Advertisement
Advertisement
Cerbung Aliando dan Prilly "Emergency Life" Part 2
Hari ini adalah hari terakhir kesendirian Prilly, karena esok adalah hari pernikahan Prilly dan Aliando yang akan segera berlangsung. Dari rumahnya, Haliq sengaja bergegas pergi untuk menemui Prilly dirumah kontrakan gadis itu, pergerakannya begitu terkesan sangat buru-buru, entah apa yang akan dilakukannya tidak ada seorangpun yang tahu. Karena Haliq, tak suka bila ada orang lain yang mengetahui tentangnya.
.
Mobil Haliq berjalan keluar garasi, dengan wajah yang tak tenang, membuat Haliq lantas mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi.
.
30 menit lebih dalam perjalanan, telah dilalui Haliq untuk sampai di depan kontrakan usang ini. Begitu sampai, Haliq langsung menghentikan mobilnya dan bergegas turun menemui Prilly.
.
“Assalamu'alaikum..” Ucap salam Haliq seraya mengetuk pelan pintu rapuh itu dengan penuh kehati-hatian. Tak lama, nyonya Ully tampak dari jendela, tengah berjalan untuk membukakan pintu dari dalam.
.
“Wa'alaikum sallam. Nak, Haliq? Ayo masuk, nak?” Sambut nyonya Ully begitu antusias. Nyonya Ully lantas meminta Haliq untuk masuk kedalam rumah kontrakkannya.
.
Rumah ini tampak seperti biasa, tak ada kegiatan apapun mengenai persiapan atas pernikahan yang akan berjalan esok hari. Pasalnya, semua keperluan pernikahan, telah Aliando persiapkan sendiri. Maka dari itu, Prilly hanya perlu bersiap-siap pagi harinya saja sebelum menjalankan pernikahannya dengan Aliando.
.
“Tante, Prilly ada?” Tanya Haliq begitu mendudukkan bokongnya disofa lusuh itu.
.
“Ada, sebentar ya nak? Tante panggilkan dulu.” Pamit nyonya Ully yang lantas segera menuju ke kamar Prilly untuk memanggil putrinya keluar sejenak.
.
Beberapa menit telah berlalu, penantian Haliq-pun usai, Prilly tampak keluar dan menghampirinya dengan wajah yang tampak melengket karena sisa-sisa air matanya yang mungkin telah terkuras habis untuk meratapi nasibnya esok dan hari-hari selanjutnya. Haliq menatap Prilly dengan tatapan penuh tanya.
.
“Prilly, kamu menangis lagi? Aku sudah bicara sama kamu, cukup, jangan menangis lagi, Prill? Aku akan disini untuk kamu, air mata kamu ga pantas terbuang sia-sia seperti ini. Sudah ya? Aku mohon, jangan menangis begini?” Seru Haliq mengusap sudut-sudut mata Prilly yang berair dengan jemarinya. Prilly mengangguk, itu yang sangat ia inginkan sebenarnya. Namun, hati tak bisa berdusta, bila hati berkata sakit, maka matalah yang akan menangis, yaa.. Begitulah yang Prilly alami. Anggukan kepalanya tak bisa memastikan, air matanya akan berhenti cukup disini.
.
“Kenapa kak Haliq datang ke sini lagi? Kalau kak Ali tiba-tiba datang lagi kaya kemarin, pasti kak Ali akan lebih marah sama aku? Dan, kak Haliq juga pasti akan berantem sama kak Ali nantinya? Lebih baik, kakak pulang aja ya? Aku ga mau ada keributan lagi kak? Aku takut,” Seru Prilly melembut penuh pengharapan. Menatap mata itu, Haliq begitu sedih disana sangat jelas terpancar bahwa Prilly sangat merindukan kebahagiaan, kebahagiaan saat ia tertawa-tawa denga teman-teman seusianya. Iya, memang itulah yang seharusnya masih Prilly alami detik ini, namun apa mau dikata? Keadaan berkata lain, semuanya hanya ada dalam mimpi dan harapan bagi Prilly saat ini.
.
“Kamu jangan takut, kakak di sini. Ah ya, kamu ikut kakak ya? Kakak mau kasih kamu sesuatu sebelum kamu benar-benar menikah.!” Ujar Haliq, memberikan senyum manisnya. Prilly sedikit bimbang, namun tanpa menunggu aba-aba mengenai jawaban Prilly atas ajakan Haliq, Haliq langsung menarik Prilly begitu saja untuk segera ikut bersamanya.
.
“Kak, tunggu! Kita mau kemana? Aku mau pamit dulu dong sama ibu?” Protes Prilly mencoba menahan diri dari ajakan Haliq.
.
“Kamu tenang aja, ibu-kan tau yang datang kesini pagi inikan cuma aku? Ibu pasti tau kok kalau kamu pergi sama aku. Pokoknya, aku ga mau kamu tegang menjelang pernikahan itu. Meskipun kamu tidak menginginkannya, tapi kamu harus tetap rileks, kalau kamu terpuruk terus-terusan, jelas itu ga baik buat kesehatan kamu. Dan aku ga suka kalau kamu cuma bisa nangis.!” Ujar Haliq yang kemudian langsung mengemudikan mobilnya untuk bergegas pergi dari rumah Prilly.
.
Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, Haliq menghentikan laju mobilnya di sebuah perkebunan teh yang berada di Puncak. Yah, kini mereka tengah berada di perbukitan Puncak, tempat yang benar-benar dipenuhi oleh penghijauan dengan udara yang bersih dan asli alam. Prilly tampak takjub, dan tersenyum seraya memperhatikan perkebunan itu dari dalam mobil.
.
“Gitu dong, senyuman itu lebih buat kamu semakin cantik. Aku senang, karena aku engga salah untuk ajak kamu kesini.” Ujar Haliq memperhatikan garis bibir Prilly yang melengkung sempurnya.
.
“Aku kangen banget kak sama tempat ini. Terakhir aku kesini, waktu liburan tahun lalu sama ibu dan ayah. Saat itu kami masih tertawa-tawa bersama disini, panggang-panggangan di depan villa bareng-bareng, lakuin ini itu penuh suka cita. Dan itu semua, nyatanya adalah kebahagiaan terakhir aku. Aku ga akan lagi bisa kaya dulu, bahkan rasanya aku seperti sudah mati, tapi.. Roh-ku seperti tersesat dalam derita yang akan baru dimulai.” Seru Prilly mendadak miris. Mata gadis itu kembali berkaca-kaca, ia harus kembali teringat akan pernikahan itu. Pernikahan yang akan membawa hidupnya jauh dari kata bahagia. Oh Tuhan, bagaimana bila semua benar-benar terjadi?.
.
“Ssssttt... Cukup, Prilly? Cukup.! Kamu jangan bicara seperti itu. Mungkin, saat ini Aliando masih haus dengan dendam atas kematian om Azolf. Tapi, aku yakin.. Kamu, kelembutan kamu, ketulusan kamu, bisa buat Ali tersadar. Aku yakin, kamu bisa buat Ali mencintai kamu dengan keadaan kamu? Saat ini, mungkin Ali adalah seorang iblis, tapi aku yakin Ali akan berubah menjadi malaikat pelindung kamu nantinya, Prilly? Aku tahu, mungkin hal itu akan sangat kecil kemungkinannya. Tapi, dunia ini itu ga ada yang engga mungkin, Prilly? Kakak percaya itu, dan kamu juga harus yakin dan percaya.!” Ujar Haliq terus meyakinkan gadis itu. Prilly terdiam, sejujurnya ia tak begitu yakin jika Aliando bisa berubah menjadi malaikat, seperti yang dikatakan Haliq. Setahunya, iblis tetaplah iblis, yang tak pernah lepas dari dendam, yang tak cukup dengan cinta untuk sekedar berdamai. Apakah mungkin, seorang iblis bisa berubah menjadi malaikat?
.
“Sudahlah, sekarang kita terlanjur berada disini, kakak harap kamu bisa lupakan ketakutanmu sejenak. Pokoknya, kakak mau kamu melakukan apa saja yang ingin kamu lakukan di sini. Kak Haliq bersama kamu, dan jangan sampai aku sia-sia membawa kamu kemari. Mengerti?” Lanjut Haliq mengimbuhkan seruannya.
.
Prilly mengangguk dengan sedikit senyumnya yang masih menyiratkan kegundahan dalam hatinya “Terimakasih ya kak? Kak Haliq udah temenin aku beberapa hari ini. Aku udah banyak repotin kak Haliq.,” Seru Prilly menundukkan wajahnya.
.
Haliq sedikit terkikik mendengar seruan Prilly, pemuda itu memencet dan menarik hidung Prilly manja. “Kamu ngomong apa sih? Akukan udah pernah bilang, aku adalah kakak kamu dan kamu adalah adik aku. Meskipun kita bukan sedarah, kamu tetap adik aku. Dan sebagai seorang kakak, aku wajib jagain kamu, lindungin kamu, dari siapapun yang ingin menyakiti kamu.! Jadi, ucapan terimakasih kamu aku ga mau terima. Dan satu lagi, kamu sama sekali engga ngerepotin aku!” Ujar Haliq berusaha memberikan kenyamanan pada Prilly. Sekali lagi Prilly dibuat tersenyum oleh Haliq, pria itu benar-benar membuat Prilly sedikit percaya bahwa masih ada harapan untuk hidupnya di kemudian hari. Yaa, semua itu karena Haliq.
.
.
Setelah satu hari penuh di Puncak, Haliq berhasil membuat Prilly tertawa dan bisa sedikit melupakan hari pernikahannya yang akan dilaksanakan esok hari. Haliq sadar, usahanya ini tak bisa membuat gadis itu lupa akan rasa takutnya. Namun, setidaknya semua ini bisa membuat Prilly kembali menikmati tawa dan bahagianya senatural tadi, yah memang tak ada rekayasa dalam kejadian hari ini.
.
Haliq sejenak menghentikan laju mobilnya, ia kemudian memperhatikan Prilly yang terlelap dalam tidurnya, gadis itu terlihat sangat kelelahan, Haliq tersenyum melihat wajah polos Prilly saat tertidur. Hatinya terasa miris, bahwa gadis sebaik Prilly harus dihadapkan dengan permasalahan yang begitu rumit. Usianya yang baru saja menginjak 17 tahun, tak seharusnya berada dalam penderitaan seperti ini. Seharusnya, ia masih bisa merasakan sekolah ditingkat akhir, bermain-main dengan teman-temannya, merayakan kelulusan, berkuliah, hingga sarjana. Namun, apa daya? Keadaan sama sekali tak berpihak padanya. Justru kini, Prilly malah dipertemukan dengan lelaki semacam Aliando? Laki-laki iblis yang haus akan dendam, sungguh ini sangat-sangat tidak adil untuk Prilly.
.
Haliq kembali melanjutkan perjalanannya untuk mengantarkan Prilly pulang. Setelah melakukan perjalanan beberapa jam, Haliqpun menghentikan laju mobilnya di depan rumah Prilly.
.
“Prill? Prilly? Kita udah sampai rumah, bangun ya?” Seru Haliq, membangunkan Prilly sehalus mungkin.
.
Prillypun terbangun, ia lantas mengusap kedua matanya untuk menyempurnakan pandangannya.
.
“Eeuumhh” Desis Prilly sebangunnya ia dari tidur
.
“Sudah sampai, aku antar kamu masuk ke dalam ya?” Seloroh Haliq lembut. Prilly mengangguk setuju, merekapun lantas menuruni mobil Haliq untuk segera masuk kadalam rumah.
.
Tok.. Tok.. Tok
“Assalamu'alaikum.. Ibu, aku pulang~” dengan ditemani Haliq di sebelahnya, Prilly mengetuk pintu rumahnya yang tertutup. Seperti biasa, ia mengunggu ibunya keluar untuk membukakan pintu. Namun, kali ini.. Prilly dan Haliq mendadak dibuat terkejut ketika sosok lainlah yang membukakan pintu mereka. Orang itu..
.
“Bagus! Sini lo.! Dari mana aja lo sama dia? Lo ga tau diri ya? Besok itu hari pernikahan lo, lo malah keluyuran ga jelas sama cowok lain. Murahan banget sih lo jadi cewek?” Aliando kembali tersulut emosi. Lelaki itu kembali menarik Prilly dari sisi Haliq dan menyudutkan gadis itu hingga tersudut. Melihat itu, nyonya Ully dan Haliq mencoba untuk mencegah Aliando agar tidak terlalu memarahi gadis itu.
.
“Li, lo biasa dong? Lo ga bisa ya, ngomong pake hati dikit? Dia cewek kali, lo ga pantes tau ga nikahin dia, lo itu iblis! Lo ga punya hati.! Lo pikir dong, nyokap lo juga cewek, harusnya sebelum lo giniin dia, lo bayangin gimana kalau ternyata nyokap lo merasakan hal yang dirasakan Prilly juga, pikir dong? Pake otak lo.!” Sungut Haliq benar-benar tak terima. Halik mencengkram kerah baju Ali hingga lelaki itu benar-benar sedikit terangkat. Sementara nyonya Ully, langsung membawa Prilly ke dalam kamarnya.
.
“Kalau gue iblis kenapa? Gausah bawa-bawa nyokap gue.! Nyokap bokap gue udah tenang di alamnya. Siapa lo berani bilang kalau gue ga pantes nikah sama dia? Lo Tuhan? Dia milik gue, Liq. Hak gue mau lakuin apa aja sama dia.! Mendingan lo pergi deh dari sini, gausah lo balik kesini lagi!” Sahut Aliando tak kalah emosinya.
.
“Dia memang akan menjadi milik lo, tapi lo harus ingat, dia bukan barang yang bisa diperlakukan seenak lo. Dia punya hati, men. Mungkin, hati lo emang udah mati termakan dendam lo sendiri sampai lo ga bisa lihat Prilly dari sisi hati lo. Lo cuma memandang keluarga ini dari sisi dendam, tanpa perduli bahwa mereka sama sekali ga bermaksud menghianati bokap lo.! Lo seharusnya ga kaya gini, Li. Kita berapa tahun sih saling kenal? Dari kecil, Li. Dari sebelum kita saling terlahir sampai sekarang, kita saudara. Gue tau lo, lo juga tau gue. Lo ga harus lakuin hal sejahat ini.! Prilly bukan mainan, Li! Dia bukan alat yang bisa lo pergunakan sebagai senjata balas dendam lo!” Seru Haliq yang mulai menyerah. Bahkan, pemuda itu sudah kehabisan akal untuk bicara kepada Aliando. Aliando benar-benar berkeras hati, apapun perihal pembicaraan mereka sama sekali tak membuat Aliando tersadar.
.
“Terserah gue.! Ini urusan gue, lo gausah ikut campur dalam masalah gue.! Kenapa sih lo selalu jadi penghalang gue? Kalau lo saudara gue, harusnya lo dukung apapun yang gue lakukan.! Lo sadar dong, Liq? Mereka udah bunuh om lo! Bokap gue!?”
.
“Gue ga akan bisa dukung kelakuan iblis lo kaya gini.! Cara ini tuh ga bener, Li! Lo harusnya mikir, ga semua kejahatan harus dibalas dengan kejahatan juga.!”
.
“Haaahhhhh!!! Terserah lo deh! Gue bersumpah, setelah pernikahan itu terjadi, gue ga akan izinin lo buat ketemu sama istri gue! Camkan!!”
.
Aliando lantas bergegas pergi dari rumah Prilly, meninggalkan perdebatan besar antara dirinya dengan Haliq. Emosinya kali ini benar-benar sudah sampai ke ubun-ubun.
.
Sepeninggalan Aliando yang pergi begitu saja dari hadapannya, Haliq langsung bergegas menyusuli Prilly ke kamarnya, untuk sekedar melihat bagaimana keadaan Prilly setelah hal tadi.
.
“Prilly, tante, buka pintunya, ini aku. Haliq.” Seru Haliq mengetuk pintu kamar Prilly. Tak lama kemudian, nyonya Ully membukakan pintunya, dan terlihatlah Prilly yang tengah menangis dalam keadaan shock.
.
“Prill? Prilly kamu gapapakan?” Tanya Haliq frustasi seraya merengkuh tubuh Prilly.
.
“Prilly gapapa, nak. Lagipula, kalian habis darimana saja sih? Kenapa kalian ga izin sama ibu? Kalian tau ga? Ali marah-marah sama ibu, gara-gara Prilly ga ada dirumah. Kaliankan tau, besok adalah hari penting untuk Ali?” Tanya nyonya Ully mulai mempermasalahkan kedua orang yang kini berada di satu ruangan yang sama.
.
“Sebetulnya ini salah Halik, tante. Haliq minta maaf karna sudah ajak Prilly tanpa pamit dan izin sama tante. Prilly ga salah kok, tante. Haliq ajak Prilly ke puncak hanya untuk membuat Prilly bisa melupakan rasa takutnya sejenak. Haliq tau, Prilly pasti frustasi banget karena memikirkan pernikahan itu. Makanya Haliq ajak Prilly pergi, dan Haliq sama sekali ga bermaksud buat keadaan semakin kacau kaya gini. Haliq minta maaf tante, maafin aku juga ya Prill?” Jelas Haliq perihal masalah yang terjadi.
.
“Baiklah, tidak apa-apa. Lain kali, ibu harap kalian tidak seperti ini lagi. Haliq, sebaiknya kamu pulang ya? Sudah malam, lagipula, besok Prilly harus bangun pagi. Ibu ingin ini yang terakhir kalinya untuk kalian seperti ini.” Seru nyonya Ully serius.
.
“Iya tante, sekali lagi Haliq minta maaf. Kalau gitu Haliq pamit untuk pulang dulu, Prilly, kamu baik-baik ya?” Seru Haliq berpamitan, sebelum akhirnya ia bergegas pergi meninggalkan kontrakan kumuh itu untuk segera pulang.
.
Cerbung Aliando dan Prilly Terbaru
.
Keesokan harinya,
Matahari belum sepenuhnya muncul menerikkan sinarnya. Namun, Prilly dan nyonya Ully tampak sibuk di depan cermin dengan sang perias yang mendatangi mereka. Nyonya Ully tampak telah rapi dengan kebaya modern yang telah dipersiapkan Aliando, begitupula dengan tuan Locsin. Akan tetapi, lain halnya dengan Prilly. Perias pengantin itu tampak masih merias wajah Prilly yang tak henti-hentinya dilinangi oleh air mata. Hari ini, Prilly benar-benar pasrah menyerahkan dirinya untuk dimiliki oleh lelaki licik itu, meskipun sejujurnya ketakutan-ketakutan yang selama ini terbayang olehnya harus benar-benar terjadi.
.
“Neng, bibi perhatikan dari tadi si eneng nangis terus? Bukankah harusnya, si neng bahagia? Hari inikan hari pernikahannya si eneng?” Sang periang pengantin itu mulai mempertanyakan air mata Prilly yang tak kunjung henti sedari tadi dengan terus melakukan beberapa langkah riasan yang akan menjadi langkah penyelesaian.
.
“Iya, memang siapapun seharusnya berbahagia ketika hari pernikahannya dengan orang yang mereka cintai benar-benar akan terjadi. Seharusnya memang seperti itu, tidak ada seorang pengantinpun, yang menderita dihari pernikahannya. Tentu, semua pengantin akan berbahagia.!” Gumam Prilly menyahuti pertanyaan perias itu dengan kata-kata yang memiliki arti baginya.
.
Sang perias itu tampak tersenyum mendengar jawaban Prilly. Rias meriaspun telah selesai. Persiapan keluarga mempelai wanita untuk segera menuju tempat pelaksanaan pernikahan akan dilaksanakan. Mobil mewah kiriman Aliando telah sedia di depan kontrakan kumuh itu, untuk membawa Prilly beserta ayah dan ibunya.
.
“Prilly, sekali lagi ayah minta maaf ya nak? Kamu harus menikah dengan cara seperti ini. Sungguh, ayah merasa sangat bersalah sekali” ujar tuan Locsin yang kemudian memluk tubuh mungil putrinya itu.
.
“Iya ayah, aku gapapa. Ayah ga salah, ini bakti aku untuk ibu dan ayah yang selama ini udah rawat aku. Mungkin, dengan pernikahan ini, aku bisa mengurangi sedikit beban ayah dan ibu.?” Ujar Prilly pasrah dengan air mata yang terus mengalir.
.
Merekapun lantas memasuki mobil, dan kemudian mobil itu melaju membawa mereka ke tempat dimana pernikahan itu akan dilaksanakan.
.
BERSAMBUNG ...
Cerbung Aliando dan Prilly "Emergency Life" All Part >TAMAT<
Artikel Terkait:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar