Dengan sangat terpaksa, mau tidak mau, Prilly harus benar-benar menuruti keinginan Pria itu untuk sementara waktu. Yah, mau bagaimana lagi? Laki-laki itu benar-benar membuat Prilly tak bisa berkutik setelah ia memperlihatkan foto kecil Prilly, yang menurut gadis itu sangatlah memalukan!
Sementara itu, Aliando yang langsung bergegas ke kamarnya, segera menjatuhkan tubuhnya yang mulai terasa lelah berdampar ke atas kasur empuk berseprai salah satu logo klub bola favoritenya. Ia lantas mengeluarkan foto itu dari dalam saku celananya. Dari wajahnya tampak binaran kebahagiaan seperti tengah meliputinya.
“Ternyata, kecil lo cantik juga ya? Semoga, dengan begini, gue bisa buat lo jatuh hati sama gue!” Gumam Aliando tersenyum gaje seraya terus memperhatikan foto itu.
Selang beberapa menit selama Aliando masih terus memperhatikan foto kecil Prilly, tiba-tiba saja sebuah teriakan terdengar yang diiringi oleh suara air yang terjatuhi sesuatu.
Mendengar itu, Aliando yang terkejut langsung beranjak dari pembaringannya,
Ketika Aliando telah sampai di area kolam renang rumahnya, Aliando melihat Zidan telah menjeburkan dirinya kedalam kolam renang seraya menarik tubuh Prilly yang terlihat sudah tak berdaya, kejadian itu membuat Aliando benar-benar terkejut.
“Apa yang lo lakuin ke dia, Zidan? Kenapa dia sampai begini?” Tanya panik Aliando yang langsung memberikan dada bidangnya untuk disandari Prilly yang telah basah kuyup.
“Gue ga ngerti, tiba-tiba aja gue denger teriakan dia waktu gue baru pulang. Pas gue liat dia udah tercebur ke kolam, ya gue tolongin dia lah?” Jawab Zidan yang juga telah basah kuyup.
Samar-samar, antara sadar dan tidak sadar, Prilly masih sempat membuka matanya. Dengan pandangan yang memburam, gadis itu merasa seperti melihat dua sosok pria yang terlihat yang terlihat seperti sama. Prilly sempat mengernyitkan dahinya untuk memperjelas pandangannya yang memburam karena telah banyaknya air yang tertelan olehnya hingga membuat gadis itu tidak sanggup terjaga lebih lama. Hingga pada akhirnya, Prilly benar-benar pinsan lam pangkuan Aliando.
Sementara itu perdebatan kakak beradik itu masih berlanjut hingga saat Prilly masih di gantikan pakaiannya oleh seorang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah itu.
“Lagian kenapa dia bisa ada di sini? Lo ngapain dia, huh?” Tanya Zidan sedikit emosi.
“Lo nanya kok nyolot? Kenapa? Lo ga suka kalau dia disini? Dia disini untuk gue yang ga ada urusannya sama lo! Kenapa gue tanya?” Sahut Aliando berbalik marah
“Bukan gitu kali, Li. Sekarang gini, lo bawa dia ke rumah tanpa ada pembicaraan sama gue? Gue pulang tiba-tiba udah liat dia aja gitu yang lagi usaha buat minta tolong, sementara lo yang bawa dia ke rumah ga keliatan lo di mana? Terus, untuk apa juga dia ada di depan kolam renang? Lo pasti ngerjain dia abis-abisan dirumah ini-kan? Lo mikir ga sih? Dia anak orang, Li. Lo ga bisa seenaknya gitu! ini udah hampir sore, terus dia masih di sini dengan keadaan yang seperti ini, terus kalau orang tuanya dia nyariin gimana? Lo mau tanggung jawab?” Ujar Zidan masih memarahi Aliando
“Yaudahlah, Lo jadi orang ribet banget? Dia di sini itu memang karena gue, dan gue ga akan lupa kok buat tanggung jawab! Lagipula, ini tuh ga ada urusannya sama lo, capek tau ga gue di omelin lo terus kaya gini!” Sahut Aliando tak suka.
Pemuda itu lantas beranjak dari depan kamar tamu tempat mereka berdiri menunggu bibi menyelesaikan tugasnya menggantikan pakaian Prilly yang telah basah kuyup. Sementara Zidan masih tetap bertahan di depan kamar itu.
“Anak itu, selalu saja bertingkah!” Gerutu Zidan merasa kesal juga pada Aliando.
Tak beberapa lama dari kepergian Aliando, asisten rumah mereka keluar dari dalam kamar.
“Bi, sudah di ganti-kan? Lalu bagaimana dengan keadaan dia sekarang? Masih belum sadar juga?” Tanya Zidan sedikit khawatir.
“Bibi sudah mengganti pakaian non itu, den. Non itu masih belum bangun sih den? Lebih baik, den Zidan masuk aja deh, bibi mau siapin coklat hangat dulu untuk si non!” Ujar Bibi setelah keluar dari dalam kamar.
“Yaudah, bibi bikin coklat hangatnya dan saya mau coba temenin dia dulu ya? Kalau bisa lebih cepat ya bi?” Pesan Zidan sebelum akhirnya ia memasuki kamar itu dengan tanpa menutup pintunya.
Bibi mengangguk patuh, Zidan kemudian berjalan perlahan mendekat kearah Prilly yang terlihat masih belum sadarkan diri.
Zidan begitu setia menunggu Prilly yang juga masih belum sadarkan diri. Gadis itu masih tenang dengan alam bawah sadarnya, bahkan hingga bibi selesai membuatkan coklat hangatpun, gadis itu masih tetap dengan ketidak sadarannya.
“Den, ini coklat hangatnya bibi taruh di sini ya? Bibi juga ga bisa nemenin aden, bibi harus masak untuk makan malam den?” Ujar Bibi tak enak hati.
“Tidak apa-apa bi, bibi masak saja. Ah ya, jangan lupa ya bi, makan malamnya jangan terlalu banyak menu, kan di sini cuma ada saya dan Ali saja, bibi kalau mau sesuatu dan kebetulan ada dikulkas gapapa bibi makan aja. Saya masih ingin menemani dia dulu ya bi, setidaknya sampai ia tersadar dari pinsannya.” Sahut Aliando memaklumi.
Di sela-sela perbincangan itu, sepertinya Prilly mulai terbangun. Pergerakan itu sudah terlihat dari jari-jari Prilly. Melihat itu Zidan tentu merasa lega.
“Aden, bibi tinggal kebelakang ya? Permisi, den Zidan!” Pamit bibi segera beranjak pergi setelah mendapatkan anggukan izin dari Zidan.
“Aasshhh!” Rintih Prilly menahan rasa pening dikepalanya.
“Alhamdulillah,
Prilly yang baru tersadar masih sibuk dengan rasa pening di kepalanya, ia mencoba mendudukan diri sebelum akhirnya ia tersadar bahwa pakaiannya telah di ganti.
“Kok? Baju gue kemana? Kenapa gue jadi pakai baju ini? Elo? Lo macem-macemin gue ya? Baju gue mana?? Lo kenapa tega banget sih sama gue? Ketua senat macem apa sih lo? Sekarang balikin baju gue! Gue mau pulang!” Rengek Prilly terus memberontak diri. Gadis itu benar-benar berusaha keras menghindari Zidan, bahkan ketika Zidan ingin menhana lengannyapun gadis itu menepisnya begitu saja.
“Dengerin gue dulu dong? Gue jelasin dulu sebelumnya! Lo sadarkan kalau tadi lo tenggelam di kolam renang? Otomatis, pakaian lo basah! Untuk sementara waktu, daripada lo lebih sakit karena basah kuyup, ya lo pakai baju almarhum cewek gue dulu aja kenapa sih? Lagipula yang ganti pakaian lo tentu bukan gue, gue minta tolong sama asisten rumah gue. Dan lo tenang aja, lo bisa liat pintu kamar ini, terbuka atau tertutup? Gue masih waras, gue ga mungkin berbuat macem-macem sama lo!” Jelas Zidan di sela-sela kepanikan Prilly kala itu.
Mendengar penjelasan Zidan, Prilly mulai menenang. Gadis itupun kembali menduduki sisi ranjang itu meski dengan perasaan yang ragu.
“Oke! Kalau gitu thanks! Sorry gue udah nuduh lo yang macem-macem. Ah ya, gue inget banget waktu lo nolongin gue untuk naik dari kolam itu gue kaya liat lo bersama seseorang yang mirip banget sama lo? Ya, meskipun gue cuma bisa liat dengan samar-samar tapi gue masih bisa liat kok, dan itu jelas banget! Gue juga suka ngerasa kalau lo itu terkadang seperti dua orang yang berbeda dengan satu raga yang sama? Ada yang lo sembunyiin dari gue ya?” Tanya Prilly menelisik.
Zidan tersenyum tapi sepertinya lelaki itu tidak berminat sama sekali untuk menjelaskan yang dirasakan Prilly.
“Bukan apa-apa! Oh iya, karena lo udah bangun, gue tinggal lo sebentar aja gapapakan?” Sahut Zidan berpamitan.
Dengan lirikan matanya yang berarti, Prilly menganggukan kepalanya sebagai izin darinya. Setelah mendapatkan izin dari Prilly, Zidanpun lantas bergegas keluar dari kamar itu.
Berselang beberapa menit sepeninggalan Zidan, ketika Prilly masih asik mengamati sunset sore hari yang mulai menghilang dibalik rumah-rumah lainnya melalui jendela kamar, tiba-tiba saja Aliando datang dan langsung menarik lengan Prilly.
“Sakit. Lo bisa pelan-pelan ga sih? Tangan gue sakit, tauuuu~” rengek Prilly mencoba melepaskan lengannya dari cengkraman Aliando.
“Gue bakal anterin lo pulang!” Sahut Aliando sekenanya.
“iihh! Bisa ga sih lo ga main kasar gini? Sumpah, gue bingung tau ga sama lo? Padahal, baru beberapa menit yang lalu lo bicara lembut sama gue, setelah itu? Setelah lo ninggalin gue, lo kembali pake buru-buru kaya gini? Narik-narik gue? Pantes? Lo cowok, lo ketua senat, ga seharusnya lo giniin gue! Jangan karena gue junior lo, lo bisa perlakukan gue seenak jidat lo ya? Lo cowok ter-resek yang pernah gue kenal asal lo tau!” Marah Prilly yang langsung menghentikan langkahnya. Gadis itu tak suka dengan sikap Aliando yang selalu saja berubah-ubah dimatanya.
Mendengar seruan gadis itu, Aliando langsung mengerti bahwa yang ia maksud itu bukanlah dirinya, melainkan Zidan yang selalu muncul ketika dirinya tak berada bersama Prilly.
“Terserah lo ngomong apa, yang jelas gue punya tanggung jawab buat anter lo pulang! Sekarang gue mau lo masuk ke mobil gue sekarang juga!” Sahut Aliando dengan kedua lengannya yang melipat di depan dadanya. Pemuda itu tak perduli dengan apa yang diserukan Prilly.
“Terimakasih, tapi gue ga butuh bantuan lo buat anter gue pulang. Gue bisa kok jalan sendiri!” Tolak Prilly yang langsung bergegas pergi tanpa perduli dengan Aliando.
Namun, dengan gerakan yang lebih cepat, seperti biasa Aliando langsung menarik lengan Prilly begitu saja tanpa perduli gadis itu menyukai perlakuannya itu atau tidak.
“Gue ga pernah tawarin bantuan buat lo. Gue bilang gue punya tanggung jawab buat anter lo pulang! Paham?” Dumel Aliando yang langsung menarik paksa Prilly untuk masuk kedalam mobilnya.
“Iiisshhh, aarrrggghhhh!!!
Gadis itu terlihat menahan tangisnya karena rasa kesalnya pada pemuda itu. Sementara Aliando yang baru saja masuk dan mengambil posisi dibalik kemudi mobilnya hanya cuek bebek tanpa perduli perasaan gadis yang duduk di sampingnya.
Setelah beberapa puluh menit perjalanan, Aliando begitu bingung hendak kemana ia mengantarkan gadis itu untuk pulang, sementara Prilly sama sekali tak bersuara, sedari tadi gadis itu hanya terdiam seraya mengamati jalanan melalu kaca mobil di sebelah kirinya.
“Eh! Sekarang kasih tau gue dimana alamat rumah lo?” Tanya Aliando kemudian. Seolah tidak perduli, gadis itu terus saja membuang wajahnya ke sisi jendela di sebelah kirinya tanpa perduli dengan pertanyaan yang di ajukan Aliando.
Ketika pemuda itu mulai kembali merasa kesal, tiba-tiba saja lelaki itu mengerem kendaraannya dengan mendadak hingga nyaris membuat Prilly terbentur dasbor mobil. Untung saja, gadis itu mengenakan seatbelt, jadi tidak terjadi apa-apa meskipun sedikit shock dan merasa jengkel kembali.
“Lo psycho ya? Lo mau bikin gue mati hidup-hidup? Huh? Bisa ga sih lo nyetir mobil? Perlu gue ajarin supaya lo ga ugal-ugalan kaya gini? Perlu? Engga juga-kan?” Dumel Prilly yang lagi-lagi merasa jengkel.
“Salah lo sendiri, gue tuh tadi tanya ya sama lo? Tapi lo ga perduli sama pertanyaan gue? Kalau gue ga butuh, gue juga ga akan ajuin pertanyaan itu sama lo!” Sahut Aliando tak kalah emosi.
“Lo gausah sok-sok-an lupa deh! Lo udah dua kali anter gue pulang, dan sekarang lo masih tanya di mana alamat rumah gue? Ga masuk diakal tau ga!” Seru Prilly tetap tak memberi tahu.
“Sial. Zidan ngeduluin gue nih? Ini bener-bener ga bisa di biarin!” Gumam batin Aliando benar-benar tak terima.
“Oke kalau itu yang lo mau.!” Ujar Aliando yang kemudian langsung kembali tancap gas.
“Terserah!” Sahut Prilly tak perduli.
***
Sementara itu, setelah selesai mengganti pakaiannya, Zidan langsung bergegas ke arah dapur untuk menyiapkan makanan untuk Prilly langsung buatan tangannya. Dengan bantuan si bibi, Zidan mencoba membuat spageti spesial sosis ala chef Zidan. Setelah selesai, dengan penuh kebanggaannya, Zidan berjalan menuju kamar tamu tempat dimana sebelumnya Prilly berada di dalam sana dengan membawa nampan berisi spageti.
“Sorry udah nunggu lama, ini gue bawa spa- ??? Prilly?” Zidan mendadak dibuat bingung dengan keberadaan gadis itu yang entah dimana. Rasa bangga yang sebelumnya membara, justru kini berbalik kecewa ketika dirinya tak lagi mendapati gadis itu berada di tempatnya.
Zidan lantas mencoba menghubungi Aliando, berharap gadis itu benar-benar bersama saudara kembarannya. Namun, lagi-lagi Zidan harus menelan kekecewaannya karena Aliando sama sekali tak menghiraukan panggilan teleponnya.
Di lain tempat..
Aliando menghentikan laju mobilnya di sebuah gedung mewah yang tampak begitu ramai di datangi para pengunjung. Prilly benar-benar terkejut, ketika Aliando berhenti di sebuah gedung yang di depannya terpajang jelas beberapa huruf raksasa berwarna merah yang berlampu membentuk sebuah kata “ Hotel Nusa Indah Permata ” Prilly sangat mengenal gedung ini, gedung ini adalah Hotel berbintang yang sangat ternama di bilangan ibu kota Jakarta.
“Hotel .....?????” Pekik Prilly benar-benar tak menyangka.
Bersambung ....
Cerbung Aliando dan Prilly "Cinta Dua Menara" All Part >TAMAT<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar