“Selamat pagi, Pak!”
“Selamat pagi, Pak Ali!”
“Selamat pagi!”
“Selamat pagi, Pak!”
“Selamat pagi!”
Seperti biasa, karyawan Aliando yang jalan berpapasan dengan laki-laki muda itu selalu menyapanya dengan begitu hangat. Pagi ini, adalah pagi pertama Aliando masuk kantor setelah memilih cuti untuk berbulan madu beberapa hari kemarin. Seolah lelaki itu telah menunggu lama Aliando, Louis tampak sudah menyambut kedatangan kawannya dengan sebuah senyum penuh godaan.
“Woow! Ada yang puas banget nih kayanya, habis pulang sangkar! Romannya kaya ada yang masih anget-anget gitu deh!” Ujar Louis sedikit menggoda Aliando yang baru saja datang.
“Lo bisa aja sih, Wis? Gimana? Udah persiapan apa aja tentang acara pernikahan lo? Ada gangguan gitu ga?” Tanya Aliando mengalihkan pembicaraan.
“Lumayanlah! Persiapan sih baru 30% tapi, yaa pelan-pelan ajalah? Eh, gimana? Istri lo udah ada tanda-tanda bunting ga, setelah pulang dari Bali?”
“Ya ampun, Wis? Lo pikir ga ada proses apa? Iya kali, langsung dung? Enggalah! Lo gimana sih?”
“Iya kali ajakan? Lagipula kan, udah dua bulan belakangan ini lo pasti puas banget lah? Bini lo udah gampang di ajak ahem! Masa belum jadi juga? Guekan pengen tau, gimana kalau lo jadi bapak-bapak? Wkaawkaa!” Ledek Louis terkikik geli.
“Ya doain ajalah, Wis! Gue jugakan ada usaha? Setiap malem juga gue perform kok sama Prilly! Lagian, gue yang berumah tangga kenapa lo yang jadi pengen gue punya anak sih?” Sahut Aliando dibuat bingung.
Drrrttt... Drrrttt...
Disela-sela perbincangan Aliando bersama Louis dikantor, ponsel Aliando mendadak berdering. Sebuah panggilan masuk, bertamu pada ponsel pemuda berjas rapi itu. Sontak perhatiannya tertuju pada layar ponsel yang menampilkan sebuah nama kontak yang akhirnya membuat ia tersenyum di pagi itu.
In Coming Call
Prillovely.
+62881***3336
“Prilly telepon. Bentar wis!” Seru Aliando sebelum akhirnya ia mengangkat panggilan itu.
“Iya sayangku, Hallo cintaaa!” Aliando menyapa Prilly begitu manisnya, membuat Prilly sedikit luluh di sebrang sana.
“Kakak?? Ummm.. Kakak bisa pulang ke rumah ga? Anterin aku ke Bandung ya kak? Aku pengen ke rumah ibu sama ayah?” Sahut Prilly di sebrang sana, dengan suara yang terdengar memohon.
“Loh sayang? Kok mendadak gitu sih? Memangnya, ada apa di Bandung? Kamu bukannya harus kuliah, sayang?” Heran Aliando mencari tahu.
“Aku males kuliah! Emang ga ada apa-apa sih kak di Bandung, tapi aku pengen ketemu ibu sama ayah aja? Satu hari iniiiii aja?? Boleh dong kak? Aku janji deh, besok aku kuliah! Janji.!” Ujar Prilly masih terkeukeuh ingin tetap pergi ke Bandung.
“Prilly sayang? Kakak udah di kantor, sayang? Kakak ga mungkinkan balik lagi? Lagipula dirumahkan ada mobil? Ada pak Iyung juga! Kamu pergi sama pak Iyung aja ya? Nanti, pulang kerja aku yang akan jemput kamu ke Bandung. Okey, sayang?” Bujuk Aliando berusaha memberikan pengertian.
“Kakak ga sayang ya sama aku? Akukan maunya pergi sama kak Ali? Aku cuma minta waktu kak Ali sedikit doang kok? Aku cuma pengen kak Ali anter aku ke rumah ibu sama ayah. Itu aja kok?” Seru Prilly terdengar begitu sedih di sebrang telepon sana.
“Engga gitu sayang? Oke-oke, iyaudah, kamu tunggu kakak ya? Kakak mau pulang nih, setelah itu kita pergi ke Bandung, yah?” Ujar Aliando akhirnya menuruti. Lelaki itu hanya tidak ingin Prilly akan salah paham nantinya, lihat saja pikirannya langsung saja tertuju pada hal yang ga mungkin? Engga nurut malah dibilang engga sayang? Padahalkan ga begitu?
“Wis, gue mau ke Bandung hari ini. Berhubung hari ini ada meeting, gue mau lo yang hadapi client ya selama ga ada gue? Biar nanti gue yang bilang sama sekretaris gue supaya dia dampingi lo. Oke?”. Pamit Aliando tergesa-gesa.
“Eh, tapikan Li? Lo baru aja masuk? Lagian dadakan banget sih mau ke Bandung?”
“Iya, Prilly pengen ketemu ibu dan ayahnya. Kalau gue yang engga antar dia? Dia bisa ngira gue ga sayang sama dia! Ya gue ga maulah!” Sahut Aliando rela tidak rela.
“Yaudah ah! Gue mau jemput istri gue dulu. Lo kerja yang bagus ya Wis! Bye!” Pamit Aliando yang kemudian berlalu pergi meninggalkan kantor.
***
Prilly tampak telah siap untuk bergegas pergi seraya menunggu Aliando menjemputnya.
“Hallo?? Kak Ali? Kakak di mana? Aku udah nunggu tauu!!”
“Iya sayang, kakak lagi di jalan. Dari tadikan kakak bilang kakak lagi di jalan? Sabar dong Prillyy?? Kakak bentar lagi sampai kok?”
“Tapi kakak kok lama banget sih? Kakak jangan mampir-mampir ih!?”
“Engga sayang, lagian Prilly teleponin kakak terus, gimana ga lama? Di tungguin sih? Ini yang ke berapa kali coba Prilly teleponin kakak? 3 menit sekali lo Prilly teleponin kakak terus? Sabar ya sayang? Kakak bentar lagi sampai nih?”
“Iya habis kakaknya lama? Yaudah kakak jangan matiin telepon, kalau kakak matiin aku ngambek!”
“Loh? Kok gitu? Jangan dong, nanti kakak ga ada temen duet lagi?”
“Yah, kakak sih? Kakak udah sampai mana? Kok masih lama sih? Aku bete tauu!”
“Iya sayang, nih kakak di hati kamu! Wlee! Hehe”
Kegelisahan Prilly mendadak di kejutkan dengan kehadiran Aliando yang nyatanya telah sampai di rumah? Lelaki itu tiba-tiba nongol dari balik pintu kamar yang tertutup. Melihat suaminya telah datang, Prilly langsung terlonjak dan memeluk Aliando begitu saja.
“Kakaaaaakkk!!! Ih, kakak lama banget sih? Aku nungguin kakak tau?” Rengek Prilly dalam dekapan Aliando.
“Dih? Kok tumben? Kakak baru pergi dari rumah beberapa jam doang loh? Kok mendadak berlebihan gini sih? Biasanya juga santai? Istri kakak pasti ada maunya nih! Ngaku?” Sahut Aliando menggoda Prilly.
“Engga! Emang biasanya aku kaya gitu?” Tanya Prilly balik meminta keterangan dari sang suami.
“Eeumm.. Iya deh percaya, yaudah, ayo! Katanya mau ke Bandung?”
“Iya, ayo! Kakak bawain barang-barang aku ya? Nih” Prilly menyerahkan dua buah koper berisi pakaian-pakaian miliknya. Aliando ternganga melihat sang istri membawa barang sebanyak itu.
“Sayang? Katanya kamu mau ke rumah ibu sehari aja?” Tanya Aliando heran
“Iyaa kok, emang cuma satu hari? Kenapa kak?” Sahut Prilly membenarkan.
“Satu hari bawa dua koper? Kamu emangnya mau ganti baju berapa menit sekali sih sayang? Mending bawa 2-3 baju ganti aja? Biar engga ribet loh maksud kakak?”
“Ih! Kakak kenapa sih? Suka-suka aku dong? kan aku yang mau pakai baju-bajunya? Kakak mah protesin aku terus! Sebel ah aku mah! Yaudah ah, sini, aku mau ke Bandung naik bus aja! Kakak balik ke kantor lagi sana.! Aku mau sendirian!” Prilly mendadak ngambek, ia berlalu begitu saja melewati suaminya dengan perasaan penuh kesal.
Aliando sedikit bingung, mengapa Prilly mendadak sensitif begitu? Padahal tadi agresif banget sampai telon beberapa kali ? Huh! Prillyyy...
Aliando lantas mengejar langkah Prilly yang baru menuruni anak tangga rumahnya.
“Prilly kok ngambek sih? Maksud kakak ga gitu kok sayang? Yaudah sini kakak bawain ya? Kamu berangkat sama kakak. Kakak ga mungkin dong biarin Prilly berangkat sendirian?”
“Lagian kakak sih? Protesin aku mulu? Rasanya kakak kaya salahin aku terus, gitu? Hiks” seru Prilly mendadak menangis. Aliando semakin bingung. Iapun lantas berusaha kembali untuk menenangkan Prilly.
“Engga kok sayang, kakak ga bermaksud buat salahin Prilly? Prilly jangan nangis yaa? Kakak minta maaf. Prilly maafin kakakkan?” Seru Aliando kembali menenangkan. Prilly mengangguk memaafkan Aliando, Aliandopun lantas memeluk Prilly begitu eratnya.
***
“Asslamu'alaikum.. Ibuu~ Ayah~” Prilly langsung menghambur kedalam pelukan ayah dan ibunya yang telah menunggu kedatangannya sedari tadi.
Sementara Aliando, tampak masih disibukkan dengan dua koper berat yang dibawa Prilly.
“Apa kabar nak? Kau baik-baik sajakan?” Tanya tuan Locsin menyambut Aliando begitu hangat.
“Ali baik, Ayah! Ali minta maaf ya Ayah, Ali baru menyempatkan diri kemari. Ali dulu pernah buat ayah menderita, Ali memang durhaka, maafkan Ali ya Ayah?” Seru Ali mencium punggung lengan tuan Locsin cukup lama.
“Tidak apa-apa nak, ayah tau kau hanya salah paham saja. Ayah juga minta maaf ya? Karena, ayah tidak bisa menjaga ayahmu dari orang-orang itu?” Ujar tuan Locsin mencoba meminta maaf.
“Engga apa-apa yah? Aku sekarang mengerti, mungkin itu sudah takdirnya ayah Azolf untuk kembali ke sisi Tuhan.” Sahut Aliando mulai berpikir dewasa.
“Bagus kalau kau sudah mengerti. Ayah bangga pada ayahmu, Ali. Rupanya, ayahmu tidak gagal mengarahkanmu sejak kecil, meskipun kau sempat tersesat, dirimu ternyata bisa melepaskan diri dari kegelapan itu.! Sekarang, ayah percayakan Prilly padamu ya? Jagakan putri ayah, sayangi dia, ayah mohon jangan sekalipun kau sakiti putri ayah ya, nak? Ayah yakin, kau Pria yang pantas untuk putri ayah.” Ujar tuan Locsin tanpa melepaskan sentuhannya dibahu Aliando. Aliando mengangguk, kini ia memiliki tanggung jawab baru untuk ia pertanggung jawabkan kepada tuan Locsin, ayah mertuanya.
...........
“Ibu, aku kangen tau sama ibu? Ibu ga kangen apa sama aku?” Prilly tampak tengah bermanja-manjaan dengan nyonya Ully. Gadis itu memeluk ibunya dengan sarat penuh kerinduan.
“Ibu kangenlaah sama anak Ibu? Masa ibu engga kangen Prilly? Gimana, bulan madu Prilly kemarin? Lancar?” Sahut nyonya Ully berakhir dengan sebuah tanya perduli.
“Alhamdulillah ibu, lancar! Ibu tau ga? Waktu aku di sana, aku jadi inget waktu kita satu keluarga liburan kesana. Aku merasa, bahwa dulu itu aku sama sekali ga memiliki beban ya bu? Rasanya, yang aku tahu hanya bermain, bersenang-senang dan tertawa. Saat itu aku tidak tahu loh bu, bahwa ketika aku sebesar ini aku justru harus hidup mendampingi suamiku dan jauh dari ayah dan ibu?” Seru Prilly bicara adanya. Nyonya Ully tampak tersenyum seraya masih dengan mengusap pelipis Prilly penuh kasih.
“itulah kehidupan sayang, hari ini kita tertawa, tapi entah dengan besok dan lusa, apakah kita masih tertawa? Ketika kita terpuruk, kita juga tidak bisa terus terpuruk. Terkadang, keadaan memaksa kita untuk terus bangun dan melanjutkan hidup. Walaupun, pada kenyataannya kita merasa kita tidak sanggup untuk hidup. Tapi percayalah Prilly, dibalik setiap langkah yang kita tempuh, sejauh apapun itu, selelah apapun kita, Allah akan membayar itu semua dengan suatu hasil yang tidak akan pernah kita duga. Yang pasti, yang begitu indah!” Ujar nyonya Ully memberikan pengertian pada putrinya.
Prilly tersenyum senang mendengar seruan sang ibu yang sangat ia rindukan. Prilly semakin mengertakan dekapan ibunya, rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan pelukan hangat senyaman pelukan ibunya tersebut.
Selang beberapa detik, Ayah dan suami Prilly, datang ke ruang tengah dimana Prilly dan ibunya tengah asyik berduaan melepas rindu. Aliando tampak bersalaman dengan nyonya Ully, lalu mengambil posisi duduk tepat di satu sofa yang berukuran satu orang. Karena memang, di sebelah sisi Prilly terdapat Ayah Locsin, dan membuat Prilly dihimpit antara sang ibu dan ayahnya.
“Nak Ali mau makan tidak? Ibu sudah memasak khusus untuk menyambut kedatangan kalian. Kalian makan ya?” Ujar nyonya Ully hendak beranjak mempersiapkan makan siang.
“Kak Ali mau makan? Kakak mandi dulu ya? Aku siapin air hangatnya sebentar, supaya capeknya hilang!.” Tawar Prilly mulai beranjak dari duduknya, Aliando tampak menurut, lelaki itu lantas mengikuti langkah Prilly yang berjalan menuju kamar,
“Ini kak handuknya, aku siapin airnya sebentar ya kak?” Pamit Prilly setelah memberikan handuk pada suaminya.
...
Prilly terlihat tengah sibuk membantu nyonya Ully untuk menyajikan makan siang hari ini di meja makan.
“Sudah siap!!” Teriak Prilly kegirangan begitu semua makanan telah tersaji di atas meja.
“Nah, sekarang Prilly panggil Ali ya, Nak? Kita makan siang dulu, ibu mau panggil ayah, biasanya ayah ada di luar, ibu keluar sebentar yah, sayang?” Seru nyonya Ully begitu hangat.
“Prilly juga mau panggil kak Ali, bu? Yaudah Prilly ke kamar duluan ya, bu?” Ucap Prilly berlalu menuju kamarnya di rumah itu.
... Terlihat Aliando tengah bercermin seraya merapikan rambutnya yang tampak basah karena habis keramas. Prilly langsung mengernyitkan dahinya hingga beberapa lipatan tanda ia tidak suka.
“Kak Ali? Kakak kok pakai baju itu?” Protes Prilly langsung menutup pintu kamar dan menatap penampilan Aliando yang menurutnya sangat jelek.
Aliando tampak kebingungan, ia kembali melihat penampilannya dari cermin, tapi tidak ada yang aneh?
“Kenapa sayang? Ada yang salah?” Tanya Aliando bingung.
“Salah dong kak, kakak itu jadi jelek tauu pakai baju itu?? Daaannnn uummhh!! Kakak pakai minyak wangi nyong-nyong ya? Ihh, kakak bauuu!! Kakak ga mau, pokoknya ganti bajunya, dan jangan pakai parfum nyong-nyong itu lagi, titik.!” Cerca Prilly begitu tak sukannya dengan aroma parfum Aliando setelah ia mengendusnya dalam-dalam.
“Kamu kenapa sih sayang? Minyak nyong-nyong apa? Orang ini parfum yang biasa kakak pakai kok? Kenapa jadi nyong-nyong? Baju kakak yang inikan yang kamu pilih waktu kita shoping kemarin, Prilly? Kamu jangan aneh-aneh deh, kakak bingung tau!” Seru Aliando menjelaskan beberapa tudingan yang ditujukan oleh Prilly.
“Engga, pokoknya selama kakak masih pakai baju itu kakak jelek.! Jelek sejelek-jeleknya, parfum itu juga! Bikin perut aku mual!! Ihh,” Ejek Prilly benar-benar menjatuhkan suaminya sendiri.
“Kok Prilly gitu sih? Terus kakak pakai apa? Baju ganti yang ada di mobil ya cuma baju ini aja sayang? Kan kemarin udah turun semua waktu kita dari Bali?” Seru Aliando semakin kebingungan.
Seraya menutup hidungnya rapat-rapat, Prilly berjalan melalui suaminya dan membuka lemari yang ada di kamar itu. Di dalam lemari itu terdapat beberapa kaos tuan Locsin yang tak lagi dipakai, mata Prilly tertuju pada kaos berwarna merah muda yang menggantung. Prillypun meraihnya dan membawanya pada Aliando yang duduk di sisi ranjang tanpa meninggalkan cermin.
“Ini, kakak pakai ini aja ya? Dari pada pakai itu, jelek! Aku ke meja makan duluan ya kak, inget loh parfumnya jangan dipakai lagi! Kalau di pakai lagi aku ga mau deket-deket kakak.!” Seru Prilly yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Aliando di kamar itu.
“Aarrhh! Prilly apaan coba? Masa udah ganteng plus wangi begini gue dibilang jelek dan bau? Pake acara ganti pake kaos oblong warna pink gini lagi? Ya Tuhaaannn!!!!” Umpat Aliando begitu frustasi ketika harus mengenakan pakaian dengan warna girlly begitu.
~
“Eehh, kak Ali? Sini kak, deket aku!” Prilly menyambut kedatangan Aliando seraya menepukkan telapak tangannya di sebuah kursi kosong yang ada di sebelahnya. Aliando memaksakan sebuah senyum, bagaimana tidak terpaksa? Bila Aliando justru malah mengenakan sebuah kaos yang sama sekali tak membuatnya merasa nyaman.
“Sepertinya, ayah mengenal kaos yang dipakai Ali?” Sikut tuan Locsin begitu melihat Aliando dengan sebuah senyuman mencibir.
“Hehe, iya ayah.. Kak Ali pinjem baju ayah dulu ya? Lagian kak Ali bawa baju salin yang jelek? Yaa jadinya mendingan pakai punya ayah aja ya yah? Yaudah sini, kak Ali mau makan pakai apa?” Prilly sedikit menyahuti seruan sang ayah sebelum akhirnya ia mengurusi suaminya.
“Sayang, kakak ganti baju aja ya? Kan gaenak sama ayah kalau baju ayah kakak pakai?” Bisik Aliando saat Prilly sibuk mengambil lauk untuk pendamping nasinya.
“Engga, kak? Kakak jelek tau pakai baju itu. Lagian ayah juga udah ga pakai baju itu kak? Yaudah nih, kakak makan aja ya? Atau kakak mau aku suapin?” Ujar Prilly menyodorkan satu piring makanan yang telah disajikannya untuk Prilly.
“Loh, emangnya Prilly ga mau makan? Udah kakak makan sendiri aja, Prilly makan juga ya?” Seru Aliando meraih piringnya dari Prilly.
“Prilly ga nafsu kak? Rasanya, Prilly blenger gitu kak? Tapi, kayanya Prilly pengen jus buah naga deh? Habis makan, kakak mau cariin untuk aku ga?” Seru Prilly mengutarakan keinginannya
“Jus buah naga?” Pekik Aliando kembali mengulang ucapan Prilly.
Prilly mengangguk seraya tersenyum manis, dari tatapannya gadis itu sangat berharap Aliando mau membelikan untuknya.
“I.. Iya oke! Nanti kakak carikan untuk kamu ya sayang?” Seru Aliando akhirnya mengiyakan permintaan Prilly. Prilly memeluk Aliando kegirangan begitu suaminya menuturkan kesediaannya untuk mencarikan buah naga itu untuk dirinya.
Beberapa menit telah berlalu, aktivitas yang terjadi di meja makan sebelumnya tampak telah usai. Aliando kini tengah bersiap-siap untuk pergi mencari jus buah naga sesuai dengan yang diinginkan Prilly.
“Kakak pergi dulu ya? Kamu jangan nakal, okey?” Seru Aliando langsung mengecup kening Prilly. Prilly mengangguk nurut, ia tersenyum seraya mengecup punggung lengan Ali begitu patuhnya.
Aliando langung bergegas pergi, ke pusat kota untuk mencari jus buah naga yang di inginkan istrinya.
***
Dua jam berlalu, Aliando telah kembali seraya membawa sebuah jus berwarna merah keunguan. Rasanya begitu lelah sekali, tatkala ia harus berkeliling bandung mencari jus buah naga yang tidak seberapa itu. Aliando langsung memasuki rumah tuan Locsin yang kebetulan nyonya Ully tengah berada diteras, saat itupun Aliando mendapati sambutan hangat dari ibu mertuanya.
“Wa'alaikum sallam.. Nak Ali, dari mana saja?” Sambut nyonya Ully hangat keheranan.
“Ini bu, tadi Prilly minta jus buah naga. Ternyata di bandung sedikit agak susah ya bu cari jusnya? Hehe. Prilly ada di dalamkan, bu?” Jelas Aliando, berakhir dengan tanya
“Oh begitu? Prilly di dalam, nak? Tadi dia pamit buat ke kamar, mungkin saja istrimu sedang beristirahat?” Sahut nyonya Ully memberi tahu.
“Yaudah, Ali masuk dulu ya bu? Prilly pasti udah nunggu jusnya? Hehee,”
Aliando beranjak masuk, setelah menyudahi papasannya dengan ibu mertuanya.
“Sayaang?? Aku bawa jus buah naganya nih?” Aliando memasuki kamar dengan perasaan senangnya, meski Prilly terlihat tengah terlelap dalam tidur siangnya sepertinya Aliando sedikit tak perduli?
Aliando langsung menjatuhkan bokongnya di sebelah sisi ranjang empuk itu, merangkul Prilly yang tengah asyik bergelut dengan mimpi indahnya.
“Prilly?? Bangun dong sayang?? Kakak udah dapet jusnya loh?” Bisik Aliando berusaha membangunkan Prilly dengan menggerayangi dada Prilly yang kemudian berhasil membuat Prilly terbangun karena merasa kegelian.
“Aahhh, kak Ali?? Aku ngantuk tauu??” Ringis Prilly ingin menangis karena terganggu oleh suaminya sendiri.
“Ihh, bangun dulu? Kakak udah bawain loh jusnya? Tadikan kamu minta jus buah naga sayang?” Seru Aliando beralih membelai rambut Prilly.
“Kakak kasih jusnya ke ibu aja yah? Aku udah ga mau lagi. Sekarang rasanya aku maleesss banget, aku mau tidur lagi kak? Kak Ali jangan ganggu aku dulu dong? Ihh,” rengek Prilly berlanjut.
“Kok kasih ke ibu? Tadikan kamu minta jusnya sayang? Sekarang, aku udah beliin kamu malah ga mau?”
“Itukan tadi kak? Kakak kasih ibu aja ya? Sekarang aku cuma mau tidur, nanti malam kita jalan pulang ke Jakarta ya kak? Katanya besok aku suruh kuliah? Jadi, aku mau tidur siang ya kak? Biar di mobil nanti aku bisa temenin kakak. Udah ah kakak jangan ganggu!” Seru Prilly kembali mengambil posisi berbaring dengan membelakangi suaminya.
“Tapikan, sayang,-”
“Ssssttt.. Kakaaaakkk??? Aku mau tiduuurr iiihhh!”
“Iya iya sayang, maafin yah? Kakak ke luar dulu. Kamu istirahat!” Sahut Aliando akhirnya menyerah. Ia pun kembali keluar dengan membawa jus itu.
***
Di sepanjang jalan pulang menuju Jakarta, Aliando sibuk berkosentrasi mengemudikan mobilnya dengan penuh kehati-hatian. Sementara Prilly, sedari tadi hanya tertidur pulas di sebelah sisi Aliando dengan seatbelt yang menyanggah tubuh Prilly. Aliando tampak frustasi karena harus seorang diri tanpa seorang teman ngobrol sebagai penghilang penat yang sering kali muncul meliputinya.
“Prilly gimana sih? Aneh banget deh beberapa hari ini? Kamu kenapa sih sayang?” Gumam Aliando frustasi di sela-sela mengemudinya.
Beberapa jam berlalu, Aliandopun kini sampai tepat di halaman rumahnya, Prilly masih terlelap, gadis itu seperti menjadikan tidur sebagai hobinya. Dan sungguh, itu membuat Aliando merasa bete.
“Sayang, bangun dulu dong? Temenin kakak?? Kakak pengen main tauu” Rajuk Aliando begitu lembutnya seraya meniupi tengkuk Prilly yang membelakanginya.
Prilly ke gelian, gadis itupun sedikit tersadar dari tidur nyenyaknya.
“Kakak? Aku capek tau! Uummhh! Kenapa kakak bau sih? Kakak pakai minyak wangi itu lagi ya?” Prilly mendadak Protes di setengah kesadarannya.
“Bau apa sihh? Kakak habis mandi lo? Lagian kakak cuma pake parfum kakak sedikit doang kok? Biasanya jugakan begitu? Kan kamu yang nyuruh kakak buat selalu pakai parfum setiap kali kita mau perang? Kenapa jatuhnya kamu jadi kebauan sih?” Bingung Aliando frustasi,
“Enggaaa.. Kakak bau. Aku ga mau, udah kakak bobo di sofa aja! Jangan tidur bareng aku.” Tolak Prilly kesal.
“Kok kamu gitu sih?? Masa kakak tidur di soffa? Ga mau ah!”
“Ih, yaudah kalau gitu biar aku yang pindah ke kamar tamu.! Wlee.” Prilly beranjak bangun dari pembaringannya. Gadis itu lantas meninggalkan Aliando seorang diri yang telah siap untuk menguasai ranjang malam itu.
“Aaarrrgghhh!! Prilly??” Aliando mengacak frustasi rambutnya setelah kepergian Prilly meninggalkan kamar.
Cerbung Aliando dan Prilly Terbaru
“Lo kenapa bro? Dari pagi gue perhatiin Bete gitu? Ada masalah di Bandung?” Louis mendadak datang memasuki ruangan Aliando yang tertutup di jam menuju istirahat.
“Gue lagi selek sama Prilly, wis?” Sahut Aliando sedikit mengutarakan kegundahannya pada Louis.
“Tumben? Biasanya ahemm, berarti tadi malem ga ada cerita dong? Bhaaha” ledek Louis sedikit mentertawakan.
“Engga ada! Tapi serius, Wis? Prilly itu aneh tau ga? Padahal ya, guekan pakai baju pilihan dia waktu shoping di Balikan? Dia bilang apa, Wis? Dia bilang gue jelek tau lo pakai baju itu? Parfum gue dibilang bau nyong-nyong pula! Padahal, biasanya tuh dia ga pernah masalah gitu sama parfum gue? Terus moody-an! Kadang-kadang perhatian, manja-manjaan, agresif sama gue tapi kadang-kadang juga dia jadi marah-marah ga jelas, dan seringnya ya cuma berselang beberapa detik dia mendadak nangis! Padahal gue cuma jelasin sedikit sesuatu gitu tapi dia malah nangkep gue marahin dia? Gimana gue engga setreess wissss!!!” Jelas Aliando menceritakan apa yang telah dirasakannya.
“Wah, kayanya itu bawaan bayi deh, Li?” Celetuk Louis membuat Aliando menganga dengan ucapan sahabat karibnya itu.
“Hah? Bayi? Maksud lo? Gue ga salah dengerkan lo ngomong bayi?” Ujar Aliando meminta penjelasan.
“Gue serius, Li. Gue rasa lo harus bawa istri lo ke dokter kandungan deh? Biar di periksa gitu. Menurut gue, istri lo lagi mengalami perubahan hormon tuh!(?)” Duga Louis membuat Aliando semakin tak sabar ingin membawa Prilly ke dokter kandungan sesuai dengan instruksi Louis, kawan terbaiknya.
Bersambung ...
Cerbung Aliando dan Prilly "Emergency Life" All Part >TAMAT<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar