"Saya tidak dapat menolong apa apalagi, saya hanya menyarankan sebaiknya pasien segera menjalankan kemotrapi dengan terarur, supaya mengumpalan darah yang didalam tubuhnya segera berkurang."ucap? sang dokter tersebut, memberikan beberapa kertas tentang sakit yang dialami prilly.
Kertas itu berisi beberapa penjelasan tulisan tentang sakit yang diderita oleh prilly, prilly ia terkena penyakit Leukimia yang akhir akhir ini menghantui hidupnya, tapi prilly saat ini belum mengetahuinya.
"Apakah tidak ada cara lain dok?"tanya Ully yang kini sudah dengan perasaan tak karuan, ia harus bisa berusaha membuat anaknya bertahan melawan penyakit ganas itu.
"Sampai saat ini para spesialis ahli dokter dalam pun belum menemukan obat penyakit yang diderita pasien, 70% orang yang menderita penyakit tersebut sudah tak dapat diselamatkan, jalan yang terbaik adalah dengan cara kemotrapi khusus itu dengan teratur supaya bisa mempertahankan jangka hidup pasien."jelas dokter tersebut.
Butiran air deras melanda dipipi wanita paruh baya itu, ia tak dapat berkata apa apa lagi, karna dengan kemotrapi itu yang bisa menyembuhkan putrinya.
"Baik dok, saya akan bicarakan dengan anak saya dulu. Jika dia setuju."ucap Ully yang disertai anggukan dokter tersebut.
"Permisi."ucap Ully bangkit dari tempat duduknya lalu berlalu keluar.
-oOo-
Jessica kini tengah masuk kedalam ruang rawat prilly, banyak sekali alat alat medis yang menempel pada tubuhnya, jessica sempat dibuat bingung apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu.
"Prilly.. Kumohon bangun, apa yang sebenarnya terjadi sama kamu, prilly aku membutuhkanmu."?ucap Jessica memegang tangan prilly, beribu-ribu tetesan air mata yang keluar dari mata Jessica begitupun Ully.
"Aku akan selalu disisimu prilly, aku tidak akan meninggalkanmu.?"
Cleeekk
Seorang wanita paruh baya masuk kini dengan wajah yang tak dapat ditebak, Ully entah ia sekarang melihat apa.
"Umi?"ucap Jessica menoleh kearah ambang pintu.
"Gimana keadaan prilly tante kata dokter?"tanya jessica, namun Ully hanya berdiam tak menjawab.
"Umi??"
"Iya"
"Prilly kenapa?"
"Dia hanya kecapean kok."jawab Ully berbohong.
"Umi bohong, nggak mungkin prilly hanya kecapean, sedangkan ditubuhnya tertempel banyak sekali alat medis seperti ini."ucap Jessica yang kini tak dapat mempercayai ucapan ully barusan.
Isak tangis terdengar kembali, isakan tangis ully, jessica segera memeluk Ibu sahabatnya itu, isakan itu terus saja terdengar.
"Maafkan jessica umi, jika perkataan jessica salah, tapi permintaan jessica cuma satu jujur tentang keadaan prilly saat ini."ucap Jessica yang kini mengelus pundak ully.
"Prilly sudah 2bulan ini mengidap penyakit Leukimia jessica."ucap Ully kini, jessica juga saat ini sangat rapuh sekali.
"Umi pasti bohong, Prilly nggak papa kan?"yakin Jessica kini itidak terima bahwa sahabatnya mengalami penyakit itu.
"Umi serius."
Jessica tak dapat berkata apa apalagi, ia hanya menutupi mulutnya, butiran bening itu juga sudah mwngalir deras membasahi pipinya.
"Aku sayang kamu prilly, jangan pergi dari hidupku, aku siap jika harus menggantikan posisimu, aku tidak ingin melihat gadis sebaik kamu diberi penderitaan seperti ini."lirih jessica yang kini menangis memegang tangan sahabatnya itu.
Tangan mungil itu bergerak secara perlahan, sang empunya kini sudah mulai sadar akan tidurnya, kelopak mata yang sedari tadi tertutup kini membuka secara perlahan, nafasnya meskipun sedikit tapi sudah mulai teratur.
"Prilly?"
Jessica terus saja tersenyum dengan menangis mendapati prilly terbangun, satu ia kini menangis bahagia dua ia takut jika harus ditinggal oleh sahabatny itu.
"Kalian kenapa menangis? Umi? Jessica."lirih prilly dengan suara pelan, perlahan semua alat medis ditubuhnya ia lucuti semua.
"Sayang kamu masih sakit, jangan dilepas."larang? Ully yang kini menghentikan aktifitas sang putri yang melucuti semua alat medis ditubuhnya.
"Umi' prilly mau sholat Tahajjud."ucapn?ya lirih.
Butiran air bening kini meluncur bebas dipipi wanita paruh baya itu, ia sangat bangga mempunyai putri seperti prilly, yang tidak pernah lupa meninggalkan yang seharusnya ia kerjakan, ia gadis kuat, kuat imannya, kuat fisiknya, kuat agamanya, dia sosok malaikat yang sempurna dimata Ully.
"Sayang kamu masih sakit, lagian sholat itu tidak wajib lain kali kan juga bisa."ucap Ully
"Umi jangan menangis lagi, umi prilly akan mengerjakan sholat itu selama prilly bisa, ingat umi! Kita tidak boleh menunda waktu, karna waktu itu sangat berharga, prilly sudah tidur sangat lama diblankar ini, jadi izinkan prilly meluangkan waktu 10menit saja untuk melaksanakan sholat ini, kita tidak boleh menunda sesuatu yang baik apabila kita masih hidup, tidak ada kata lain kali jika itu untuk kebaikan."ucap prilly panjang lebar menjelaskannya meskipun dengan suara seraknya.
Jessica terkagum akan sosok prilly, ia tidak salah mempunyai sahabat seperti dia yang selalu memberikan arah kebenaran.
"Baiklah sayang, umi tidak akan pernah melarangmu lagi, umi cuma ingin prilly terus disamping umi karna prilly lah motifasi umi."ucap ully yang kini mencium kening prilly dengan kasih sayang.
"Jazakumullah umi."ucap Prilly tersenyum seakan senyum itu dapat menghilangkan rasa penat dibatin.
Prilly dibantu oleh jessica dan Ully untuk melucuti semua alat medis ditubuhnya.
Jessica mendorong kursi roda prilly menyusuri koridor rumah sakit untuk mencari moshola terdekat, dan kebetulan Ully sedang tidak sholat jadi hanya menunggu diruang tadi.
"Prill?"
"Iya."jawab prilly dengan menoleh kebelakang arah jessica.
"Kamu udah tau kamu sakit apa?"tanya jessica ragu seraya menggigit bibir bawahnya.
"Udah kok, nggak papa, ini mah nggak sakit kok, rasa sakit ini tidak separah, aku hanya terus berdo'a aku yakin rencana Allah lebih indh dibalik yang kualami."jawab prilly seraya tersenyum.
"Prilly? Aku mohon jangan tinggalkan aku."ucap jessica mulai menangis lagi.
"Jessica percaya sama aku, aku kuat menanggung semua ini, kita tidak boleh mengeluh apa yang Allah beri, ini adalah sebuah cobaan dari Allah untukku, kita hanya terus bersyukur, Menikmati hari indah ini."Jawab prilly, meskipun ia sedang pucat namun kecantikan nya dengan hijabnya itu tak pernah hilang.
"Tapi?"
"Percaya sama aku."ucap Prilly seraya tersenyum, jessica juga mencoba untuk tersenyum, ia tau sahabatnya itu gadis yang sabar dan kuat.
-oOo-
Ali kini sudah siap dengan barang-barangny?a untuk dibawa ke pesantren, ia kini memakai sarung sera baju kokoh, terlihat tampan sekali.
"Ya ampun baru pake sekali aja, langsung keringatan deh gue."kesal Ali yang belum terbiasa memakai baju kokoh seperti itu.
Tahukan kalian jika Ali kini membawa apa saja untuk kepesantren? Bahkan ia masih membawa Celana jeans yang sobek-sobek tak karuan serta rokok yang selalu menemani hari harinya.
Ali kini sedang dalam perjalanan kerumah Ghina, dan juga kevin.
"Ghina itu yakin ingin ikut kepesantren denganmu Ali?"tanya Freehan sang Ayah Ali yang kini sedang fokus menyetir, sedangkan Ali berada dijok belakang.
"Iya."jawab Ali singkat.
"Anakmu sudah mulai gila mah?"ucap Freehan yang kini menyalakan istrinya resi.
"Heyy.. Dia juga anakmu."balas resi yang kini menunjuk Freehan.
"Tapi kau yang melahirkannya mah."ucap Freehan.
"Tapi kau yang membuatku hamil dan keluar dia."
"Tapi kau yang membuat."
"Kau yang mengandungnya."
"Papa mamah, udah debatnya, Ali pusing, yaudah iya Ali Gila."teriak Ali, yang membuat seisi mobik hening hanya ada suara mesin mobil dan kendaraan disekitar yang berlalu lalang.
-oOo-
"Sayang? Kamu mau yah setiap minggu kemotrapi?"ucap? Ully yang kini tengah berbicara dengan anaknya.
"Enggak umi, prilly tidak mau operasi, prilly punya cara sendiri untuk melawan penyakit ini, prilly akan berusaha semampu prilly."tolak prilly, ia yakin semua penyakit pasti ada obatnya selain yang diucapkan Ully.
"Tapi?"
"Percaya sama prilly umi."ucap prilly meyakinkan sang Umi.
"Baiklah sayang, Umi percaya sama kamu, umi sayang sama kamu."
"Prilly juga."
"Sebaiknya hari ini kita pulang umi katanya bakal ada santri baru, kita kan juga harus menghormatinya.?"ucap Prilly.
"Yasudah, bunda tidak akan melarang lagi."ucap Ully tersenyum.
Bersambungg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar