Advertisement

Advertisement

Cerbung Aliando dan Prilly "Emergency Life" Part 16



Di sebuah Universitas Jakarta tempat dimana Prilly berkuliah, Prilly tampak tengah sibuk meneliti di lapangan sebagai tugas umum dari seluruh jurusan yang ada. Prilly tampak berkeringat begitu derasnya karena ia telah berjemur di bawah teriknya matahari saat ia harus meneliti tumbuh-tumbuhan yang berada di seluruh area kampus. Rasanya kepala Prilly mulai berat, matanya mulai berkunang-kunang daann...
ZREEP !!
Semua tampak gelap. Tak ada apapun lagi yang bisa diingat Prilly. Sementara itu, seluruh mahasiswa yang berada di luar ruangan, terlihat begitu heboh dengan pinsannya Prilly. Niar yang kala itu berada di dekat Prilly, tampak yang paling panik melihat sahabatnya jatuh tak berdaya.
“Prilly? Prilly bangun dong? Please, please tolongin gue dong?? Kalian kok cuma liatin doang? Temen gue butuh bantuan, tau ga sih lo semua?” Jerit Niar dalam kepanikannya. Namun, tak ada seorang mahasiswapun yang bergerak untuk menolong Niar dan Prilly, hingga beberapa detik kemudian, Rio tampak berlari menghampiri Niar yang tengah membutuhkan bantuan karena pinsannya Prilly.
“Astaga, Prilly?? Prilly kenapa, Nyar? Kenapa bisa pinsan begini?” Pekik Rio turut panik dengan keadaan Prilly.
“Engga tau, kak? Prilly tiba-tiba aja pinsan? Kita bawa Prilly ke klinik kampus aja ya kak? Ayo kak? Prilly butuh bantuan!” Rengek Niar terus mengguncangkan tubuh Rio untuk segera membawa Prilly ke Klinik Kampus. Riopun mengangguk, lelaki itupun lantas menggendong tubuh mungil Prilly untuk segera dibawanya.
.....
“Kak Rio, hari inikan ga ada dokter jaga? Gimana dong kak? Inikan hari sabtu?” Panik Niar ketika telah berada di klinik kampus.
“Udah, lo tenang dulu, Nyar?” Seru Rio menenangkan Niar sebelum akhirnya, Rio bergerak mencari minyak kayu putih di kotak P3K yang ada di sekitar klinik.
“Prill? Prilly bangun, Prill?? Prilly??” Rio terus berusaha membangunkan Prilly tepat ditelinga Prilly dengan terus menempelkan aroma minyak kayu putihnya ke hidung mancung Prilly.
“Kak gimana, kak? Prilly belum bangun-bangun jugaaa? Kita bawa ke rumah sakit aja ya kak? Takutnya dia emang lagi kurang vit, kak?”
“Engga, engga kok Nyar, Prilly mulai siuman nih, kamu ambilin air putih ya? Atau engga teh anget kek di kantin, cepetan!” Seru Rio begitu Prilly mulai menggerakkan kepalanya.
Niar bersedia, gadis itu lantas berlalu meninggalkan Rio bersama Prilly yang mulai tersadar secara perlahan. Gadis itu berlari untuk mengambil minum untuk Prilly.
“Eennggghhh~” Desis Prilly seraya memegangi pelipisnya.
“Kamu sudah bangun Prilly? Alhamdulillah..” Seru Rio mengucap syukur.
“Kak Rio?” Ujar Prilly yang kemudian berusaha untuk bangun dari pembaringannya, namun Rio dengan cepat melarang Prilly untuk bangun.
“Udah, kamu gaperlu bangun, kamu istirahat aja yaa? Kamu masih lemes gitu. Kamu kaya gini pasti kamu karena kecapean deh??” Seru Rio
“Engga, aku gapapa kok kak? Oh iya, kak Rio? Niar dimana ya? Aku kok ga liat dia?” Tanya Prilly mencari-cari Niar.
“Niar lagi ambil minum, sebentar lagi dia datang kok. Udah, kamu jangan banyak gerak dulu ya Prilly? Kamu harus istirahat..” Ujar Rio.
Benar saja, berselang beberapa menit, Niar tampak datang memasuki klinik kampus seraya membawa teh hangat.
“Prilly?? Ya ampun, lo gapapakan?? Nih, lo minum dulu ya Prill??” Seru Niar langsung memberikan teh hangatnya untuk Prilly.
“Thanks ya, Nyar? Gue gapapa kok!” Sahut Prilly setelah menyeruput teh hangatnya.
“Okey, lo lagi ga enak badan ya? Lo kenapa ga ngomong sih? Kan bisa gue izinin ke Dosen, kalau lo emang ga bisa ikut ke lapangan??”
“Gue juga ga tau Nyar, orang gue baik-baik aja kok? Mungkin tadi mataharinya terlalu panas, jadi daya tahan tubuh gue ga mampu kali ya tahan panasnya matahari?” Jelas Prilly menerawang.
“Yaudah, lo tetep di sini ya biar bisa istirahat? Gue temenin deh, biar lo ga kesepian?” Ujar Niar masih merasakan kekhawatiran mengenai kondisi Prilly.
“Iya, thank you ya, Nyar?”
“Oh iya, lo pasti belum makan deh, makanya lo pinsan?” Tuding Niar kemudian.
“Gue udah sarapan susu kok, Nyar tadi pagi?” Sahut Prilly mengelak tudingan Niar.
“Ya ampun, Prilly.. Minum susu bukan sarapan! Yaudah, karena Niar udah ke kantin buat ambil minum tadi, sekarang aku ke kantin sebentar ya? Mau beli bubur dulu supaya perut kamu bisa sedikit ke isi.. Sebentar yaa!” Rio langsung bergegas meninggalkan klinik kampus untuk segera menuju kantin.
“Tuh, Prilly? Lo liatkan? Kak Rio perhatian gitu sama lo, pasti dia ada rasa deh sama lo?” Sikut Niar sepeninggalan Rio
“Masa sih? Enggalah, kak Rio ga mungkin Nyar suka sama gue? Cuma perasaan lo aja kali. Kak Rio biasa aja tuh sama gue?” Elak Prilly tak menyeriuskan seruan Niar.
“Astagfirullah, kok lo ga percaya sih Prill? Jadi, selama ini kak Rio kasih lo perhatian lebih, lo cuma anggap biasa aja? Haduuuhh, Prilly? Kalau kak Rio tau, pasti sakitnya tuh disini,-” ujar Niar menunjuk dadanya dengan memberi ekspresi semiris mungkin.
“Haha, lo ga usah lebay Nyar? Kak Rio biasa aja juga, ga mungkin ah dia sampai segitunya? Kak Rio itu cowok gantle, jadi ga mungkin nyali dia seciut itu buat suka sama perempuan, cinta diam-diam ga akan berlaku buat cowok se-gantle kak Rio, Niaaarrr!” Keukeuh Prilly masih tak percayai ucapan Niar.
“Ihh, gue serius Prillyyyy~”
“Enggak! Wlee,-”
“Ih, lo dibilangin ngeyel!”
“Biarin, lagian dibilang ga mungkin juga! Lo yang ngeyel.!”
“Ihh, tau ah! Capek deh gue,”
“Yaudah.!”
Niar menyerah dengan ke-keukeuhan Prilly yang tetap tidak memperdulikan perkataannya, padahal Niar yakin betul kalau Rio memiliki perasaan lebih pada sahabatnya itu.
Tak beberapa lama kemudian, Rio datang dengan membawakan semangkuk bubur nasi yang ia belikan khusus untuk Prilly.
“Ini, aku bawa buburnya.. Kamu makan dulu ya? Biar aku suapin.!” Ujar Rio seraya mengaduk bubur itu yang tampak asap mengepul karena memang masih panas.
“Aku bisa makan sendiri kok kak Rio?” Seru Prilly
“Udah, kakak suapin aja ya? Nih, awas pelan-pelan masih agak panas” Rio menyodorkan sesendok bubur itu untuk disantap Prilly.
Bibir Prilly menyambut sendok itu untuk segera ia santap buburnya. Namun, belum sempat semuanya tertelan perut Prilly mendadak merasa mual dan membuat Prilly sedikit berlari kearah westafel yang tersedia di sudut klinik untuk memuntahkan kembali buburnya.
“Uuwweeekkkk!!”
“Prilly??” Niar kembali panik, gadis itu lantas menghampiri Prilly dan membantu mengusap punggung Prilly semampunya.
“Kamu kenapa Prilly? Kamu pasti lagi gaenak badankan? Kita ke rumah sakit aja ya?” Ujar Rio mengambil alih posisi Niar, kini Rio sedikit mengurut tengkuk Prilly agar Prilly bisa memuntahkan seluruh isi perutnya.
“Aku gapapa kok kak? Tadi pagi aku baik-baik aja kok kaya biasa? Tapi kayanya ini emang gara-gara capek kali ya? Soalnya kemarin aku habis dari Bandung? Aku mau pulang aja deh kak? Aku pengen istirahat aja sih?” Jelas Prilly akhirnya memilih untuk pulang.
“Yaudah, kalau gitu kakak anter ya?” Tawar Rio.
“Iya Prill, lo dianter kak Rio aja ya? Takutnya ada apa-apa dijalan kalau lo sendiri?” Sambung Niar
“Tapi gue bisa sendiri kok, Nyar?”
“Engga, gue ga akan izinin lo buat pulang sendiri dalam keadaan kaya gini. Kak Rio? Kakak tolong anterin Prilly pulang ya? Aku takut ada apa-apa kalau Prilly pulang sendirian?” Ujar Niar meminta tolong pada Rio.
“Iya, gue pasti anterin kok. Ayo Prill? Aku antar kamu pulang, biar nanti absen kamu Niar yang urus!”
“Yaudah, makasih ya kak? Niar, gue pulang ya?” Pamit Prilly pada Niar.
“Iya, lo hati-hati ya? Cepet sembuh~” Sahut Niar.
Rio dan Prillypun berlalu untuk segera menuju ke rumah Prilly.
***
Setelah menempuh perjalanan dari kampus, mobil milik Riopun akhirnya sampai di depan halaman rumah Prilly. Rio lantas melepas seatbelt yang melindungi tubuhnya, lalu keluar mobil dan berlari menuju pintu mobil sebelahnya, membukakan pintunya untuk Prilly yang masih berada di dalam mobil.
Dari dalam rumah, Aliando yang sengaja pulang cepat dengan berniat untuk membawa Prilly ke dokter kandungan sesuai saran dari Louis, tampak melihat dari arah jendela ketika pendengarannya menangkap suara mobil memasuki halaman rumahnya.
“Prilly?” Pekik Aliando begitu melihat Rio memberikan perhatian lebih pada Prilly. Telapak tangannya yang bertengger pada tralis jendela, tampak mengepal menahan rasa cemburu yang meluap dalam hatinya. Segera, Aliando menuju pintu untuk segera menghampiri lelaki itu yang telah berani menyentuh istrinya.
CKLEK .!
Aliando membuka pintu rumah, bersamaan dengan sampainya Prilly yang di papah oleh Rio dalam kondisi yang sangat lemah.
“Assalamu'alaikum, kak A..li? Hhh~”
Prilly kembali mendadak pinsan tepat dihadapan Aliando dan Rio, sontak ke dua laki-laki itupun terlihat panik dengan jatuhnya Prilly.
“Prilly!!” Pekik keduanya bersamaan.
“Lo siapa?? Kenapa Prilly bisa kaya gini? Hah?” Tanya Aliando sedikit jengkel.
“Sorry, di kampus tadi Prilly pinsan, dan dia juga sempet muntah-muntah waktu gue suapin dia, makanya gue anter dia buat pulang.” Jelas Rio,
“What? Suapin lo bilang?” Pekik Aliando semakin frustasi mendengar lelaki itu ternyata telah menyuapi istrinya tanpa izin darinya.
“Aarrhh.. Udah, gausah pegang-pegang dia.! Lebih baik lo balik ke kampus lo,” ujar Aliando masih berlanjut menyingkirkan sentuhan lengan Rio ditubuh Prilly.
“Tap.. Tapi Prilly?”
“Lo ga liat ya di sini ada orang? Biar gue yang bawa dia.! Lo pergi deh dari sini, dan jangan berani-beraninya buat deketin Prilly lagi, ngerti lo?” Ujar Aliando seraya membopong tubuh Prilly sebelum akhirnya ia membawanya kedalam rumah.
Sementara Rio, tampak rela tidak rela untuk meninggalkan Prilly dalam keadaan begitu.
......
Setelah beberapa lama menunggu, Prillypun tersadar dari pinsannya setelah bibi berhasil membangunkan Prilly dari alam bawah sadarnya. Aliando yang semula berjalan mondar-mandir selayaknya setrikaan, langsung menghampiri Prilly yang mulai tersadar.
“Sayang?? Kamu udah bangun, Prilly?” Ujar Aliando langsung membungkus wajah Prilly dengan kedua telapak tangannya.
“Kak Ali??” Desis Prilly begitu ia tersadar dari pinsannya.
“Sayaanng?? Kamu kenapa bisa begini sih? Kamu samapai pinsan yang kedua kali seperti ini? Kita ke dokter ya? Biar dokter yang periksa kamu?” Seru Aliando begitu halusnya, mata lelaki itu tampak sedikit berbinar dan mulai memerah.
“Badan aku lemes banget kak? Kepalaku pusing banget, perutku juga rasanya mual sekali. Aku ga kuat kak? Hiks, jangan tinggalin akuu” Seru Prilly dengan suara yang begitu puraunya.
“Engga, kakak ga akan tinggalin kamu sayang? Kita ke rumah sakit ya? Supaya kamu bisa sembuh” ujar Aliando,
Prilly mengangguk dengan lemah, Aliando lantas kembali membopong tubuh Prilly untuk segera ke mobil dan membawanya ke rumah sakit.

Cerbung Aliando dan Prilly Terbaru

Di sebuah rumah sakit medika yang ada di Jakarta, seorang dokter tampak tengah memeriksa keadaan Prilly yang tengah berbaring lemas di atas blankarnya. Sementara Aliando, lelaki itu tampak tengah gelisah menanti hasil pemeriksaan sang dokter yang tengah berlangsung.
“Iyap, okey.. Selesai ya ibu? Tolong suster, pasiennya di jaga sebentar!”. Seru dokter itu setelah selesai memeriksa Prilly.
Setelah menanti, dokterpun keluar ruangan, menemui Aliando selaku suami dari pasien yang baru saja ditanganinya.
“Dokter, bagaimana dengan keadaan istri saya? Apakah dugaan saya selama ini benar bahwa istri saya tengah mengandung buah cinta kami? Ataukah, ada hal serius yang terdapat pada tubuh istri saya dokter?” Tanya Aliando berharap-harap cemas, lelaki itu tampak frustasi menanti jawaban sang dokter yang berekspresikan misterius.
“Yap, selamat ya pak? Dugaan Anda sangat benar, nyonya Prilly istri Anda memang tengah mengandung buah cinta Anda, usia kandungan istri Anda baru saja menginjak 3 minggu. Keadaan yang dialami istri Anda, memang sangat normal terjadi pada ibu hamil, jadi Anda tidak perlu lagi kebingungan ataupun khawatir lagi. Dan ini adalah resep untuk mengatasi morning sick yang mungkin akan terjadi pada istri Anda beberapa waktu ke depan. Anda tidak perlu khawatir dengan resepnya, pak? Karena ini bukanlah sembarang obat yang berdosis tinggi, ini hanya berupa vitamin yang dapat mengurangi rasa mual pada calon ibu dan akan menambahkan asupan oksigen kepada si calon bayi yang ada di dalam perut istri Anda. Sekali lagi selamat ya, pak? Anda juga bisa langsung membawa pulang istri Anda setelah administrasi selesai, karena memang tidak ada yang menghawatirkan dari kondisi calon ibu maupun calon bayinya.” Jelas dokter itu dengan terus tersenyum ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan pasien maupun keluarga pasiennya.
“Alhamdulillah, terimakasih dokter? Terimakasih banyak! Kalau begitu saya ingin melihat keadaan istri saya dan menyampaikan berita ini padanya, pasti ini akan sangat membuatnya merasa bahagia. Sekali lagi terimakasih dokter?!” Sahut Aliando menjabat lengan dokter dengan penuh bahagia.
“Baiklah, kalau begitu saya permisi ya pak? Pasien saya yang lain masih membutuhkan tenaga saya. Mari!.” Pamit dokter itu sebelum akhirnya beliau pergi meninggalkan Aliando.
......
CKLEK.!
“Kak Alii...” Prilly sedikit merengek manja begitu tahu seseorang yang membuka pintu ruangannya.
Ia mengulurkan kedua lengannya kedepan searah dengan posisi Aliando yang berjalan menuju kearahnya.
“Sayang, kamu gapapakan?” Seru Aliando menyambut uluran tangan Prilly untuk kemudian dipeluknya sang istri.
“Masih pusing.. Aku gapapakan kak? Dokter bilang apa sama kakak?” Tanya Prilly berlanjut dengan suara lemahnya.
“Eemm.. Kamu pasti seneng deh denger berita ini, kamu dengerin ucapan kakak baik-baik ya sayang? Kamu tau? Tadi, dokter bilang kalau kamu itu positif hamil sayang? Ga lama lagi, kamu jadi mama dan aku jadi ayah! Kamu hamil Prilly, kita akan segera punya anak? Haha, makasih ya sayang udah kasih aku hadiah yang luar biasa, kamu tau ga? Bayi yang aku tunggu-tunggu selama ini sekarang udah ada di dalam perut kamu.. Aku mau, kamu jaga calon bayi kita ya sayang? Kamu harus ingat kalau kamu ga sendiri” Jelas Aliando memberitahukan kabar baik itu pada Prilly.
Prilly tampak menangis haru dengan menyelipkan senyum kebahagiaan yang berada diantara aliran air matanya.
“Kak Ali engga bercandain aku kan? Kak Ali serius? Aku hamil, kak? Kakak kita akan punya anak, kita akan jadi ayah dan ibu kak? Alhamdulillah, terimakasih ya Allah.. Aku janji kak, aku janji akan jaga anak kita.. Kakaakk” Seru Prilly begitu bahagianya.
Ia semakin mengeratkan pelukannya pada sang suami, Aliando yang semula terlihat bahagia, kini mulai meneteskan air mata kebahagiaannya dalam pelukan Prilly.
***
Keesokan harinya,
Ketika pagi telah menjelang, Aliando sengaja tidak membangunkan Prilly dari tidurnya, lelaki itu sadar bahwa istrinya sangatlah membutuhkan istirahat setelah kemarin tubuhnya benar-benar lemah.
“Sayang aku berangkat ke kantor ya? Kalau kamu mual lagi, obatnya di nakas ya? Jangan lupa di minum, kamu ga boleh masuk kuliah dulu. Kamu dengar akukan?” Aliando sedikit menahan tubuh Prilly dibawahnya, dengan berbisik menyuarakan pesan pada istrinya itu.
Prilly tersenyum manis seraya mengalungkan lengannya dalam pembaringannya, meski dengan pandangan yang samar-samar namun Prilly sangat senang ketika suaminya memberikan kehangatan begitu.
“Yaudah, kakak berangkat ya? Kakak janji akan pulang cepat untuk temani kamu, kalau kamu mau sesuatu telepen kakak ya sayang?” Sambung Aliando masih berlanjut.
“He'em.. Kakak hati-hati yaa? Kakak jangan nakal, sekarang yang nungguin kak Ali di rumah bukan cuma aku aja loh? Tapi ada babby juga!” Sahut Prilly dengan suara manjanya.
“Iya sayang, babby ayaahh, anak ayaahh, ayah ke kantor ya Nak? Kamu ga boleh nakal, jagain mama Prilly yaa, sayang? Mmmuuaacchh!” Aliando berbicara seraya mengusap perut Prilly yang tampak masih terlihat rata itu. Ia mengecupinya begitu gemas sebelum lelaki itu kembali berpamitan untuk segera bergegas menuju kantornya.
“Iya ayaah, jangan lupa sarapannya ya ayah??” Gumam Prilly menyahuti seruan Aliando yang berbincang dengan bayi mereka.
“Aku sarapan di luar aja ya sayang? Aku ada meeting 2 jam lagi di luar kantor. Ingat ya sayang? Kamu jangan ngampus dulu, udah ya? Mmmuuuaaaccchh!”
Aliando bergegas pergi setelah ia berpamitan dengan Prilly.
***
Dua jam berlalu,
Prilly sengaja menanti apakah pagi itu ia akan merasakan morning sick seperti yang biasa di rasakan ibu hamil? Bila memang Prilly tidak merasakannya, Prilly sangat ingin sekali pergi ke kampus. Meskipun suaminya melarang, namun Prilly sama sekali tak bermaksud menentang larangan yang diberikan Aliando, hanya saja Prilly berpikiran bahwa dirinya sangat membutuhkan refreshing. Karena menurutnya, kehamilan seharusnya tidak bisa mengganggu aktivitasnya, apapun itu jika sekiranya Prilly mampu, maka Prilly harus tetap menjalaninya.
“Huh! Sepertinya aku baik-baik saja? Tidak ada rasa pusing ataupun mual seperti kemarin! Mm.. Kak Ali? Aku minta maaf ya, aku harus ke kampus hari ini.!” Gumam Prilly mulai beranjak dari ranjangnya dan kemudian bergegas ke kamar mandi untuk mempersiapkan diri.

BERSAMBUNG .....

Cerbung Aliando dan Prilly "Emergency Life" All Part >TAMAT<

Tag: , ,

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas