota Tokyo tampak penuh dengan awan hitam yang mulai mengeluarkan beberapa tetes air ke bumi. Suasana mendung ini mengiringi acara pemakaman gadis itu. Suasana yang mendung itu seakan mengerti apa yang saat ini dirasakan orang terdekat seorang Prilly Ishida.
Puluhan orang berpakaian hitam dan orang tua Prilly Ishida sudah pergi beberapa menit yang lalu. Hanya tersisa dua dari puluhan orang berpakaian hitam yang mengiringi pemakaman gadis yang biasanya selalu tersenyum lebar dan tampak tidak memperdulikan kata tiap kata kasar yang terlempar ke arahnya. Ali Watanabe dan Naomi Takanashi.
"Apakah kau tahu Naomi? Rasanya seperti mimpi. Padahal, baru semalam aku membentaknya tanpa memperdulikan bagaimana perasaanya. Hhh, aku memang manusia yang tidak punya hati" ucap Ali.
"Sudah tidak ada gunanya kau menyesali perbuatan mu. Penyesalan mu itu tidak mungkin dapat mengembalikannya." Ucap Naomi sambil mengelus pundak Ali mencoba menenangkan pria itu.
"Sekarang sudah saatnya kita pulang!"
***
Ali berjalan terseok-seok memasuki kamarnya. Tubuhnya meringsut kelantai, tak kala dengan penyesalan yang kini menghantuinya. Rasa penyesalan yang baru ia sadari ketika gadis itu pergi meninggalkannya. Pergi untuk selamanya.
Rasa penyesalan itu semakin membesar ketika ia kembali mengingat kesepakatan yang ia buat Dan menyuruh Naomi menyepakatinya.
***
Satu hari sebelum Prilly kecelakaan
"tidak Ali, aku tidak akan mungkin melakukan Hal itu."
"ayolah Naomi, Kau hanya perlu mengikuti apa yang aku ucapkan." ucap Ali
"tidak! Aku bilang tidak! Aku tidak akan mungkin mengkhianati sahabat Ku sendiri."
"apa Kau yakin? Ayolah, aku tahu Kau sedang membutuhkan uang untuk biaya ayah mu yang sedang sakit. Dan aku bisa memberikannya untukmu." ucap Ali enteng.
"tapi.."
"Kau tinggal menjawab ya atau tidak."
"ba.. baiklah." Ali tersenyum puas ketika mendengar satu kalimat yang diucapkan Naomi dengan terpaksa itu. Ia yakin, setelah ini gadis sialan yang tidak tahu malu itu akan menjauhinya Dan ia akan hidup bebas tanpa harus melihat wajah naif gadis itu.
***
"Mengapa kau selalu berkata kasar padaku? Tidak bisakah kau berkata lembut pada ku walau itu hanya sedetik saja? Tidak bisakah itu Ali?"
"Karena aku benci pada mu dan aku bahkan tidak menyukai mu apalagi mencintaimu!"
"Tidak bisa kah kau belajar membuka hatimu untukku?"
"Cih, aku tidak akan pernah sudi melakukan hal itu!"
"Terimalah, aku membuatkannya untukmu."
"Aku sudah kenyang dan tidak mungkin lagi aku memakan sushi mu itu. Jadi, biarkan saja tempat sampah yang memakannya. Lagipula, sushi itu tidak berharga untukku."
Ali merasa malu ketika mengingat kalimat-kalimat yang ia ucapkan pada Prilly. Apakah ia boleh memohon kepada tuhan untuk mengembalikan prilly kepadanya? Apakah bisa?
Rasa penyesalan itu membuatnya menyadari betapa berharganya seorang Prilly. Betapa berharganya gadis itu untuk dirinya. Dan satu Hal lagi yang baru ia sadari adalah ia mencintai gadis itu. Gadis yang selalu ia campakkan Dan tidak pernah ia pedulikan.
***
"Tidak bisakah kau menoleh dan melihatku tersenyum lebar menunggu setiap detik untuk kau membalas cintaku?" Prilly Ishida
"Mungkin aku memang terlalu bodoh telah membencimu dulu." Ali Watanabe
"Apakah kau tahu, hanya seutas benang tipis yang memisahkan antara rasa benci dan cinta." Look At Me Once
"Rasa penyesalan memang selalu datang di akhir cerita. Tidak pernah sekalipun rasa penyesalan itu datang pada awal cerita. Jadi, gunakan baik-baik waktumu untuk melakukan Hal yang lebih baik Dan berpikirlah dua kali untuk melakukan setiap Hal."

Bersambung ...

Cerbung Aliando dan Prilly "Look At Me Once" All Part>TAMAT<

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas