“Oke, semuanya. Ketua senat kita sudah tiba, gue akan melimpahkan wewenang bicara gue untuk ketua senat kita tahun ini. Ayo silahkan, sekarang giliran lo yang bicara, Li!” Seru Gavin kemudian.
“Aduhh!!! Gawat, riwayat gue bisa tamat ini sih, Gritt? Please tolongin gue!!!!” Gumam Prilly yang kini mendadak frustasi.
“Oke. Semuanya, gue harap, lo semua dengerin apa yang gue omongin. Sebelumnya perkenalkan, nama gue Aliando Syarief, gue ketua senat dikampus ini, gue mahasiswa dari fakultas Teknologi Informatika. Gue baru saja mendapatkan laporan dari security kampus bahwa ada salah satu junior kita, itu telah berani berbohong demi bisa masuk ke kampus ini, setelah melakukan kesalahan dengan terlambat 35 menit dari jam masuk sesungguhnya. Ini sudah merupakan prilaku tidak disiplin, yang di buat oleh mahasiswa baru di kampus ini. Sekarang gue minta, siapapun orangnya yang merasa melakukan kesalahan tersebut, bisa maju kedepan dan menghadap gue sekarang!”
Ketua senat yang telah diketahui namanya itu kini tampak berdiri tegak dengan wajah sangarnya, namun tak dipungkiri juga, dibalik kesangaran itu terdapat wajah ganteng yang menawan.
“Lo ngapain sih Prill? Oh, jangan-jangan yang dibilang ketua senat itu, elo ya? Lo bikin ulah lagi, Prill?? Astaga, Prill? Ini kita baru pertama kali masuk kampus lho? Lo ngapain bikin ulah sih?” Seru Gritte yang kesal akan sahabatnya itu. Kini, Prilly hanya menyembunyikan diri dibalik tubuh Gritte yang berdiri di depannya
“Udah deh Gritt? Lo diem dulu bisa-kan?” Pinta Prilly merasa gemetar.
“Jadi masih ada yang belum mau ngaku? Oke, ternyata kalian lebih memilih malu dibandingkan harus bertanggung jawab dengan apa yang kalian lakukan? Sekali lagi gue beri kalian kesempatan. Siapapun yang telah melakukan perilaku tak disiplin itu, silahkan maju dengan sendirinya ke hadapan gue, atau gue yang akan memanggil nama name tag kalian?” Perintah Aliando sekali lagi masih memberi kesempatan.
“Aduh Prilly, kalau emang lo salah. Lo maju aja apa susahnya sih? Lo kan harus bertanggung jawab sama ulah lo dong? Buruan, daripada lo dibuat malu? Gue rasa orang itu terlalu songong, lo ga khawatir apa?” Seru Gritte ikut frustasi.
“Emang! Cowok itu emang songong!” Sambar Prilly sontak membuat Gritte mengernyit
“Kok lo bisa setau dan seseyakin itu?” Tanya Grite kini.
“Ittee, lo tau ga sih? Cowok yang bikin gue sial waktu nemenin lo daftar di kampus ini tuh, dia tauuuu!!!! Duh, mana pak satpam itu pake ngadu segala lagi. Please God, hilangin gue sekarang bisa kali? Uuhh” cemas Prilly masih bersembunyi dibalik tubuh Gritte.
“Oke. Ternyata dari kalian tidak ada yang menghormati pilihan dari gue! Kalu gitu, sekarang gue akan tarik pelakunya kedepan dan harus meminta maaf pada security kampus ini! Sebentar ya pak.” Aliando lantas berjalan memasuk barisan mahasiswa di deretan abjad B pada nametag yang dipakai para mahasiswa.
“Aduh, gawat duh! Please Gritt, tukeran pake nametag bisa kali? Sebentar doang!” Pinta Prilly semakin frustasi.
“Ya, ga bisa dong Prill? Kan ini udah aturan dari kampus, dan emang udah terdata-kan? Lo sih, ngapain coba buat ulah!” Seru Gritte mengomeli Prilly.
“Iya, gue bego banget. Coba aja nametag gue gue balik sebelum beraksi, pasti ga akan kelacakkan? Padahal udah susah payah juga gue! Duh, Gritt Plea- aww!” Tiba-tiba saja, pergelangan tangan Prilly ditarik mendadak oleh Aliando yang langsung membawanya ke depan lapangan. See, sekarang semua mahasiswa sudah mengetahui siapa pelakunya. Prilly Latuconsina si Bebek Klemer (nama nametag).
“Ihh, aduh. Please dong pelan-pelan tarik tangan guenya sakit tau!” Protes Prilly seraya terus masih mengimbangi langkah Aliando yang melangkah cepat.
“Diem lo!” Gertak Aliando membuat bibir Prilly mendadak membisu.
“Pak, apa benar pelakunya adalah dia?” Tanya Aliando menunjuk Prilly yang kini masih dalam genggamannya.
“I.. Iya den Ali. Neng ini pelakunya. Dia sudah bohongi saya, dia bilang di depan jalan ada kecelakaan tabrak lari yang korbannya adalah keluarga saya. Tapi, pas saya samperin, disana cuma ada tukang sayur keliling yang malah nagih hutang saya, dan ga ada kejadian apapun. Pas saya balik lagi, ternyata gerbang kampus sudah dalam keadaan terkunci. Ia den, neng ini orangnya!” Jelas security itu membenarkan Prilly sebagai pelakunya.
“Lo ini ya? Emang hobi lo itu bikin orang rusuh ya? Sekarang, gue minta, lo minta maaf sama security!” Seru Aliando yang kini berdecak pinggang. Sementara Prilly hanya menunduk malu akan ulahnya sendiri.
“Iya iya. Pak, saya minta maaf ya pak! Saya khilaf. Habisnya kalau ga gitu, bapak gamungkin-kan bolehin saya masuk di hari pertama saya kuliah. Saya minta maaf pak!” Seru Prilly dengan wajah memelas.
“Iya neng, gapapa. Tapi lain kali, si neng jangan bawa-bawa keluarga saya ya neng kalau mau jailin, saya kaget beneran neng!”. Seru security itu memaafkan. Prilly mengangguk patuh. Kini giliran ketua senat yang memberi hukuman.
“Baiklah pak. Terimakasih sudah melaporkan kasus ini pada saya. Sekarang bapak bisa bekerja kembali. Sekali lagi saya minta maaf pak” seru Aliando kembali meminta maaf.
Security itupun lantas beranjak pergi, kini matilah Prilly. Riwayatnya benar-benar diujung tanduk!
“Gave, tolong lo lanjutin pembicaraannya dengan mereka ya? Gue mau beri dia hukuman, atas apa yang telah dia lakukan!” Seru Aliando seraya menatap tajam kearah Prilly saat menunjuk Prilly sebagai `dia` yang dimaksud dalam kalimatnya. Sementara Prilly hanya menunduk pasrah dengan hukuman yang akan diberikan padanya oleh pemuda yang pernah ia bikin geram beberapa minggu lalu. Aliando, si ketua senat. HAHA.
“Lo, ikut gue sekarang!” Aliando kembali menarik pergelangan lengan Prilly sementara tangannya yang lain, telah menelusup kebagian saku celana jeans-nya.
“Aduh, pelan-pelan bisa kali! Sakit tau!” Seru Prilly yang hanya bisa pasrah ketika Aliando menggeret lengannya.
oOo
“Apa? Lo serius nih, nyuruh gue bersihin halaman seluas ini? Gila ya lo? Kok lo tegaan banget sih nyuruh cewek secantik gue nyapuin halaman seluas ini?” Protes Prilly tak terima ketika Aliando membawanya ke halaman belakang kampus dan menyuruhnya menyapu halaman itu sebagai bentuk hukuman.
“Lo berani nih, nyolot sama gue? Lo tau-kan, kalau gue ketua senat di kampus ini? Oh, lo mau ya? Hukuman lo gue tambahin? Mmm... Oke, boleh juga sih, kebetulan gudang kampus udah berantakan banget tuh, kalau gitu, lo..”
“Please deh ya? Ketua senat UARMA (Universitas AGTAMARTIKA)! Lo apa-apaan sih? Jangan mentang-mentang
“Disini, gue ga pernah ngebully junior-junior baru gue di kampus ini apalagi sampai main kasar seperti yang lo tuding ke gue. Gue juga ga pernah memanfaatkan jabatan gue sebagai ketua senat untuk balaskan dendam gue pada seseorang di kampus ini. Disini, gue hanya mengajarkan pada mahasiswa-mahas
“Please dong, masa gue nyapu halaman gini sih? Kapan mau selesai coba??” Rengek Prilly manja
“gue ga perduli mau sampai kapan lo selesai! Yang jelas, lo mau nyapu halamannya sekarang tanpa bawel, atau lo mau gue tambahin hukuman lo?” Gertak Aliando kembali mengancam Prilly.
Gadis itu bergidik ngeri, ketika membayangkan ada hukuman lain yang lebih parah yang akan di berikan Aliando untuknya. Seperti halnya, gudang. Gudang kampus sempat dibawa-bawa Aliando sebagai ancaman emas yang membuat Prilly tak ingin lebih bermasalah dengan ketua senat yang sok bijak satu ini.
“Oke, gue akan lakuin hukuman gue, asalkan lo pergi jauh-jauh dari pandangan gue sekarang! Gue males liat muka lo yang sok ganteng itu. Gih!” Ujar Prilly kini berdecak pinggang. Aliando memainkan halis tebalnya setelah mendengar gadis itu yang berseru bahwa wajah yang jelas-jelas udah ganteng sejak lahir itu, di sebut sok ganteng? Hello please deh! (•̯͡.•̯͡)
“Heh, cewek tengil! Gue juga sebetulnya males harus ada disini buat pantau lo terus. Tapi gimana? Ini tugas gue! Kalau gue pergi, lo pasti bakal enak-enakan, karna lo ga akan sapuin halaman ini. Udah ya, gausah bawel, sekarang lo pegang sapunya, terus bersihin halaman ini sampai bersih!” Perintah Aliando yang memegangkan sapunya di tangan Prilly.
Kemudian, Aliando mengambil posisi duduk di kursi panjang taman yang sudah tersedia di halaman belakan itu. Prilly sedikit geram pada laki-laki yang kini tengah bersamanya, ingin sekali rasanya Prilly menjahili lelaki itu karena kekesalannya. Huh, lihat aja ya? Kalau ada waktunya Prilly takkan pernah melewati harapannya untuk menjahili laki-laki sok bijak itu! Huumm!
Dengan wajah 99% bete, Prilly menyapu asal halaman belakang kampus itu yang sampahnya di dominasi oleh daun-daun kering yang berserakan. Gerakan menyapu Prilly, sangat-sangat berbahaya! Pasalnya seluruh debu di taman itu, bisa-bisa terangkat semua karna gaya menyapunya yang sama sekali tidak beres itu. Melihat itu, Aliando beranjak dari duduk santainya, lalu kemudian menghampiri Prilly dan mengambil paksa sapu itu dari tangan Prilly.
“Ih!! Lo apa-apaan sih main asal rebut gitu? Liat, tangan gue merahkan jadinya?!” Dumel Prilly memarahi Aliando.
“Bodo amat! Gue ga perduli. Yang jelas, cara nyapu lo itu ga becus! Ketauan banget sih kalau lo itu cewek rumahan yang cuma ngumpet di ketek nyokap lo? Cara nyapu lo itu kaya ayam ngamuk yang habis di sembelih tau ga? Ngorek-ngorek tanah doang sampe debu naik kaya gitu!” - Aliando.
“Lo tuh kalau ngomong emang gitu ya? Ga pernah disaring dulu gitu? Heh, jangan remehin gue lo, nyapu doang mah gue juga bisa! Bahkan ga ada apa-apanya buat gue! Lo belum pernahkan rasain masakan gue? Uumm, atauu lo mau gue ajak adu masak sama gue? Huumm?” Tantang Prilly tak terima diremehkan seperti itu.
“Gausah banyak omong, sekarang lo perhatiin cara gue nyapu, oke? Udah gitu lo lanjutin sampai selesai!” Seru Aliando
“Kalau gitu, kenapa ga lo aja yang nyapu? Ribet amat nyuruh-nyuruh gue?” Seru Prilly tak sudi
“Lama-lama ngelunjak ya lo? Diem aja kenapa sih, gue ini senior lo! Lo tau itukan? Sopan dikit sama senior, gabisa lo? Kayanya bibir lo itu gatel banget ya kalau ga nimpalin omongan gue?” Marah Aliando yang mulai membuncah karna terlalu kesal dengan gadis yang berdiri di sampingnya kini.
“Ya, lagian! Lo ju-”
“Diem, atau lo bener-bener gue tambahin hukuman lo?” Ancam Aliando yang berhasil membuat Prilly mendadak membisu.
Setelah Prilly benar-benar tak lagi bicara, Aliando kembali menunjukkan bagaimana cara menyapu dengan benar. Ketika satu persatu langkah yang Aliando tunjukkan pada Prilly, tiba-tiba saja gadis itu terperanjat kaget dan langsung memeluk Aliando heboh ketika ia merasa ada sesuatu yang hinggap dibagian rambutnya.
“Aaaakkkkhhh!!!
“Ihh, lo apaan sih? Ulet apa?? Ga ada ulet di sini!” Ujar Aliando berusaha melepaskan diri dari cengkraman Prilly yang begitu kuat.
“Please jangan lepasin gue! Uletnya dirambut gue! Tolong dong, lo ambilin dulu! Hiks” mohon Prilly kini malah menangis.
Melihat gadis yang bersamanya kini telah menangis dalam ketakutannya, Aliando merasa tak tega.
“Oke, sini gue liat lo diem makanya! Biar gue liat!” Seru Aliando meminta Prilly tidak melulu melilit ditubuhnya yang membuatnya tak dapat bergerak dengan leluasa.
Prilly menurut, gadis itu hanya berdiri diam tanpa bergerak sekalipun, bahkan gadis itu sampai menahan nafasnya agar sesuatu yang jatuh di rambutnya langsung diambil oleh Aliando.
“Nih. Ini yang lo bilang ulet??”
“Aaaa!!!”
Prilly langsung terperanjat kaget ketika Aliando memperlihatkan benda yang ternyata itu hanyalah sebuah ranting, tepat dihadapan Prilly. Dan yang bikin suasana mendadak kaku adalah Prilly sampai mencium pipi Aliando tak sengaja karena kontraksi heboh yang ia tonjolkan dengan spontanitasnya saat Aliando menunjukkan ranting yang Prilly kira itu adalah ulat. Kini mereka hanya terpaku dengan pandangan yang saling memuja dari alam bawah sadar mereka. Bahkan kini, mereka sampai tidak sadar bahwa Prilly tengah berada dalam dekapan Aliando ketika Aliando mencoba menahan tubuh Prilly yang hampir terjatuh setelah keterkejutannya
Oke. LEWAT !!! ._.♉
“Gue capek! Hiks.. Hiks..” Lenguh Prilly berjalan gontai di lorong kampus dengan peluh yang telah membasahi tubuhnya.
Sekarang waktu telah menunjuk pukul 3 sore, dan kini Prilly sama sekali tak bertemu dengan Gritte setelah melakukan hukuman dari sang ketua senat itu. Padahal, rasanya ingin sekali Prilly dipapah oleh Gritte karna rasa lelahnya yang tak sanggup membawa tubuhnya sendiri.
Ketika langkah gontainya tengah memalang di koridor, Prilly kembali tertubruk oleh seseorang persis seperti kejadian pertama kali ketika ia mengantar Gritte untuk mendaftar sebagai mahasiswa baru dikampus ini. Hanya saja bedanya, kali ini kondisi tubuh Prilly tampak begitu lelah.
“Aduuuhh... Sakitt tauu!!!” Rengek Prilly tak berdaya.
“Eh, aduh sorry sorry, gue ga sengaja! Sorry banget lo gapapakan?” Tanya orang itu setelah meminta maaf pada Prilly.
“Aduuhh, kenapa lo lagi sih? Gue bosen tau seharian ini udah liat muka lo, sekarang malah nabrak gue lagi! Lo kalau suka sama gue, bilang aja kali! Gausah deh pake acara gaya lama kaya gini, tubruk-tubrukan
Mendengar seruan Prilly, laki-laki itu mengernyit bingung. Laki-laki itu sama sekali tak mengerti dengan perkataan Prilly.
“Heii, dia ga mabuk-kan?” Pikir laki-laki itu terus memperhatikan Prilly.
“Kayanya lo lemes gini ya? Lo sakit?” Tanya lelaki itu pada Prilly.
Prilly melirik tajam kearah orang itu “ih, lo ini lupa, bener-bener lupa atau emang lo pura-pura lupa doang sih? Jelas-jelas, lo yang nyuruh gue buat jalanin hukuman dari lo buat bersihin halaman belakang kampus seluas itu-kan? Harusnya, lo gausah tanyain hal itu ke gue kalau lo aja sebetulnya tau apa jawabannya. Please deh ya, Ketua senat UARMA! Kalau lo mau pedekate sama gue, pake cara tuh cara yang modern dong! Anter gue pulang gitu!?” Ujar Prilly lesu.
Setelah mendengar kata-kata Prilly kali ini. Lelaki itu sekarang mulai paham.
“Oh, oke gue akan anter lo pulang! Tapi sebelumnya, gue minta maaf kalau gue udah buat lo jadi kecapean kaya gini!” Ujar lelaki itu akhirnya. Mendengar seruan lelaki itu, Prilly memekik tak percaya, gadis itu berteriak bahagia karena kali ini ia akan mendapatkan tebengan pulang gratis tis tis!
“Nah! Gitu kan enak. Daripada tubruk-tubrukan
“Gendong??” Seru lelaki itu memastikan.
“Iyalah! Ngapain nanya lagi sih? Udah buruan, siniin punggung lo! Gara-gara lo hukum gue tadi, badan gue sampai remuk gini tau ga sih lo? Kalau gue sakit, pokoknya lo orang pertama yang gue cari!” Ujar Prilly terus saja mengoceh.
Lelaki itupun menurut, dia menyodorkan punggungnya pada Prilly hingga Prilly langsung menaikinya.
“Sekarang anterin gue pulang! Ga perduli mau jalan kaki, motor, mobil, becak atau bajaj sekalipun, gue ga perduli! Yang jelas lo harus tanggung jawab buat anter gue pulang!” Seru Prilly tanpa henti.
Lelaki itu hanya terdiam tanpa banyak bicara, bahkan Prillypun merasa heran.. Biasanya jika ia terus bicara, lelaki itu selalu balik memarahi dirinya karena memang ia selalu ribut. Tetapi, entah mengapa kini lelaki itu malah banyak diam!
“Heh! Lo kok tumben ga ceramahin gue? Lo kekurangan obat atau emang lo gerogi sih gendong gue? Sampe-sampe lo kebanyakan diem kek gini, ga asik lo! Kalau lo cinta sama gue, santai aja kali, gue maklum kok. Gue mah wajarin aja kalau ada orang yang jatuh hati sama gue, ga akan heran sih gue! Soalnya gue sadar banget kok kalau gue ini emang cantik, udah gitu baik hati, imut, dan rajin menabung! Umm.. Pinter juga sih! Pinter muji diri sendiri maksudnya! Hihi” sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya, Prilly terus saja berbicara tanpa perduli jika lelaki yang di sebelahnya ini tak memperdulikanny
“Di depan ada pertigaan, gue harus ambil jalan yang mana?” Tanya lelaki itu kini berbicara untuk yang ke tiga kali selama perjalanan ini. Lelaki itu memang jarang sekali bicara!
“Ohh.. Ummmm, lo ambil kanan aja!” Jawab Prilly tersenyum manis.
******
Di sebuah rumah mewah yang berdiri kokoh di salah satu komplek perumahan elit Jakarta, Aliando kini tengah asyik terduduk di sebuah mini bar yang berada di bagian sisi dapurnya. Seraya terus menyeruput coklat hangat buatan tangannya sendiri, Aliando kini tengah disibukkan oleh tugas kuliahnya di hadapan leptop miliknya yang menyala.
“Heh! Gue denger lo hukum mahasiswa baru di kampus buat bersihin halaman belakang kampus, ya?” Tanya seorang pemuda yang seusia dengannya. Bahkan, wajahnyapun mirip sekali dengan wajah Aliando.
Yaa, perkenalkan lelaki itu bernama Zidan Syarief. Aliando dan Zidan merupakan saudara kembar yang lahir diwaktu dan tempat hampir bersamaan. Mungkin, memang raga mereka tampak begitu sama, namun kepribadian mereka sungguh-sungguh
“Iya! Kenapa? Lo ga suka?” Jawab Aliando
“Lo gila ya? Dia itu perempuan! Harusnya lo mikir dong! Penjaga kampus aja kalau bersihin halaman belakang membutuhkan 3 orang sekaligus! Sementara lo, nyuruh dia buat bersihin sendirian? Lo mikir ga sih?” Seru Zidan yang marah pada adik kembarnya itu.
“Heh! Gue kasih ga pernah ya kasih hukuman sembarang sama dia kalau aja dia ga berbuat ulah! Lo ga tau kan kenapa dia gue hukum? Kalau lo ga terima sama apa yang gue lakukan sebagai ketua senat di kampus, yaudah! Lo bisa kok gausah perduli sama gue! Lo harus tau, apapun yang gue lakukan, itu karna gue punya tujuan. Gue cuma mau dia itu ngerti, sama apa yang dia lakuin! Gue pengen, seluruh mahasiswa di kampus itu ngerti sama apa itu artinya disiplin, tanggung jawab, dan sopan santun dalam menghormati orang lain! Oh.. Jangan-jangan lo kaya gini itu karna dia mirip-kan sama almarhum Sisi tunangan lo? Please, Dan! Sisi itu udah mati, harusnya lo move on dong? Lo bangun dari tidur panjang lo selama ini, lo harus terima kenyataan kalau cewek yang lo cinta itu udah meninggal! ME NING GAL, ZIDAN!!!” Seru Aliando yang kemudian menegaskan kalimat terakhirnya.
“Cukup ya, lo ga perlu bawa-bawa Sisi dalam masalah lo dan gue! Bagi gue Sisi masih hidup. Lo ga berhak bicara seperti itu! Lo bukan Tuhan, Li!” Ujar Zidan yang kemudian bergegas pergi dari pandangan Aliando.
“Lho? Gue emang bukan Tuhan ya, Dan? Tapi kenyataannya memang begitu! Udah ga ada Sisi lo di dunia ini! Mau kemanapun lo cari, dia ga akan ada!” Seru Aliando masih berteriak kesal pada Zidan hingga ia harus bangkit dari duduk santainya.
****
Malam ini Prilly menghabiskan waktunya untuk menghiasi kukunya dengan kutek cantik sendirian. Tak lama kemudian, Gritte tiba di kamarnya dengan ekspresi lesunya yang menahan kantuk.
“Aduuuhhh! Prill, lo ngapain sih minta gue kesini sekarang? Gue tuh udah enak-enak tidur, ehh malah lo ganggu lewat telepon! Capek gue, Prill!!!!” Rengek Itte masih terlihat mengantuk.
“Bodo amat! Gue ga perduli. Yang jelas malam ini lo harus nginep di rumah gue. Lagian lo kemana aja sih? Gue tuh tadi nyariin lo tau ga? Badan gue serasa remuk, setelah ketua senat itu ngerjain gue habis-habisan tadi! Gue curiga ya sama lo? Lo punya sahabt barukan di kampus? Sampai lo tega lupain gue gitu aja! Padahal gue butuh lo banget tadi, Tee!!” Ujar Prilly mendadak menuding Itte memiliki sahabat baru.
“Prilly apaan si? Sekarang gue tanya, emang lo di kampus tadi ngapain aja?” Seru Itte menjulurkan pertanyaan.
“Ya jalani hukuman dari ketua senat itu-lah, Gritt? Lo kan tau, ngapain tanya gue lagi?” Sewot Prilly emosi.
“Ya gue tau, gue cuma mau kasih penerangan aja sama lo. Terus lo di hukum sampai jam berapa, gue tanya?” Lanjut Gritte kembali bertanya.
“Sampe jam 3! Makanya itu gue capek banget tadi! Lo bayangin dong, dari jam 8 pagi sampai jam 3 pagi, gue nyapuin halaman belakang sendirian, Te! Gila, parah bangetkan? Emang tuh cowok jahat banget, sumpah! Gue kesel, awas aja ya kalau gue punya waktu yang tepat, gue bakal kerjain dia habis-habisan!!
“Nah, hukuman lo selesai itu jam 3 kan? Sementara, gue aja Ospek cuma sampe jam 1 doang? Dan kondisinya, gue ga tau, lo ada dimana, kapan lo selesai, lo dihukum apa, itu gue ga tau! Jadi daripada gue luntang-lantung
“Huummm, eh tapi lo bakalan percaya ga? Kalau si ketua senat itu bisa jadi pendiem abis?” Seru Prilly mengalihkan pembicaraan mereka. Sementara Itte yang telah tepar di atas kasur empuk Prilly hanya menggelengkan kepalanya seraya memeluk guling erat.
“Ya mana gue tau! Kenal aja engga. Gue kan cuma baru tau namanya aja? Kalau untuk lihat sikap sesungguhnya sih, gue kan belum pernah? jadi ya mana gue tau?? Awalnya dia gimana lalu berubah seperti apa? Ya gue ga bisa menilai?!”
“Ya tapikan seengganya lo bisa gitu, sekilas atau lo menduga aja dari ketika dia bicara di depan seluruh mahasiswa baru waktu awal ospek tadi? Pasti lo bisa bayangin kok!” Seru Prilly masih sibuk mengeringkan kuku-kukunya. Setelah ia menunggu beberapa detik seruan Itte selanjutnya, Prilly segera menoleh kearah Gritte. Namun sayang, keberuntungan itu tak berpihak padanya untuk kali ini, setelah mengetahui bahwa Gritte telah terlelap dalam tidurnya.
“Iihhh... Itteeeeeee!!! Kok lo tidur duluan sihh??” Rengek Prilly melemparkan bantal pada tubug Gritte yang telah terdampar di kasur empuk miliknya.
****
Ke esokan harinya ....
“Pokoknya lo harus inget ya, Te? Kalau hari ini, lo ga boleh jauh-jauh dari gue!!” Seru Prilly memperingati ketika mereka mulai memasuki mobil Prilly.
“Iya! Dari tadi-kan gue bilang iya, bawel!!! Bosen gue denger lo ngomong gitu terus, apaan sih??” Dumel Gritte yang mulai merasa ribet!
“Bagus!! Ayo pak, jalan!” Ujar Prilly kemudian memerintah sopirnya.
***
Dikampus Aliando tampak berdiri di depan pagar, dengan gayanya yang cool. Kaca mata hitam dengan stelan kaos hitam bergambar yang dilapisi dengan jacket kulit berwarna hitam pekat, membuat penampilannya semaki tak tertandingkan. Hingga pada akhirnya, sebuah mobil toyota Rush berwarna putih berhenti di sisi gerbang kampus.
Melihat seseorang yang turun itu adalah yang sedari tadi ditunggunya, Aliando lantas mengalihkan perhatiannya pada mobil itu.
Bersambung ....
Cerbung Aliando dan Prilly "Cinta Dua Menara" All Part >TAMAT<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar