Advertisement

Advertisement

Cerbung Aliando dan Prilly "Emergency Life" Part 17



Prilly berdiri di depan gedung kampus dan mengamati sekitarnya. Hari ini, ia menginjakkan kakinya di kampus meskipun Aliando melarangnya. Bukan bermaksud untuk menentang, namun.. Pasti kalian tahu alasan Prilly mengapa ia tetap nekat menuju kampus.
“Prilly? Astaga, Prill lo kok udah masuk kampus sih?? Lo masih keliatan pucat gini juga? Kenapa lo ga isirahat aja sih Prill?”
Niar mendadak berada di belakang Prilly, rupanya gadis itu juga baru saja sampai di kampus, dan begitulah ketika ia menemui sosok Prilly sahabatnya.
“Gue udah gapapa kok, Nyar? Gue baik-baik aja? Lo gaperlu berlebihan gitu kali? Hehe” Seru Prilly meyakinkan Niar.
“Ya engga, maksud gue kenapa lo harus masuk gitu? Padahal ini hari minggu, dan ga ada kelas apapun gitu loh Prill?” Ujar Niar
“Tapikan hari ini senat ada agenda persiapan Bazar untuk minggu depan?” Sahut Prilly
“Iya, tapi ini ga penting-penting bangetkan buat lo? Harusnya lo istirahat aja di rumah Prilly? Lo mah dibilangin selalu aja ngeyel, ya?”
“Tapi gue udah gapapa kok, Nyar? Please, ngertiin gue? Gue cuma ga mau semakin terpaku sama sakit gue karena terlalu lama di dalam rumah. Bagaimanapun gue juga butuh refreshing-kan, Nyar? Lo tega gue jadi mendadak depresi?” Seru Prilly memasang raut sedih.
“Tapi lo pucat gini, lo bisa pinsan lagi kalau terlalu capek Prilly?”
“Engga Niaaarr, lagipula gue juga mau tau kali persiapan pelaksanaan Bazar untuk minggu depan itu seperti apa? Gue juga mau ikut berpartisipasi di Bazar itu karena gue tau hasil penjualan di bazar nanti akan di sumbangkan untuk beberapa panti sosial dan panitia pembangunan beberapa masjid di Jakarta. Please lo ngertiin gue yaa? Lo kan temen baik gue?? Gue yakin lo ga akan tega liat gue berbaring terus di tempat tidur!” Cerocos Prilly nyaris tak berjeda.
“Aahh.. Okey, iya kita masuk ke kampus. Tapi lo harus janji, kalau lo ga akan kenapa-kenapa?” Seru Niar menatap tajam tepat di mata Prilly.
“Iya, iya, gue janji kok? Guekan emang ga kenapa-kenapa?” Sahut Prilly meruduk ngeri dengan tatapan Niar yang tak biasa.
“Yaudah, ayo!” Ajak Niar yang kemudian disambut sangat antusias oleh Prilly.
****
“Okey, jadi gini.. Bazar akan dilakukan pada Hari Minggu, Senin dan Selasa pada tanggal 15, 16 dan 17 November tahun ini bertempat di Taman Pusat Jakarta Selatan tepatnya Jl. Margonda Timur Raya No. 15 ~ semua hasil penjualan yang kita lakukan, akan kita bagikan ke Panti Sosial dan sebagiannya kita bagikan juga ke pembangunan-pembangunan tempat umum yang ada di area Jakarta ini. Ada yang ingin dipertanyakan?” Jelas Rio ketika memberikan keterangan pada para mahasiswa yang telah datang untuk planning Bazar yang akan dilakukan oleh kesenatan kampus mereka.
“Eemm.. Kak Rio, barang-barang untuk dijual di Bazar itu bebaskan ?? Atau ada barang-barang tertentu yang di wajibkan? Kalau memang ada barang-barang apa yang harus ada di setiap lapak kita?” Tanya Prilly mengikuti dalam-dalam rapat itu.
“Oh iya! Prilly dan yang lain bagi yang berpartisipasi dalam Bazar ini, untuk penjualan barangnya di bebaskan! Jadi terserah apa saja yang ingin kalian perdagangkan, yang terpenting harus yang bermanfaat. Paham?” Jelas Rio mengulas pertanyaan Prilly.
“Pahaamm!” Sahut seluruh mahasiswa yang hadir.
“Bagus, kalau begitu rapat mengenai bazar ini kita akhiri. Bagi yang sudah mendaftarkan diri untuk berpartisipasi, bisa kembali menghadap ke panitia lainnya untuk mendapatkan Card Anggota Bazar. Baik, selamat siang dan selamat bekerjasama!” Ujar Rio menutup rapat siang itu.
Semua para mahasiswa tampak bersiap-siap untuk keluar dari ruangan, namun saat Prilly hendak berdiri dari duduknya, tubuhnya mendadak kembali oleng karena rasa pusing di kepalanya membuat seluruh isi ruangan berbalik di mata Prilly. Prillypun memutuskan untuk kembali terduduk karena tak sanggup dengan kemiringan rotasi bumi yang mendadat berbalik dimatanya.
“Astagfirullah, Prilly!!” Pekik Niar yang terduduk di sebelahnya, sontak Rio yang berdiri di depan kelas bergerak cepat menghampiri Prilly dan Niar.
“Niar, Prilly kenapa lagi?” Tanya Rio panik.
“Engga tau kak, dia tiba-tiba jatuhin diri lagi. Mungkin aja dia ngerasain pusing lagi?” Sahut Niar tak tahu menau.
“Engga, gue gapapa kok Nyar, gue gapapa kok Kak! Cuma pusing aja, huw,- huweeekkk!!” Prilly berancang-ancang kembali mual saat ia mencoba terlihat baik-baik saja di depan dua orang temannya itu. Rio yang melihat Prilly kualahan begitu, tampak kembali mengurut tengkuk Prilly agar Prilly bisa mengeluarkan isi perutnya saat itu juga meskipun masih di dalam ruangan.
“Ayo, Prill.. Muntahin aja.. Kita ke dokter aja ya, sekarang? Takutnya ada apa-apa? Lagipula, untuk apa kamu ke kampus kalau keadaan tubuh kamu masih kurang baik? Hum?” Ujar Rio memberikan perhatian lebih.
“Aku gapapa kok kak? Aku hany,-- hhueekk!!”. Prilly kembali merasa mual, merasa Prilly butuh bantuan dengan cepat, tanpa instruksi apapun, Rio langsung membopong Prilly untuk dibawanya ke rumah sakit terdekat dengan menggunakan mobilnya.
“Niar, ayo kamu cepat ke parkiran ambil mobil aku! Kita harus cepat bawa Prilly ke rumah sakit” ujar Rio begitu paniknya. Niar bersedia, gadis itu segera berlari menuju parkiran untuk mengambil mobil milik Rio.
*****
Beberapa menit berlalu,
Rio dan Niar yang telah menunggu dengan gelisah, mulai terlihat sedikit ada penerang begitu dokter yang tadi menangani Prilly tampak keluar dari ruang pemeriksaan.
“Dokter bagaimana dengan Prilly? Dia baik-baik sajakan, dokter?” Tanya Rio menanti jawaban.
“Ah, anda pasti teman dari ibu Prilly ya? Di mana pak Ali? Tumben sekali beliau tidak mengantar istrinya kemari?” Tanya dokter itu berhasil membuat Niar dan Rio tak mengerti.
“Tunggu dokter, maaf? Setau saya, Prilly belum menikah? Usaianya masih berumur 18 tahun, dokter? Bahkan dia masih berstatus mahasiswa di kampus saya?” Jelas Rio tampak kebingungan.
“Maaf pak, tapi memang ibu Prilly adalah pasien saya? Biasanya beliau mendatangi saya bersama suaminya? Terasa pusing di kepalanya hingga rasa mual-mual yang dialami ibu Prilly, itu adalah kontraksi kehamilan beliau yang baru saja menginjak kurang dari 2 bulan? Dan hal itu sangat biasa dirasakan oleh calon ibu yang usia kandungannya masih dibawah 4 - 5 bulan?” Jelas dokter itu memperjelas pernyataannya.
Sontak saja, Rio dan Niar yang tidak mengetahui tentang Prilly tampak terperangah tidak percaya. Terlebih lagi dengan Rio, yang merasa sangat kecewa karena perasaannya harus terhantam oleh pernyataan dokter yang menyatakan bahwa Prilly telah memiliki seorang suami.
“Baiklah dokter, terimakasih atas penjelasannya. Kami akan segera menemui Prilly di dalam” seru Niar dengan purau karena terlalu shock dengan berita itu.
Dokter itupun berlalu pergi, sementara Rio masih tampak terpukul dengan segala rasa sesak yang dirasakannya.
“Aaarrrgghh!!” Rio meninju dinding rumah sakit penuh frustasi. Niar yang melihat keadaan Rio tampak berusaha menenangkan lelaki itu.
“Sudahlah kak? Mungkin Prilly memang bukan jodoh kak Rio?” Tutur Niar menenangkan seraya mengusap bahu Rio penuh kelembutan.
“Nyar, apa kamu pernah tau sesuatu tentang ini?” Tanya Rio dengan lemahnya.
“Engga sih kak? Prilly sama sekali gapernah menceritakan apapun tentang keluarganya bahkan kehidupannya dia? Jadi aku juga benar-benar baru mengetahui berita ini sekarang kak! Aku ga pernah tau cerita tentang Prilly meskipun aku berteman dekat sama dia? Dia memang sangat tertutup dengan keluarganya kak?” Jelas Niar seadanya.
“Aku rasa kamu tahu, Nyar? Aku memendam perasaan lebih sama Prilly, tapi ternyata? Perempuan yang selama ini aku sayang telah menikah dengan lelaki lain? Bahkan, dia tengah mengandung benih cinta mereka? Astagfirullah.. Nyar?? Rasanya, subhanallah~ sangat menyesakkan! Lelaki itu.. Pasti dia suaminya Prilly!” Seru Rio menerawang, menunjuk seorang lelaki yang belakangan ini sering dilihatnya.
“Siapa, kak? Kakak tahu, siapa suami Prilly?” Tanya Niar. Mencari tahu.
“Lelaki itu Nyar, lelaki yang saat itu menjemput Prilly ke kampus? Dan saat aku mengantarkan Prilly pulang karena sakit waktu itu, lelaki itu yang keluar membukakan pintu untuk kakak dan Prilly. Lelaki itu juga tampak terlihat marah waktu kakak bercerita telah menyuapi Prilly bubur saat di klinik kampus. Yah! Engga salah lagi, laki-laki itu pasti suaminya Prilly.!” Ujar Rio begitu yakin setelah ia kembali mengingat pertemuannya dengan Aliando saat itu.
“Yasudah, kalau begitu bagaimana jika kita tanyakan baik-baik tentang ini sama Prilly kak? Kita tanya mengapa Prilly menyembunyikan semua ini dari kita? Kita harus dengar penjelasan Prilly?” Ujar Niar
“Iya, kamu benar! Kita harus tanyakan ini sama dia, aku juga akan mengungkapkan perasaanku sama dia sekarang juga! Ayo Niar!” Rio dan Niar tampak bergegas memasuki ruang pemeriksaan dimana Prilly masih berada di dalam sana.
....
Rio dan Niar tampak memasuki ruangan dimana Prilly masih tampak berbaring diatas blankar dengan sebuah selang infus yang masih tertanam dipunggung lengan Prilly.
“Maaf, mas mba, saya tinggal. Permisi!” Pamit seorang suster yang Sedari tadi sibuk mendata seluruh kondisi fisik Prilly dan janinnya.
Rio dan Niar mengangguk mempersilahkan perawat itu untuk berlalu pergi.
“Haii!! Ternyata kalian masih di sini?” Sapa Prilly dengan posisi berbaring.
“Iya kita masih disini, Prilly? Gimana, udah enakkan?” Tanya Niar begitu halusnya.
“He'em.. Udah mendingan kok, Nyar? Mualnya juga udah sedikit berkurang. Makasih ya udah bawa aku ke sini? Kak Rio?? Makasih!” Seru Prilly berterima kasih.
Rio mengangguk dalam diamnya, rasanya masih sangat sesak hingga membuatnya tak sanggup untuk bicara pada Prilly sementara waktu. Niar memperhatikan Rio, gadis itu tahu bagaimana rasanya apa yang dirasakan Rio. Pasalnya, dibalik antusiasme nya yang selalu mendukung kedekatan Rio dengan Prilly sahabatnya, ada rasa yang lebih daripada lebih untuk Rio. Yaap, rupanya, Niar diam-diam mencintai Rio.. Dan gadis itu sangat pandai menutupi perasaannya dari siapapun itu.
“Kak Rio? Kakak kok tumben diem-diem aja? Ga biasanya deh?” Tegur Prilly disela-sela perbincangan asyiknya dengan Niar. Rio tersenyum menanggapi teguran Prilly yang berhasil sedikit membuat hatinya sedikit lega.
“Eemm.. Prill.. Aku mau tanya sama kamu, apa benar kamu sudah menikah?” Rio menguatkan diri untuk meminta penjelasan dari Prilly. Prilly tersenyum, wajahnya tersipu begitu mendengar pertanyaan Rio. Berbeda dengan Rio, lelaki itu justru memasang wajah kusut karena patah hati.
“Iya.. Bahkan kak, sekarang aku sedang mengandung anakku dan kak Ali! Huumm..” Jawab Prilly begitu senangnya.
“Jadi benar kalau lelaki yang ada dirumah kamu waktu itu adalah suami kamu?” Tanya Rio kembali memastikan.
“Iyaa, memangnya aku belum pernah cerita ya sama kalian?” Sahut Prilly balik bertanya.
“Jadi benar kamu sudah menikah, Prill? Bahkan kamu ga pernah bercerita tentang diri kamu Prill.. Aku teman macam apa Prill?? Sahabatku sendiri sudah menikah saja aku tidak tahuu! Kamu kenapa menyembunyikan ini dari kita sih Prill?” Seru Niar tampak menyesali sikap Prilly yang menutupi pernikahannya selama ini.
“Ya ampun.. Maaf Nyar?? Aku ga bermaksud buat sembunyikan semua itu?” Seru Prilly menyesal.
“Okey, sejak kapan kamu menikah Prilly? Mengapa tidak ada seorangpu di kampus yang tahu tentang kamu?” Tanya Rio..
“Aku dan kak Ali sudah menikah kurang dari 2 tahun kak? Dan sekarang, aku sedang mengandung buah cinta kami. Aku sama sekali ga bermaksud buat sembunyikan ini semua, aku minta maaf ya sama kalian?” Seru Prilly benar-benar minta maaf.
Rio tampak menyesal, sementara Niar terlihat tampak semakin sesak melihat Rio sefrustasi itu mendengar Prilly telah menikah.
“Prilly.. Seandainya aku boleh jujur, aku akan jujur sama kamu sekarang! Selama ini, semenjak pertemuan aku sama kamu, aku langsung tertarik sama kamu, kamu perempuan yang beda, aku suka sama kamu, aku pikir dengan aku menahan perasaanku aku bisa beri kamu kesempatan untuk menyelesaikan kuliah kamu dengan nilai yang baik. Tapi ternyata? Aku terlambat jauh, kamu sudah menikah, bahkan kamu sedang mengandung benih cinta kamu dan suami kamu. Sekarang, aku cuma mau kamu tau, aku sayang sama kamu. Seandainya saja ada kesempatan untuk aku bisa bersama kamu, aku akan gunakan waktu itu sebaik mungkin. Aku ingin bahagiakan kamu.. Tapi ternyata kamu sudah bahagia~ hh.. Tapi gapapa.. Aku akan selalu tetap sayang kamu, aku akan belajar mengendalikan rasa sayangku ini untuk berubah menjadi rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya. Semoga, kehamilan kamu lancar ya? Aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaan kamu, Prilly. Meskipun pada kenyataannya, rasanya sakit sekali.” Ujar Rio berusaha menenangkan dirinya.
Prilly tak pernah menyangka, jika yang dikatakan Niar pagi tadi, adalah benar adanya.. Rio mencintai Prilly, dan Prilly sama sekali tidak bisa berkutik dengan apa yang telah di ketahuinya.
Prilly terdiam, rasanya sangat aneh sekali begitu tahu tentang itu, apa yang harus dilakukannya? Prilly merasa bingung, haruskah hubungan baik antara dirinya dengan Rio terputus hanya karena perasaan Rio yang membuat Prilly tidak nyaman berdekatan dengannya?
“Prilly?? Kok diam?” Tegur Niar kini.
“Ahh, iya.. Aku gapapa Nyar.! Emm.. Aku boleh minta handphone ku ga?? Aku harus kasih tau suamiku,” ujar Prilly meminta ponselnya pada Niar.
“Jangan Prill, aku mohon jangan bawa suami kamu kesini, aku akan semakin sakit melihat kamu sama dia, kalau kamu mau, aku akan mengantar kamu untuk pulang.. Aku mohon Prill? Kak Rio mohon sama Prilly.!” Seru Rio memohon seraya menggenggam lengan Prilly.
Prilly yang terlihat risih, tampak berusaha melepaskan genggaman lengan Rio dari lengannya.
“Nyar, aku harap kamu temenin aku ya?” Seru Prilly mengalihkan pandangannya pada Niar. Niar mengangguk dan Prilly tersenyum.
***
“mmm... Makasih ya kak Rio? Udah antar aku pulang? Niar, makasih ya? Aku masuk duluan, maaf aku ga bisa ajak kalian untuk mampir ke rumahku, tapi mungkin lain kali aku janji akan bawa kalian ke rumahku. Sekarang suamiku sedang ada rapat dadakan di luar kantor, maaf sekali aku belum bisa memperkenalkan suamiku pada kalian.” Ujar Prilly begitu ia telah sampai di depan pintu rumahnya.
“Engga apa-apa kok Prill. Tapi lo janji ya, perkenalkan suami kamu sama kita.”
“Pasti.! Aku masuk duluan ya, Nyar? Kak Rio, sekali lagi aku makasih ya?” Seru Prilly menutup pertemuan mereka hari itu sebelum akhirnya ia masuk kedalam rumahnya.

Cerbung Aliando dan Prilly Terbaru

“Assalamu'alaikum!” Seorang lelaki tampak tergesa-gesa memasuki rumahnya.
“Bibi, Prilly dimana?” Tanyanya Aliando ngosh-ngosh'an
“Ada di kamarnya, den? Non Prilly, baru saja sampai rumah 30 menit yang lalu diantar teman-teman kuliahnya. Non Prilly sangat lemah sekali den, wajahnya juga pucat.” Tutur wanita paruhbaya itu menjelaskan.
“Yaudah, makasih ya bi!” Seru Aliando langsung berlari melanjutkan langkahnya agar segera sampai dikamarnya.
CKLEK.
“Sayang?? Kamu gapapakan?” Tanya Aliando to the point begitu pintu kamar ia buka.
Lelaki itu melihat Prilly tampak berbaring di atas ranjangnya begitu lemah.
“Kakak kok udah pulang? Meetingnya udah selesai?” Seru Prilly balik bertanya tanpa menyahuti seruan suaminya.
“Sayang? Heii, please deh! Kakak mau kamu jawab pertanyaan kakak dulu? Jangan coba-coba alihkan pembicaraan kakak, Prilly? Kamu taukan kalau kakak sangat menghawatirkan kamu?” Seru Aliando sedikit marah, karena tak suka dengan sifat Prilly yang selalu saja mengalihkan pembicaraan.
“Iya-iya, aku minta maaf kak? Habisnya aku capek harus jawab kalau aku emang gapapa sampai berkali-kali. Kenapa sih orang-orang ga ada yang pernah percaya sama ucapan aku? Aku emang engga apa-apakan kak?” Seru Prilly sebal.
“Sayang, heii.. Dengar kakak ya? Harusnya kamu bersyukur masih banyak orang yang perduli sama kamu, Prillyku? Kamu engga seharusnya merasa bosan atau kesal setiap kali ada yang bertanya mengenai keadaanmu? Kamu tau ga? Dibalik setiap pertanyaan orang-orang yang menanyakan tentang kita, itu selalu ada doa untuk diri kita sayang? Jadi, kamu ga boleh seperti ini lagi. Mengerti?” Seru Aliando memberikan pengertian.
“Iya.. Aku minta maaf ya kak? Habis aku capek, setiap orang selalu saja menganggap aku sakit. Padahalkan aku ga kenapa-kenapa?” Seru Prilly bersedih
“Yaudah, kakak ngerti kalau soal itu. Terus kenapa kamu ga nurut sama apa yang kakak bicarakan sama kamu? Kenapa kamu ngeyel banget? Kenapa kamu bandel seperti ini, sayang?” Cerca Aliando meminta penjelasan atas kenekatan Prilly untuk pergi ke kampus.
“Aku minta maaf kak, aku ga bermaksud kok buat ga nurut sama kakak? Aku cuma merasa bosan kak, kalau aku harus terus berada dirumah. Aku cuma pengen cepet sehat lagi, engga lagi ngerasain pusing ataupun mual-mual seperti saat ini.” Sahut Prilly dengan wajah tertunduk karena merasa bahwa ia telah salah.
“Okey, kamu mungkin nekat seperti itu karena kamu merasa dengan pergi ke kampus kamu bisa lupa sama mual kamu, sayang. Tapi sekarang, apa yang aku takutkan benar-benar terjadikan Prilly? Prilly justru malah semakin sakit karena kenekatan kamu sayang? Sekarang, apa Prilly masih mau ngeyel sama apa yang kakak bilang?” Seru Aliando berlanjut menasihati.
Prilly menggelengkan kepalanya masih dengan menundukkan kepala, matanya memerah, bahkan ia hampir saja menangis.
“Prilly?” Sikut Aliando semakin memperhatikan wajah Prilly yang masih tertunduk.
“Sayang..?” Sambungnya lagi kini mengangkat wajah Prilly hingga terlihat olehnya.
“Kok Prilly menangis??” Tanya Aliando bingung.
“Prillykan udah minta maaf sama kak Ali? Tapi kakak malah terus ngomelin aku? Marah-marahin aku..”
“Yaampun, kakak salah lagi ya? Kakak ga marah kok sama Prilly? Kakak cuma mau Prilly engga kaya gini lagi, kakak ga marahin Prilly kok! Udah ya, kakak minta maaf? Prilly jangan nangis gini dong? Nanti kalau babby-nya ikut sedih, kasiankan??” Ujar Aliando menenangkan seraya merangkul Prilly dengan sebelah tangannya yang ia letakkan diperut Prilly untuk mengusap calon bayinya.
.........
Hari telah berlalu,
Kini..
Raja siang telah terganti dengan cahaya kegelapan malam..
Setelah makan malam..
Aliando dan Prilly memilih untuk langsung beristirahat dikamar mereka.
Aliando kini tengah merangkul Prilly yang berbaring di sebelahnya. Seraya menonton televisi, Aliando dan Prilly begitu asyik berduaan..
“Kak?” Tegur Prilly di sela-sela suara televisi yang terus berbicara
“Heemm..” Sahut Aliando sibuk mengganti chanel tv untuk mencari program yang akan ditontonnya.
“Minggu depan.. Kampus aku akan ada Bazar sosial di Jakarta Selatan, tepatnya sih di Jl. Margonda Timur Raya No. 15 kak. Aku boleh ikutankan kak? Hasil penjualan dari seluruh mahasiswa yang mendaftarkan diri untuk ikut gabung berjualan di acara Bazar itu, akan di sumbangsihkan ke beberapa panti sosial dan panitia pembangungan beberapa fasilitas yang digunakan umum. Pokoknya unsur sosial dibazar itu benar-benar keren deh kak!” Tutur Prilly menjelaskan.
Aliando mendengarkan begitu baik, lelaki itu bahkan menyahuti Prilly dengan sangat Antusias.
“Wow.. Hebat juga ya sayang? Kakak boleh ikutan juga ga? Kakak jadi tertarik deh!”
“Eemmm.. Boleh-boleh! Tapi, nanti kakak maukan antar aku belanja buat barang dagangan yang akan aku jual di Bazar nanti?” Seru Prilly sedikit menengadahkan kepalanya yang bersandar di dada bidang suaminya.
“Oke! Nanti kakak akan siapkan waktu untuk antar kamu belanja dan ikut membantu-bantu di Bazar itu nanti. Biar kakak suruh sekretaris kakak buat atur ulang jadwal yang udah ada.!”
“Loh, memangnya bisa kak? Kalau client-client terpenting kakak itu kecewa gimana??”
“Engga akan kok sayang.. Udah deh pokoknya, Beresss!!”
Seru Aliando begitu yakinnya. Prilly tersenyum senang, gadis itu lantas mengendus tubuh suaminya gemas karena terlalu senangnya Aliando bisa menyempatkan waktu di acara Bazar itu nanti.

Bersambung...

Cerbung Aliando dan Prilly "Emergency Life" All Part >TAMAT<

Tag: ,

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas