Advertisement

Advertisement

Cerbung Aliando dan Prilly "Antara Takdir dan Keadaan" Part 2



- Saat sedih menyapa, kebahagiaan datang menghampiri. Saat dimana selalu ada yang bisa kita lakukan untuk mengubahnya itu KEADAAN dan TAKDIR ? TAKDIR itu ibarat langkah kita, tak tau apa yang akan terjadi bahkan satu langkah kedepan, mulus rapi ? atau bisa saja terjatuh -
--------
Mama Ali tersenyum, ia senang anak lelakinya itu kembali tertawa lepas, pasalnya sejak kematian Prilla tiga hari lalu hanya senyun terpaksa yang Resi lihata dari bibir anaknya itu.
"Ma Ali pinjem ya" Ali, ia membawa handphone mamanya itu setelah mendapat anggukaan dari mamanya
.
bruk ! Lelaki ini membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya
.
"Lagi apa ?" Tanya Ali pada gadis di seberang telepon
.
"Kerjain tugas lah, secara aku kan anak teladan" Prilly
.
"Masa ?" Ali
.
"Iyalah gw gak mau sampe dihukum yang ketujuh kalinya berturut-turut" Prilly
.
"Haha.. jadi murid teladannya kalau udah dihukum" Ali
.
"Ish gak lah" Prilly
.
"Tidur gih udah malem" Ali
.
"Ya ya, emang mata udah gak bisa diajak kompromi sih hoam" Prilly
.
"Haha yauadah tidur gih" Ali
.
"Iya" Prilly
.
"Night, nice dream" Ali
.
"You too" Prilly
tuuuut tuuuut sambungan telepon terputus.
.
Matahari terasa terik siang ini, Pria ini menghentikan akti itasnya bermain basket, ia duduk di bawah pohon mengambil ponselnya. Tak lama ia temukan beberapa digit nomor yang ia dapatkan dari handphone mamanya itu
.
To : Prilly
Siang cewek pendiem lagi sibuk ?
.
Ali meletakkan handphonenya ke dalam tasnya lalu beranjak dari lapangan basket itu menuju kampusnya, ia ada kuliah sore hari ini
.
Mobil sedana hitama itu terparkir di halaman sebuah universitas ternama, seonggok *ralat* seorag pria tampan turun dari mobil itu lalu berjalan menuju kelasnya
.
"Hai Li" Sapa Wanda teman sejurusannya
.
"Hai" balas Ali singkat lalu duduk di kursinya
.
"Lo kenal Prilly ?" Pertanyaan itu menarik perhatiannya
.
"Iya, dia saudara kembar Prilla" Ali
.
"Dia juga sahabatku, kita kenal saat kita satu lokasi pengambilan gambar untuk sebuah majalah" Wanda
.
Ali yang tengah membaca buku menoleh ke arah Wanda yang duduk di sebelahnya
.
"Oh ya ? Prilly model ?" Ali
.
Wanda mengangguk
.
"Kau sudah lama mengenalnya ?" Ali, ia menutup bukunya sepertinya cerita tentang Prilly lebih menarik dibandingkan buku itu
.
"Lalu, menurutmu bagaimana ?" Ali
.
"Apa ?" Wanda, ia mengerutkan keningnya tak mengerti
.
"Ish orangnya. Baik kah, kecuali cerewet itu tak perlu kau katakan " Ali
.
"Ya dia baik, bisa dibilang sahabat terbaikku" ucap gadis berpostur tubuh tinggi itu.

Cerbung Aliando dan Prilly Terbaru

Shiiiiit
Ali menghentikan mobilnya di rumah orang tua Prilla, kaca jendela mobil ia buka mencoba mencari sang penghuni rumah
'Sepertinya mereka ada di dalam' pikir Ali dalam hatinya saat melihat ruang tamu rumah itu terang oleh sinar lampu
.
Ali melepas sabuk pengamannya, meraih tasnya dan memeriksa handphonenya pasalnya setelah ia mengirimkan pesan ke Prilly ia belum memainkan handphonenya lagi sedari tadi
.
Ali menghidupkan hpnya. Kosong tak ada satu pesan masuk pun dari Prilly
.
"Huh" Hembusan nafas kasar itu Ali keluarkan, sepertinya Prilly memang tengah sibuk sekarang
.
Pria ini keluar dari mobilnya berjalan memasuki rumah orang tua Prilla. Sekilas Ali melihat arloji yang terpasang di pergelangan tangannya, sudah jam setengah sebelas malam mungkin para tamu yang ikut mendo'akan almarhumah Prilla sudah banyak yang pulang ke kediaman masing-masing. Hanya beberapa sanak saudara yang terlihat masih berbincang-bincang di dalam sana terlihat dari kaca jendela rumah ini
.
"Assalamu'alaikum" Ucap Ali memasuki rumah yang sudah terbuka pintunya itu
.
"Wa'alaikumsalam, eh Ali, sini Li masuk" ucap Papa Rizal yang merupakan ayah Prilla dan Prilly
.
Ali duduk di sofa bersama yang lain untuk sekedar berbincang, rencananya pengajian untuk Prilla ini akana dilaksanakan selama 7 malam di rumah Prilla ini
.
"Maaf om Ali gak dateng tadi, Ali batu pulang kuliah" Ali
.
"Iya gak papa.. Om kira kamu gak bisa dateng karena hujan" Papa Rizal, yah sedari tadi memang kota ini diguyur hujan walaupun tidak begitu lebat
.
"Enggak om, tadi ada kuliah sore soalnya sampe malem tadi terus jarak kesini lumayan jauh makanya baru sampe jam segini" Ali, pandangannya beralih dari papa Rizal ke arah mama Ully yang kini tengah menuruni tangga dengan hp di genggamannya
.
"Jangan gitu dong sayang, yang semangat, masa ngeluh gak malu sama Kak Prilla, dia waktu sakit aja masih ceria" Mama Ully lalu duduk di sebelah Papa Rizal
.
"Prilly ya tante ?" Ali
.
"Iya, capek katanya lagi ngeluh nih sama tante" Tante Ully
.
"Oh" jawab Ali singkat diakhiri dengan senyumnya
.
"Kenapa sih ma ?" Papa Rizal
.
"Biasa lah capek katanya, udah jam segini belum sampe apartement tadi lembur di lokasi kata dia" Mama Prilly
.
"Ma.." Suara Prilly terdengar dari seberang telepon, Ali menatap mama Ully sesaat mendengarkan suara dari seberang sana yang terdengar manja
.
"Ma.." Prilly
.
"Apa" Mama Ully
.
"Prilly pengen pulang" Prilly
.
"Ya kan itu lagi di jalan nanti juga sampe sabar aja sayang, kalau capek tidur aja di mobil dulu" Mama Ully
.
"Ih bukan itu Prilly pengen pulang ke Indonesia" Prilly
.
"Mama sih terserah kamu, tapi kuliah kamu ? jadwal kamu disana gimana ?" Mama Ully
.
"Prilly pengen kabur tinggalin tuh orang-orang ngeselin yang ngatur-ngatur Prilly yang larang-larang Prilly buat pulang, emang siapa dia ngurusin hidup Prilly ?" Cerocos Prilly membuat Ali dan kedua orang tuanya tertawa kecil.

Bersambung....

Cerbung Aliando dan Prilly "Antara Takdir dan Keadaan" All Part >TAMAT<

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas