Advertisement

Advertisement

Cerbung Aliando dan Prilly "Emergency Life" Part 3



Tampak keramaian di kediaman Aliando. Tidak terlalu ramai juga, hanya sekedar sanak saudara terdekat beserta beberapa orang penting yang datang dari kantor keagamaan setempat. Tidak ada tanda-tanda kemewahan di acara itu, tenda pelaminanpun tak begitu tampak baik dihalaman rumah Aliando maupun depan komplek. Semuanya serba hampa, tak ada tamu undangan atau apapun juga seperti yang ada di acara pernikahan pada umumnya..
“Den Ali, tamu dari pengantin wanita sudah datang?” Seru mang Ujang, sang pengurus kebun rumah Ali.
.
“Bisa suruh masuk mang, engga perlu pake lama. Kasian pak penghulunya-kan? Udah dari tadi cuma buat nunggu dia aja.!” Sahut Aliando dengan nada sedikit ketus. Louis dan Fero yang tampak hadir diacara itu, hanya terkikik geli menyaksikan salah satu kawan mereka tersebut.
.
Mang Ujang tampak sedikit berlari kecil, untuk menuju ke luar rumah dan menyambut kedatangan keluarga Prilly.
.
“Neng Prilly bisa duduk di sebelah den Ali, neng. Tuan Locsin dan nyonya Ully, bisa duduk di belakang neng Prilly, di sini.” Tunjuk mang Ujang mempersilahkan.
.
Prilly menurut, dengan air matanya yang masih berlinangan ia lantas menempati posisi duduknya di sebelah Aliando. Dari tempatnya, lelaki itu mendadak sarkastik. Ia tersenyum, dengan sebuah senyuman yang bermaksud tidak baik.
.
“Baik, bisa kita mulai sekarang?” Tanya seorang lelaki paruh baya berjas hitam dengan sebuah peci dan sehelai syal dilehernya.
.
“Bisa pak,, kita mulai sekarang saja.!” Ujar Aliando terlihat begitu tidak sabar. Dari tempatnya, Haliq tampak menggelengkan wajahnya sebagai tanda bahwa ia tidak sangat suka dengan sikap saudara sepupunya itu. Matanya beralih pandang kearah Prilly yang berada disebelah sisi Aliando. Hatinya terasa begitu miris, tatkala melihat Prilly yang terlihat begitu tidak rela karena harus bersanding dengan Aliando dihadapan seorang putusan agama yang berperan sebagai pengikat antara dirinya dengan seorang lelaki yang berada di sampingnya kini.
.
“Sebelum saya mulai, apakah dari kedua mempelai telah benar-benar siap lahir batin tanpa ada paksaan apapun dari pihak manapun?” Seru penghulu itu serius.
.
Aliando tersenyum sarkastik seraya melirik kearah Prilly. “Yap, kami siap lahir batin, pak. Tak ada paksaan apapun, dari pihak manapun.!” Jawab Aliando lantang. Penghulu itu melirik kearah Prilly, menanti jawaban dari sang mempelai wanitanya.
.
“Saya telah siap lahir.. Dan batik, pak. Tak ada paksaan apapun, dari pihak manapun.” Tutur Prilly penuh dengan linangan air mata, ucapannya sempat tersendat hingga beberapa kata. Namun, ia berusaha memperkuatkan dirinya untuk tidak menangis seperti saat ini.
.
“Baiklah, mas Ali bisa jabat tangan saya dan tolong ikuti ucapan saya.” Seru penghulu itu mengulurkan lengannya. Aliando dengan sangat senang hati menjabatkan lengannya kepada lengan penghulu itu sebelum akhirnya, ucapan ijab dan qobul lantas terlaksana.
.
“Bismillaahirraahmaanirraahiim.. Saya nikahkan, engkau ........... (Blablabla)”
.
“Saya terima nikahnya Prilly Latuconsina dengan maskawin tersebut dibayar tunai.!” Tutur Aliando begitu lantangnya tanpa kesalahan sedikitpun.
.
“Alhamdulillah~ bagaimana para saksi? Sah?”
.
“SAH!!.......... Alhamdulillah!”
.
Semua orang yang hadir di dalam acara itu bersorak santun, mengucapkan syukur atas keabsahan pernikahan kedua insan itu. Setelah ijab dan qobul selesai dilaksanakan, semua para tamu hadirin bergegas pergi meninggalkan tempat kediaman Aliando, bersamaan dengan kepulangan orang-orang penting itu.
.
“Heh! Ngapain lo masih ada disini?” Tegur Aliando begitu melihat Haliq masih menginjakkan kaki di rumahnya.
.
“Gue? Masih ada keperluan sama Prilly. Lo ga berhak ya larang-larang gue.!” Sahut Haliq tak terima dengan perlakuan lelaki itu.
.
“Haha.! Apa? Gue ga berhak kata lo? Hah, lo lupa? Lupa sama sumpah gue? Helloo mas Haliq! Sekarang, Prilly Latuconsina itu adalah milik gue., gue suaminya dia! Jadi, apapun yang berhubungan tentang dia, lo harus lewatin gue dulu.! Dan lo tau? Gue ga akan izinin lo, untuk berhubungan apapun dengan istri gue.! Sekarang, gue minta baik-baik sama lo pergi sekarang juga, jangan sampai gue pake kekerasan di rumah gue sendiri.!” Seru Aliando menghalangi Haliq.
.
“Kak, cukup! Aku mohon sama kak Ali, jangan bertengkar lagi dengan kak Haliq. Aku mohon, kakak izinin aku sekali ini aja untuk bicara sama kak Haliq? Aku janji ini terakhir kalinya aku dan kak Haliq bicara, aku mohon kak! Tolong izinkan aku sekali ini aja? Aku minta baik-baik sama kakak.” Pinta Prilly penuh memohon.
.
“Oke, gue kasih waktu 5 menit buat lo sama dia bicara. Ingat,! Cuma, 5 menit.” Seru Aliando lantas bergegas menuju sofa tempat dimana nyonya Ully dan tuan Locsin berada.
.
“Kak Haliq, kita bicara di luar ya kak? Aku ga mau kak Ali jadi marah-marah lagi sama kakak?” Seru Prilly menarik Haliq keluar dari dalam rumah Ali.
.
“Prill?” Sebut Haliq begitu mereka telah berada di depan teras rumah Aliando.
.
“Kak? Sebelumnya, aku minta maaf sama kakak. Aku rasa kak Haliq akan mengerti, karena kakaklah yang lebih mengetahui kak Ali daripada aku. Kak, aku ga mau kakak bertengkar lagi dengan kak Ali hanya karena aku? Aku ga mau jadi penghancur persaudaraan kalian. Kak, aku sangat berharap sekali bahwa kakak tidak perlu lagi menemui aku? Aku sudah menikah kak? Aku sudah menjadi istri dari kak Ali, aku harap kakak hargai suami aku. Ridho aku ada pada kak Ali, kak? Aku tidak ingin menjadi istri yang durhaka pada suamiku sendiri, kak?” Jelas Prilly panjang lebar. Haliq hanya dapat memperhatikan wajah Prilly dari posisinya. Ia tahu, meskipun ucapan gadis itu terdengar begitu memilih Aliando, dari air matanya Haliq telah yakin, bahwa jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat berat sekali untuk mengucapkan hal itu padanya. Haliq tahu, Prilly masih sangat membutuhkannya, namun keadaanlah yang membuatnya harus bicara seperti itu.
.
“Yah, baiklah. Kakak mengerti.! Tapi, kakak janji tidak akan membiarkan kamu begitu saja dengan lelaki itu tanpa pengawasan kakak. Kakak akan tetap mengawasi kalian, kakak hanya ingin menitip pesan bahwa kamu harus jaga diri baik-baik. Jangan sampai Ali menginjak-injak kamu, kakak ga mau kalau kamu sampai menderita karena dia!” Seru Haliq menggenggam lengan Prilly.
.
“Kakak sekarang pulang aja ya? Terimakasih untuk semuanya, maafin aku karena aku ga bisa membalas kebaikan kakak selama ini.”
.
“Iyah, kamu jaga diri baik-baik ya? Aku akan pulang untuk kamu.!” Seru halik mengelus halus pelipis Prilly dengan ibu jarinya.
.
Prilly tersenyum seraya mengangguk. Air matanya telah berhenti sejak Haliq menenangkannya tadi. Haliq lantas berlalu pergi meninggalkan Prilly bersama dengan rumah mewah beserta pemiliknya itu. Setelah kepergian Haliq, Prilly berjalan pelan memasuki rumah itu untuk segera mendekat kearah sofa dimana ibu, ayah dan suaminya terduduk disana.
.
“Gimana? Yakin pembicaraannya sudah selesai? Pegang-pegangan tanggannya? Elus-elus sayangnya, sudah selesai? Ck. Baru melaksanakan pernikahan, tapi sudah berani mesra-mesraan dengan laki-laki lain di depan teras rumah suaminya sendiri lagi.! Ibu, ayah, bisa tolong jelaskan kepada anaknya, siapa saya dan apa tugasnya dia setelah saya menikahkan dia? Saya tidak mau tau, ibu dan ayah harus membuat anak perempuan ibu ayah ini untuk segera menyadari takdirnya, detik ini dan untuk selamanya!” Ujar Aliando yang lantas bergegas pergi setelah menggebrak meja begitu kerasnya hingga membuat Prilly tersentak. Tidak hanya Prilly bahkan nyonya Ully dan tuan Locsin juga ikut terperanjat karena ulah menantu barunya itu.
.
“Ibuuuu~ hiks..” Prilly kembali menangis dalam pelukan sang ibu setelah menerima perlakuan Aliando tadi. Hatinya begitu sakit mendapati perlakuan tidak baik itu dari suaminya sendiri.
.
“Prilly, maafkan ayah dan ibu, nak? Ayah dan ibu sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa! Ibu dan ayah, benar-benar orangtua terjahat yang telah tega membawa anaknya kedalam masalah serumit ini. Maafkan kami, nak?” Seru nyonya Ully memeluk Prilly penuh penyesalan.
***
Malam telah menjelang, kedua orangtua Prilly telah pulang beberapa jam yang lalu. Malam itu, dari arah dapur Prilly mendengar sebuah perdebatan yang melibatkan Aliando dengan beberapa pekerjanya. Prilly lantas menghampirinya dan mendengarkan masalah apa sebetulnya yang diperdebatkan di sini.
.
“Sudah ya, mang Ujang dan bi Siti. Mamang dan bibi, tidak saya pecat. Saya hanya memindah tugaskan kalian ke rumah saya yang di semarang. Kalian tetap bekerja dengan saya, meskipun tidak lagi bertugas di sini. Saya harap kalian bisa langsung pergi ke semarang, malam ini juga.!” Ujar Aliando dengan tekad bulat yang tak bisa di ganggu gugat.
.
“Lho, kak? Kenapa mang Ujang dan bi Siti dipindahkan ke Semarang? Kasihan mereka kak? Mereka jadi lebih jauh dari keluarga mereka?” Seru Prilly ikut bicara.
.
“Lo tau apa sih tentang mereka? Gausah ikut campur bisa-kan? Mereka kerja untuk gue dan yang bayar mereka juga gue! Jadi, lo ga berhak ikut atur gue! Masuk lo ke dalam!” Cerca Aliando tak suka. Prilly menurut, matanya mulai berkaca-kaca, ia merasa tidak oleh suaminya sendiri.
***
tap tap tap..
Suara sandal Aliando terdengar, Aliando tampak kelelahan karena aktivitas hari ini. Saat ia memasuki kamarnya, Aliando sedikit marah ketika mendapati gadis itu berada di kamarnya.
“Ngapain lo di kamar gue?” Tanya Aliando sedikit nyolot. Prilly yang tengah menangis, sedikit tersentak dengan suara Aliando yang begitu kencang.
“Ma.. Maaf kak! Aku salah ya?” Sahut Prilly menunduk takut.
“Maaf, maaf! Di sini itu kamar gue! Rumah ini tuh luas! Lo pernah tinggal di sinikan? Harusnya lo tau kalau rumah ini tuh memiliki banyak kamar.!”
“Maafin aku kak, habis aku ga tau lagi aku harus tidur dimana. Dulu, kamar ini adalah kamar aku. Jadi.....”
“Dulu? Hellooo~ please ya! Lo hidup itu di detik ini, bukan di detik lalu saat lo masih kaya raya diatas penderitaan bokap gue! Sekarang, hidup lo cuma numpang sama gue. Disini, di rumah yang sekarang udah jadi milik gue!” Ujar Aliando benar-benar menyayat hati seorang Prilly. Prilly lantas bergegas ke luar dari kamar itu seraya menangis pilu.
***
Keesokan harinya,
“Kak, sebelunm berangkat ke kantor, kakak sarapan dulu ya? Supaya kakak bisa konsentrasi dalam bekerja. Aku udah masakin nasi goreng telur mata sapi untuk kakak” seru Prilly begitu manisnya.
.
“Pinter! Emang dasar jiwa lo jiwa pembantu ya? Akhirnya lo bisa mikir sendiri tanpa harus gue suruh lo harus ngapain karena pembantu dan pengurus kebun rumah gue, udah gue pindahin ke semarang!” Ujar Aliando menduduki meja makan. Namun, sama sekali tak menyantap nasi goreng buatan istrinya itu. Ia justru malah meraih selembar roti tawar untuk disantapnya setelah mengoleskan sebuah selai kacang kesukaannya.
.
Prilly terlihat tampak miris, tatkala nasi goreng buatannya tak tersentuh sama sekali, bahkan sampai Aliando beranjak untuk segera ke kantor, nasi gorengnya masih dalam keadaan utuh.
***
“Wow, baru kemarin menikah udah masuk kerja Aja nih.” Usik Fero meninju pelan lengan Aliando.
“Fer, kira-kira, bos kita yang satu ini, sudah bermain tanda kutip belum ya, di malam pertamanya?” Sikut Louis pada Fero.
“Emm.. Tau deh, katanya sih ga akan pernah mencintai dan menurut gue, engga akan main kalau tanpa cinta. Tapi gue ga yakin deh, dia-kan hyper? Masa iya bisa tahan dari godaan?” Cerocos Fero benar-benar membuat Aliando mengerang frustasi.
“Jiiaahh! Ada yang frustasi mas bro.! Kayanya sih, bakalan ada yang kalah taruhan nih sama kita.!” Sambung Louis yang kemudian disambut sebuah tawa cela oleh Fero.
“Sorry men! Gue juga mikir-mikir kali. Buat masalah seperti itu, gue udah pernah bicara sama kalian, dia cuma alat buat gue. Untuk masalah coba-coba, mungkin bisa tapi sepertinya tidak untuk sekarang! Yang liar di luar sana masih banyak yang bisa bikin gue lebih puas.” Sahut Aliando tak ambil pusing dengan kedua kawannya itu.
“Kita liat aja nanti. Gue yakin sih, lo pasti akan jatuh cinta sama tuh cewek.! Lagipula kalau gue perhatiin, dia cantik kok. Bisa-bisa gue jatuh cinta loh sama dia, kalau lo masih cuek bebek.!” Usik Louis berusaha menggoda kawannya tersebut.
“Bodo amat.! Lo pikir, gue bakalan cemburu gitu? Cih! Emangnya, sesempurna apa dia? Bisa kiamat berdiri kalau itu sampai terjadi sama gue.!” Seloroh Aliando benar-benar menyepelekan.
***
Hari ini adalah minggu pertama, Aliando dan Prilly hidup berdampingan sebagai sepasang suami istri. Meskipun Prilly benar-benar belum tersentuh selama 7 hari ini, itu tidak membuat status hubungan mereka sebagai suami istri berubah.
Ting.. Tong..
“Sebentar!” Sahut Prilly dari arah dalam seraya bergegas menuju pintu untuk membukanya. Prilly yang tampak berjalan lantas membukakan pintu setelah ia mencapai daun pintu utama dari rumahnya.
“Assalamu'alaikum.” Sambut pendatang itu begitu Prilly membukakan pintu. Sontak Prilly tersentak kaget begitu melihat Haliq yang datang.
“Wa'alaikum sallam. Kak Haliq? Kakak ngapain kesini? Kakak, kalau kak Ali lihat kamu gimana?” Sambut Prilly panik. Haliq terkikik.
“Kamu tenang aja kali, aku tau kok. Ali baru aja pergi buat ke luar kota-kan? Aku udah cek kok, jadi kamu tenang aja Prill. Kakak juga ngerti kamu kok.!” Seru Haliq menenangkan Prilly.
“Iya, tapi untuk apa gitu kakak ke sini? Aku ga mau kak kalau tiba-tiba kak Ali pulang karna berkas yang ketinggalan, atau ada sesuatu yang mendadak terus liat kakak, terus kakak berantem lagi sama suami aku?”
“Engga dong Prill, ya kalau terjadi ya kakak hadapi Ali-lah? Aku kesini karena aku kangen sama adik aku ini. Udah 3 harikan kita ga ketemu? Kamu ikut aku yuk? aku punya sesuatu untuk kamu. Pasti kamu suka!” Ujar Haliq begitu yakin setelah menarik manja hidung Prilly.
“Engga, aku ga mau kak. Aku minta maaf, aku cuma takut kak Ali bisa tau apa yang aku lakuin hari ini. Aku khawatir kak Ali masih bisa pantau aku lewat orang-orangnya dia, aku ga mau bikin masalah sama dia kak? Kak Ali bisa marah!” Tolak Prilly dengan wajah menekuk.
“Okey. Kalau gitu, gapapa.! Itu hak kamu, tapi asal kamu tahu, kakak sayang sama kamu.!” Seru Haliq langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
“Kak, maaf! Suamiku sedang bekerja. Aku ga mungkin berpelukan dengan laki-laki lain. Sekali lagi, aku minta maaf. Aku harap, kakak pulang dan jangan datangi aku lagi ya kak? Sekali lagi aku minta maaf.” Seru Prilly langsung menutup pintu rumahnya tanpa perduli lagi kepada lelaki itu.
“Loh, memangnya kenapa Prilly? Ada apa? Kenapa kamu berubah gini sama aku? Kemarin, kamu baik-baik aja kok sama aku, terus kenapa sekarang kamu berubah dingin gitu? Prilly? Buka dulung dong? Aku mau kamu jelasin dulu sama aku. Prilly? Heii.!” Haliq terus mengetuk-ngetuk pintu rumah Prilly dengan kekehnya. Sementara, tak ada yang bisa Prilly lakukan selain menghindari laki-laki itu, jika tidak Aliando akan kembali menyakitinya dan melakukan ancaman-ancaman yang telah dikatakannya seperti beberapa hari yang lalu, setelah memergoki Prilly masih menjalin kebersamaan dengan Haliq.
“Maafkan aku kak, aku tidak mau kak Ali melihat aku dengan kak Haliq lagi. Aku tidak mau, kak Haliq membawaku ke tempat terseram itu! Hiks,” gumam Prilly di sela-sela tangis kesedihannya.
.
.
Bersambung...

Cerbung Aliando dan Prilly "Emergency Life" All Part >TAMAT<

Tag: , ,

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas