Advertisement
Advertisement
Cerbung Aliando dan Prilly "Cinta Dua Menara" Part 11
“Ouu.. Cpcpcpcp.. Seksi juga ya lo kalau lagi marah-marah kaya gini? Gue jadi semakin ga sabar deh, buat nikah sama lo? Ga sabar pengen denger teriakan manja lo yang bikin gue kangen, apalagi kalau gunting ini sampai potong sedikit dari bagian baju lo? Wow?” Ujar Halik mengerlingkan sebelah matanya seraya menjelat bibirnya sendiri.
Menjijikan.
“Ciihh!!!” Prilly meludahi wajah lelaki itu begitu saja. Rasanya ia telah sangat muak dengan pria gila yang satu ini, rasa sakit hati yang masih belum mengering sedikitpun, membuat ia begitu membenci lelaki itu.
“Uummm... Air liurmu begitu menggiurkan rupanya. Tenang saja, kau pasti sama tidak sabarnya dengan aku-kan? Aku sudah mempersiapkan pernikahan kita Minggu depan, sayang? Kau pasti sangat berbahagia dengan pestanya yang akan begitu meriah nanti?” Ujar Halik setelah mendapatkan air liur Prilly yang sengaja Prilly arahkan pada lelaki itu. Mungkin, persentase kewarasan milik Halik telah benar-benar berkurang, lelaki itu sudah mulai gila. Bukannya terlihat marah atau jijik dengan air liur itu, Halik justru malah membasuhkan air liur Prilly ke seluruh wajahnya dengan penuh gairah. Sungguh, ini benar-benar membuat Prilly ingin muntah saat itu juga melihat lelaki itu yang sudah mulai kehabisan akal sehatnya.
“Engga. Gue gapernah sudi, buat menikah sama laki-laki gila kaya lo, Halik! Gue ga sudi. Lebih baik gue mati dibandingkan harus menikah dengan seorang pembunuh ayah gue sendiri.! Lo gila, Halik. Lo benar-benar ga waras!” Teriak Prilly menolak mentah-mentah seruan Halik saat itu.
****
“Zidan?? Lo disini juga?” Pekik Aliando yang tak menyangka akan bertemu dengan Zidan di bangunan itu.
“Sstt.. Ssstt. Gue disini karena gue mau tolongin Prilly yang ada di kamar situ.” Seru Zidan menunjuk sebuah jendela kamar ber-tralis.
“Gue juga sama. Masalahnya, lo tau dari mana kalau Prilly diculik, dan ditempatkan dibangunan ini?” Tanya Aliandio merasa bingung.
“Waktu kejadian itu, gue liat pake mata kepala gue sendiri. Itu kenapa gue ada disini, karena gue buntutin mobil yang bawa Prilly dari kampus secara paksa. Oh iya, tadi gue sempet lihat, ada seorang laki-laki yang sepertinya datang dari masa lalu Prilly, Li? Lo tau ga dia bicara apa? Dia bilang, minggu depan acara pernikahan dia dan Prilly akan berlangsung. Kita harus tolongin Prilly, Li? Gue tau betul, ketakutan Prilly itu sudah menunjukkan bahwa Prilly sama sekali tidak menginginkan pernikahan itu.” Jelas Zidan membuat Aliando semakin menggeram. Jika memang begitu ceritanya, Aliando tak-kan pernah membiarkan Prilly untuk tidak bahagia. Dalam hatinya ia bersumpah, akan melakukan apapun demi kebahagian gadis yang sangat dicintainya itu.
“Yaudah, sekarang gini, gue akan masuk lewat pintu belakang. Lo, harus alihkan perhatian para penjaga itu kalau seandainya mereka sudah mulai curiga. Untuk sementara waktu, lo jaga di sini, Li. Jangan melakukan pergerakan apapun, sebelum para penjaga itu menyadari keberadaan kita. Gimana?” Ujar Zidan menyusun strategi.
“Gimana apanya? Kalau lo yang masuk, enak di lo dong? Gue ga mau. Lo aja yang jaga di sini, biar gue yang masuk dan tolongin Prilly.” Tolak Aliando seperti tak rela dengan apa yang Zidan rencanakan.
“Kalau lo yang masuk, gue ga yakin lo bisa tenang, Li? Yang ada lo malah kacau-kan semua rencana ini hanya karena lo ga bisa jauh dari kecerobohan yang selalu datang diwaktu yang ga tepat.” Seru Zidan masih meragukan Aliando.
“Ga perlu sok-sok cari kesalahan gue deh. Bilang aja kalau lo mau cari kesempatan dalam kesempitan. Lo harus inget ya, Prilly itu punya gue!” Serobot Aliando seolah tak terima dengan keraguan Zidan terhadap dirinya.
“Ga penting dia milik siapa. Yang penting sekarang adalah, gimana caranya kita buat bawa Prilly pergi dari tempat ini, dan selesai.” Sahut Zidan tak memperdulikan perdebatan yang akan dimulai oleh kembarannya itu.
“Yaudah, gue yang masuk. Lo yang disini. Gampang-kan?” Seloroh Aliando begitu saja.
“Yaudah, okey. Tapi lo harus janji lo jangan macem-macem ya? Kalau bisa, lo harus gerak cepat untuk memanfaatkan waktu. Ga usah main-main!”
“Yaudah sih? Gue juga bisa kali bedain dimana saatnya gue harus bercanda dan konsentrasi.”
“Bagus deh! Sekarang, lo coba masuk lewat pintu itu. Inget, ga usah macem-macem. Jangan sampai lo bikin rencana kita jadi berantakan!” Seru Zidan memberikan pesan.
“Berisik lo! Tunggu sini, kalau ada yang mencurigakan, kasih gue kode.” Seru Aliando langsung berlalu menuju kearah pintu yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Zidan, sebagai satu-satunya akses untuk mereka memasuki rumah itu.
Sementara itu,
Prilly yang semula bersikeras untuk mencoba terlepas dari ikatan yang melilit tubuhnya itu, kini mulai terlihat lemas, sepertinya gadis itu telah kehabisan daya. Seluruh tubuhnya telah dihujani keringat karena terlalu membernontak sedari tadi, nasib gadis itu begitu malang. Sedetik kemudian, pintu itu kembali terbuka, namun kini intonasi suaranya lebih berperasaan, tidak seperti tadi yang terbuka dengan begitu kasarnya hingga membuat Prilly terkejut. Belum sempat Prilly melihat siapa yang memasuki kamar itu, Prilly telah lebih dulu tak sadarkan diri karena seluruh daya tahan tubuhnya telah benar-benar terkuras.
“Prilly, bertahanlah!” Pekik Aliando sepelan mungkin begitu melihat Prilly yang jatuh pinsan di atas sebuah kursi dengan lilitan tali pada tubuh gadis itu.
Melihat itu, rasanya hati Aliando seperti tersayat-sayat melihat gadis yang dicintainya selama ini, berada dalam keadaan yang memprihatinkan. Rasa tidak rela akan perlakuan orang-orang itu terhadap Prilly membuat Aliando ingin sekali membalaskan apa yang telah mereka lakukan pada gadisnya.
Sebetulnya, ini adalah pertama kalinya Aliando bisa merasakan cinta yang sesungguhnya. Entah mengapa, pertemuannya dengan Prilly saat pertama kali, hatinya mengatakan bahwa Prilly adalah gadis yang pantas untuk dirinya. Prilly adalah gadis yang sangat berbeda dari para mantan Aliando yang entah tak terhitung jumlahnya. Selama ini, Aliando selalu menjalin kasih tanpa keseriusan. Baginya semua wanita di dunia ini semuanya sama, sama-sama bersifat matrealistis, bermuka dua dan mudah tergoda dengan lelaki beruang banyak seperti sosok ibunya.
Ya.....
Sejak kecil, Aliando dan Zidan telah ditinggal pergi oleh ibu kandung mereka yang sampai sekarangpun entah dimana. Kepergian ibu mereka benar-benar membuat hidup Aliando penuh terbebani. Ia sama sekali tak bisa melupakan, saat dimana ibunya memilih lelaki lain ketimbang ayah mereka yang saat itu tengah berada diposisi terbawah. Terlebih lagi, kala itu Zidan kecil mendapatkan diagnosa Kanker Sumsum tulang belakang, yang membuat keuangan keluarga mereka benar-benar membengkak. Ibu kandung mereka yang sudah tak tahan dengan keadaan yang miskin, membuat ibu mereka terpaksa pergi bersama lelaki lain yang kala itu posisinya berada diatas.
Hingga saat ini, setelah 13 tahun lamanya. Aliando dan Zidan tumbuh tanpa ibu kandung mereka. Di usia mereka yang menginjak 12 tahu, ayah mereka kembali menikah dan kini lebih memilih tinggal di luar negeri dengan berbagai alasan. Sementara, Aliando dan Zidan yang memilih tinggal di Indonesia, hanya memiliki kesempatan beberapa kali saja untuk bertemu dengan ayah mereka. Dalam setahun, kurang lebih mereka bisa bertemu sebanyak empat kali saja, menyedihkan bukan? Perpisahan tempat itu jugalah, yang di inginkan Zidan, meskipun sampai saat ini Zidan masih menjalani perawatan yang rutin, itu sama sekali tidak membuat semangat Zidan untuk hidup lebih lama memudar.
****
“Heii!! Siapa Lo?? Lagi apa di situ??” Seorang penjaga rumah itu, memergoki Zidan yang tengah menunggu Aliando yang tak kunjung datang. Melihat itu membuat Zidan sedikit panik, namun ia tetap berusaha kuat agar tidak membuat penjaga itu mencurigai dirinya.
“O.. Ow! Ahh, sorry mas! Gue lagi cari burung gue yang lepas. Tadi burung gue terbang kearah sini, bisa tolong cariin burung gue ga mas??” Seru Zidan asal bicara.
“Lo ga coba-coba main-main sama gue-kan? Lo bisa nilai tampang gue kan? Kalau lo macem-macem, gue bisa lakuin apa aja sama lo.” Sahut salah satu penjaga itu membuat Zidan bergidik ngeri.
“Serius mas, gue lagi cari burung gue yang terbang. Kalau di liat-liat emang sih, tampang lo ga pantes mas buat di ajak main. Tolongin gue lah mass, burung gue lepas nih!!” Seru Zidan lagi benar-benar tak mengerti dengan apa yang diucapkannya itu.
“Oke, gue bantu lo cari. Terbang kearah mana?” Tanya penjaga itu kemudian.
“Oh, ke arah situ mas, itu yang diujung situ. Bantu gue ya mas!” Seru Zidan menunjuk kearah yang sedikit jauh dari pintu samping rumah itu. Beberapa detik setelah penjaga itu melewati pintunya, Aliando mendadak nongol seraya membopong Prilly yang dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Sontak, dengan memanfaatkan keadaan yang merenggang, Zidan dan Aliando beranjak pergi dari halaman samping rumah itu seraya membawa Prilly. Melihat tawanannya dibawa kabur oleh dua orang yang tak diketahuinya, penjaga yang sempat berbincang dengan Zidan itu berusaha mengejar Zidan dan Aliando. Namun sayang, sepertinya penjaga itu kalah cepat dengan Aliando dan Zidan yang langsung tancap gas membawa Prilly pergi jauh dari bangunan itu.
BERSAMBUNG ....
Cerbung Aliando dan Prilly "Cinta Dua Menara" All Part >TAMAT<
Artikel Terkait:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar