“Aduhhhh... Prilly? Please deh. Kali ini aja, kenapa sih, lo gitu banget sama gue? Temenin ke kampus aja lo ga mau? Sebentar aja kali, gue cuma mau daftar doang kok? Setelah itu udah deh, kita balik. Beneran! Lagian lo jahat banget sama gue, kita kan niat buat masuk kampus itu bareng-bareng, kenapa lo daftar duluan tanpa nunggu gue sih?” Rengek seorang gadis cantik bertubuh mungil dengan wajah melasnya seraya terus memohon.
“Ogah! Lo aja sendiri kenapa sih? Gue aja sendiri. Lo ribet banget si? Please deh Gritt, dari dulu sampe sekarang lo ga pernah bisa apa coba sendiri? Ihh~ males gue!!!” Dumel Prilly masih terus mem-fokuskan diri pada leptopnya. Sementara Gritte sahabatnya, masih harus berusaha keras agar ia mau menemani sahabatnya itu untuk datang ke kampus.
“Please kali, Prill? Lo ga inget apa? Lo lulus juga-kan karena gue? Coba kalau selama SMA kemarin, gue ga pernah kasih contekan ke lo, pasti lo ga akan lulus, yakin deh gue!” Ujar Gritte masih memelas.
“Anjirrr!! Emang gue sebego itu?? Aahh, iya iya iya, gue temenin lo ke kampus nanti. Tapi ga sekarang! Gue males!!” Seru Prilly ahirnya pasrah. Gadis itupun akhirnya menuruti keinginan sahabatnya itu. Gritte, tersenyum sumringah, ia memeluk sahabatnya itu yang masih bertelungkup di atas kasur empuknya dengan begitu bahagia.
“Tenkyuuu, Biiiee!!!!”
****
Ke esokan harinya ...
Gritte dan Prilly mendatangi kampus yang akan menjadi tempat kuliah mereka, nanti. Di kampus, begitu ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang diarea kampus. di sela-sela langkah kedua gadis itu di koridor kampus berlorong, tiba-tiba saja Prilly menghentikan langkahnya.
“Ih, kok berhenti sih? Di sebelah mana coba, daftarnya?” Protes Itte melirik ke segala sisi kampus nan megah itu.
“Sini, gue tunjukkin. Lo liat baik-baik telunjuk gue ya? Hmm, dari tiang ke tiga yang di situ, lo belok kanan, lo lurus udah gitu akan ada ruangan dosen di sisi kiri, nah ruan tata usahanya ada tepat di sisi kanan berhadapan sama ruang dosen! Gih, sana gue tunggu disini aja.” Seru Prilly langsung melipat lengannya di depan dada.
“Lho? Ihh, lo kan janji mau temenin gue? Ayolah, Prill.. Lo ga setia kawan banget sama gue? Lo tuh harus inget deh sama gue, kalau ga ada gue, nilai tugas dan harian lo waktu SMA ga akan bisa dapet diatas angka 7. Apa salahnya sih balas budi ke gue??” Gritte kembali merengek meminta Prilly untuk menemani dirinya.
Gadis itupun lantas mendengus kesal, mendengar rengekan sahabatnya itu yang selalu saja mengungkit-ungk
“Lo tuh berisik deh, Gritt? Sahabat macam apa sih lo, selalu ungkit-ungkit kebaikan lo mulu? Oke, gue temenin!” Seperti biasa, Prilly langsung pasrah ketika mendapatkan rengekan Itte yang selalu mengungkit masa lalu mereka.
“Hehe, lagian lo kalau ga digituin, mana mau bantuin gue? Lo kan emang harus selalu dipaksa! Jadi, sory-sory aja ya, selama lo masih susah banget gue mintain tolong, ya sampai kapanpun itu gue akan selalu ungkit kebaikan gue! Thanks ya, yuk.. Temenin gue~” Gritte langsung saja menarik lengan Prilly untuk segera ikut dengannya menuju ruang tata usaha, tempat pendaftaran efektif di kampus ini.
Ketika tengah asyik menggeret lengan Prilly, tiba-tiba saja Gritte teringat akan sesuatu yang telah tertinggal dan kebetulan sesuatu itu adalah berkas yang sangat dibutuhkan!
“Astaga, Prilly? Gue lupa!” Pekik Gritte mendadak menghentikan langkahnya.
“Ada apa lagi, sih?” Sahut Prilly kesal.
“Berkas gue ketinggalan di mobil, lo! Gimana dong?” Bingung Gritte dengan gerakan tubuh yang gelisah.
“Yaelah, ketinggalannya di mobil-kan? Kenapa mesti bingung gitu sih? Ya tinggal ambil doang, kenapa lo ribet sih? Duhh, please dehhh!” Sorak Prilly menepok jidatnya sendiri dengan ampun.
“Kalau gitu, lo yang ambilin! Please?”
“What?? Buset dah, lu udah minta anter malah nyuruh gue ambil berkas lagi? Lo kebangetan deh Gritt? Harus gue ya? Gila, jalan dari sini ke parkirankan jauh banget lagi?? Liat, panas gini, tega lo biarin gue kepanasan??”
“Yaa, kan lo sendiri yang bilang. Tinggal ambil doang-kan? Apa susahnya coba? Sini gue tunjukin jalan, dari sini lo lurus sebrangin lapangan, lewatin kantin, ada pos satpam lo belok kiri, nah ga jau dari situ, ada parkiran tempat dimana mobil lo di parkir. Gue nunggu lo disini aja, oke?” Seru Gritte mengulang kembali yang telah Prilly lakukan beberapa saat lalu.
“Gue udah tau! Lo mau main dendam sama gue ya? Ihh, oke.. Gue ambil berkas lo. Coba, kurang baik apa gue? Ga ada sahabat yang baik kaya gue, yang rela di suruh-suruh sama sahabatnya. Lo harusnya bersyukur punya sahabat kaya gue!” Dumel Prilly masih berdiri di atas kakinya.
“Iya, gue bersyukur! Terus, kalau lo ngoceh mulu, mau jalan kapan? Udah siang kali, Prill. Buruan napa???” Seru Gritte yang akhirnya berhasil membuat gadis mungil itu lantas melangkahkan kakinya.
“Oke, gue jalan! Fiks, cuma gue sahabat yang paling baik! Lo harus sujud syukur karna punya sahabat kaya gue!” Gerutu Prilly sambil melangkahkan kakinya meninggalkan Gritte sendiri.
“Tuh anak, bawel banget dah! Di mintain tolong ada aja jawabannya. Huh, gimana mau sujud syukur sahabat gue se-males lo!”
\(^⌣^)/♉
Dengan terus menggerutu kesal, Prilly terus berjalan melewati koridor berlorong 5 hingga membuatnya benar-benar lelah, belum lagi ia harus melewati lapangan seluas itu, tanpa pepohonan di depan halaman, terik matahari yang semakin menyengat, lalu harus melewati dua kantin yang berjejer memanjang ke samping. Astagaa.... Jauh juga rupanyaaa????
BRUKKK!!!
“Awww!!” Prilly memekik nyeri ketika dirinya saling bertabrakan dengan seseorang, hingga membuat dirinya dan buku-buku milik orang itu terjatuh bersamaan.
“Lo jalan ga bisa hati-hati ya? Liat, buku-buku gue berantakkan-kan
Rahang Prilly mulai mengeras, emosinya mulai tampak seiring dengan kepalan-kepalan
“Lo ga liat?? Lo cuma kejatuhan buku doang! Sementara gue, diri gue yang jatuh! Mata lo buta kali ya? Sakit tau ga bokong gue! Bukannya tanggung jawab, malah marah-marah ga jelas!” Dumel Prilly tak terima di salahkan.
Sama halnya dengan Prilly yang tak terima, lelaki itu juga sama tak terimanya dengan Prilly. Lelaki itu lantas balik menyewoti Prilly mengenai buku-bukunya yang jatuh.
“Ada juga lo yang tanggung jawab! liat, buku gue berantakan! Beranntakan semuanya, gara-gara lo! Pokoknya gue ga mau tau, lo beresin bukunya sekarang juga, atau..”
“Atau apa? Mau teriakin gue maling?? Helloooww~ mata lo dibuka dong, mana ada maling secantik gue, yang ada orang-orang akan ngira elu pencopet jalanan yang urakan liat penampilan lu cem preman pasar murahan! Cih!”
“Kurangajar banget lo jadi cewek? Pokoknya gue ga mau tau, lo ambilin buku-buku gue, atau....” Lelaki itu dengan gesit merebut pita rambut yang menghiasi rambut Prilly begitu saja. Sontak Prilly terkejut, mengingat pita rambut itu adalah kenangan dari almarhum om nya yang berada di ambon.
“Ihh.. Lo beneran pencopet ya?? Balikin pita rambut gue!” Seru Prilly berusaha merebut pita itu dari lengan lelaki asing yang tak pernah dikenalnya itu.
“Kalau lo mau pita lo balik, ya beresin dulu dong buku-buku gue??”
“Iiihhhh!!! Lo rese banget si? Oke, gue beresin, tapi balikin dulu pita gue!” Pinta Prilly masih berusaha merebut pita miliknya dari lengan lelaki itu yang terus saja menarik ulur pita itu dari Prilly.
Prillypun akhirnya pasrah dan segera membenahi buku-buku lelaki itu yang berserakan dilantai koridor. Haa, laki-laki macam apa dia tega menyakiti gadis cantik jelita seperti gue ini? Batin Prilly menggerutu sebal.
“Nih, buku-buku lo udah gue beresin!” Seru Prilly berseloroh, menyerahkan buku-buku itu pada orang tersebut.
“Bagus!! Sin~”
“Eittsss!! Kalau lo mau buku ini balik ke tangan lo, ya lo balikin dulu dong pita gue?” Belum sempat lelaki itu meraih bukunya, Prilly telah lebih dulu menarik uluran lengannya hingga lelaki itu gagal meraih buku-buku miliknya. Sontak lelaki itu kembali dibuat geram oleh gadis yang kini berada dihadapannya.
“Oke, gue balikin pita butut lo! Nih, gue ga butuh!!!” Lelaki itu menyerahkan pita milik Prilly, Prillypun lantas meraih pita kesayangannya yang berwarna merah muda itu. Setelah pita itu berada di tangannya, gadis itupun kembali menyelorohkan buku-buku itu ke hadapan lelaki yang kini berdiri dihadapannya.
“Nah, kalau begini-kan, en-”
*Brakk!
Belum sempat orang itu berhasil meraih buku-bukunya, Prilly telah kembali menjatuhkannya lagi.
“Upppss!! Sorry, gue ga sengaja, tapi niat sih! Gue kira lo udah pegang bukunya, makanya gue lepas? Hee, kalau gitu gue cabut yaa? Selamat berberes-beres ria!! Mmuuach!” Prilly mengecup pitanya setelah merasa menang dari laki-laki menyebalkan itu. Diapun lantas bergegas pergi, meninggalkan lelaki itu dengan buku-buku miliknya yang berserakan. Huh, Rasakan!!
“Sumpah, tuh cewek bener-bener ya! Liat aja lo, kalau ketemu lagi sama gue, gue pites! Cewek boncel aja banyak gaya! Udah pendek, gemuk, bertingkah pula!! Liat aja lo.” Gerutu lelaki itu yang telah dibuat emosi oleh Prilly.
Pemuda itupun lantas berbungkuk kemudian membenahi buku-bukunya yang kembali berserakan karena ulah Prilly.
******
“Iiiiiiihhhhhhh
“Kenapa jadi gue yang kena sih, Prill?? Itu sih emang dasar lo nya aja yang ga hati-hati. Coba kalau lo ikhlas setiap kali gue mintain tolong, pasti lo ga akan ngedumel terus sepanjang jalan sampai akhirnya lo nubruk cowok rese kaya gitu! Kenapa jadi gue sih? Gue ga tau apa-apa juga!” Protes Gritte yang tampak melas tak terima selalu menjadi kambing hitam sahabatnya itu setiap kali Prilly tengah emosi.
“Iya salahnya di lo dong? Coba aja kalau lo ga maksa gue buat anter lo, gue ga akan nubruk cowok itu-lah!” Sahut Prilly yang keukeuh menyalahkan Gritte.
Malang sekali nasib gadis itu.?
“Terserah lo deh! Gue mau balik. Thanks ya udah anterin gue!” Seru Gritte lantas bergegas pergi namun belum sampai diambang pintu, Gritte menghentikan langkahnya mendadak.
“Oh iya, jangan terlalu benci sama cowok deh! Siapa tau cowok yang lo benci itu, malah jodoh lo! Ckck.” Ledek Gritte yang lantas melanjutkan langkahnya sambil terkikik geli.
“Anjiiirrrr! Awas ya lo, gue jitak pala lo kalau sampai ketemu lagi! Naudzubillahimi
*******
Dua minggupun berlalu.
Ini adalah hari pertama Prilly dan Gritte masuk kuliah setelah liburan kelulusan dari SMA beberapa minggu lalu. Seperti pada umumnya ketika pertamakali memasuki masa didik baru, seluruh sekolah ataupun perkuliahan selalu mengadakan orientasi, pada para mahasiswa didik baru setiap tahunnya. Dan kini, giliran Prilly dan Gritte-lah yang mengalami masa itu.
“Yaampun, haduh, jangan-jangan gue telat nih. Si itte kemana sih? Giliran kaya gini aja, dia duluan. Biasanyanya buntut gue juga! Duh, pak bisa cepetan sedikit ga sih? Udah telat nih!” Gerutu Prilly yang mulai kesal.
“Aduh maaf non, jalanannya macet!” Ujar pak ujang dengan wajah meringis takut majikannya itu kembali mengomelinya.
“Ya pak, Prilly tau, kalau ini macet. Ya cari jalan lain kek, apa terbang gitu? Prilly udah telat banget ini pak!” Dumel Prilly yang terus beroceh ria.
“Iya tapi non, sabar sebentar ya. Ini juga bapak lagi usaha cari jalannya.” Ujar pak ujang berusaha sabar mengatasi putri majikannya itu.
Setelah melalui jalanan yang lumayan macet, Prillypun akhirnya telah sampai di depan gerbang sekolah yang tingginya 3 meter lebih tinggi dari tubuhnya yang ga akan jauh-jauh dari ±150 cm. Prilly kan emang mungil, meskipun ga mungil-mungil amat, seengganya dia ga terlalu pendek, yav? ._.v hihi.
Prilly melihat bahwa pintu gerbang itu telah tertutup rapat. Dan diujung sana, di dalam pos terdapat pak satpam yang tengah terlelap saat bertugas.
“Duh, itu satpam pake acara tidur segala lagi? Udah gitu, gerbangnya pake di gembok, pula! Gue kan jadi ga bisa masuk? Harus cari cara nih, ga mungkinkan gue manjat pager segede ini?” Gumam Prilly yang kini tengah dalam keadaan bingung.
Setelah beberapa saat ia gunakan otaknya untuk berpikir keras, akhirnya. Prillypun mendapatkan ide yang sangat pas untuk menjahili satpam itu. Prilly pun, segera memulai aksinya.
“Paakkk!!! Pak satpam tolong pak! Pak tolong!” Teriak Prilly yang tiba-tiba bergerak heboh. Sontak satpam itupun terlonjak dari tidurnya yang sepertinya sangat nyenyak sekali.
“Ya? Ya? Ada apa neng? Ada apa?” Jerit satpam itu ikut heboh.
“Pak, ada berita yang penting pak! Penting banget!” Seru Prilly masih dengan nada berteriak.
“Kabar apa neng? Kabar dari mana?” Tanya satpam itu masih dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.
“Itu pak, dari sebrang sana. Saya akan kasih tau bapak, tapi buka dulu pagernya pak. Ga mungkinkan kalau bicara dengan penghalang seperti ini? Buru pak, ini penting! Penting banget!” Seru Prilly mengeluarkan kemampuan actingnya sepenuhnya.
“Oke oke neng, siap-siap!” Satpam itupun berlari ngibrit untuk segera mengambil kunci pagar untuk membukannya.
“Iya neng? Ada apa di sebrang sana?” Tanya satpam itu lagi setelah membuka pagarnya.
“Itu loh pak, di depan jalan sana ada orang tabrak lari, katanya sih itu adalah keluarga dari satpam kampus ini. Kali aja itu salah satu dari keluarga bapak, bapak bisa cek sekarang pak. Buruan, korbannya sekarat pak, lidahnya melet-melet keluar gitu. Haduuhhh, saya sampai ga tega liatnya pak!” Seru Prilly dengan gayanya yang heboh.
Satpam itupun lantas terkejut mendengar berita dari Prilly.
“Non, bapak titip kunci pagar ya. Bapak mau lihat kesana dulu, astagfirullah!!
Sementara Prilly, hanya terkikik geli atas tingkahnya yang benar-benar membuat orang tua terlihat panik. Prilly-pun lantas memasuki pagar dan menguncinya lagi tanpa memperdulikan pak satpam yang tengah keluar mencari sesuatu yang hanyalah sebuah karangan darinya.
“Emang enak! Maafin saya ya, pak! Kalau ga gini, bapak ga akan mungkin biarin saya masuk. Inikan hari pertama saya masuk kampus, masa iya saya harus masuk dihari kedua?? Oh No!! Bye, bapak satpam yang baik!!!” Gumam Prilly sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi dari depan pagar.
\(^⌣^)/ ♉
“Oke! Selamat datang junior-junior Universitas AGTAMARTIKA Jakarta tahun 2013 - 2014. Perkenalkan, Gue Gavin Afran Frayudha. Gue disini adalah wakil ketua senat yang akan ikut serta, membimbing kalian semua di masa orientasi seperti ini, bersama dengan rekan-rekan senat yang sudah ditugaskan oleh pihak kampus, untuk membimbing kalian bagaimana caranya kalian harus bersikap setelah menjadi bagian dari kampus ini. Selain daripada itu, gue juga akan......... (Blablabla)”
Di sela-sela pembukan dari wakil ketua senat yang kini tengah berbicara di depan semua para mahasiswa baru. Dari arah samping Prilly berusaha keras untuk mengendap-endap
“Disini saya akan memperkenalkan para anggota senat yang akan ikut serta membimbing kalian. Saya akan memulai dari ujung sana, perkenalkan nama dia Fellycia Angelista, dia di fakultas Teknologi Informatika, kemudian di sebelahnya Mayang Abdillah, mahasiswa fakultas umum,..........
Suara wakil ketua senat itu masih terus bedengung selama Prilly masih mengendap hingga pada akhirnya...
“Dor!” Prilly mengageti Gritte yang berdiri memperhatikan Gavin berbicara, dengan suara berbisik. Gritte sedikit terkejut, ketika Prilly mengagetinya.
“Astaga, Prillyyy??? Lo kemana aja? Kenapa baru nyampe? Terus gimana caranya lo bisa masuk? Gerbangkan jelas-jelas udah digembok tadi?” seru Gritte berbisik.
“Ssttt... Buat gue mah itu sih kecil. Haha. Nanti gue ceritain ya? Pengalaman pertama gue saat dikampus ini. Wkaawkaa!” Seru Prilly terkikik geli.
Tak lama kemudian, dari arah samping, dimana Prilly masuk tadi, datanglah segerombolan orang yang mengenakan almamater persis seperti yang di pakai oleh para anggota senat yang berbaris di depan. Prilly sedikit terperangah ketika melihat security yang tadi sempat dikerjainya ikut jalan beriringan dengan ke tiga orang itu.
“Oke, semuanya. Ketua senat kita sudah tiba, gue akan melimpahkan wewenang bicara gue untuk ketua senat kita tahun ini. Ayo silahkan, sekarang giliran lo yang bicara, Li!” Seru Gavin kemudian.
“Aduhh!!! Gawat, riwayat gue bisa tamat ini sih, Gritt? Please tolongin gue!!!!” Gumam Prilly yang kini mendadak frustasi.
“Oke. Semuanya, gue harap, lo semua dengerin apa yang gue omongin. Sebelumnya perkenalkan, nama gue Aliando Syarief, gue ketua senat dikampus ini, gue mahasiswa dari fakultas Teknologi Informatika. Gue baru saja mendapatkan laporan dari security kampus bahwa ada salah satu junior kita, itu telah berani berbohong demi bisa masuk ke kampus ini, setelah melakukan kesalahan dengan terlambat 35 menit dari jam masuk sesungguhnya. Ini sudah merupakan prilaku tidak disiplin, yang di buat oleh mahasiswa baru di kampus ini. Sekarang gue minta, siapapun orangnya yang merasa melakukan kesalahan tersebut, bisa maju kedepan dan menghadap gue sekarang!”
Ketua senat yang telah diketahui namanya itu kini tampak berdiri tegak dengan wajah sangarnya, namun tak dipungkiri juga, dibalik kesangaran itu terdapat wajah ganteng yang menawan.
“Lo ngapain sih Prill? Oh, jangan-jangan yang dibilang ketua senat itu, elo ya? Lo bikin ulah lagi, Prill?? Astaga, Prill? Ini kita baru pertama kali masuk kampus lho? Lo ngapain bikin ulah sih?” Seru Gritte yang kesal akan sahabatnya itu. Kini, Prilly hanya menyembunyikan diri dibalik tubuh Gritte yang berdiri di depannya.
Bersambung ...
Cerbung Aliando dan Prilly "Cinta Dua Menara" All Part >TAMAT<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar