Aldi dan Veraya tampak gusar dan sesekali mengetukan tangan mereka yang terkepal pada tembok kokoh didepan mereka.
Waktu seolah terasa lama, sudah beberapa kali Veraya menangis meraung dalam pelukan Aldi, sungguh dirinya begitu mengenaskan sekarang.
Tak perduli apa tanggapan orang yang melihat kelakuan keduanya didepan ruang tunggu Operasi itu.
Tak perduli apa tanggapan orang yang melihat kelakuan keduanya didepan ruang tunggu Operasi itu.
`klek!`
Suara knop pintu dibuka menyadarkan Veraya dan Aldi. Keduanya lantas menghampiri Pria muda berjas putih itu.
“Bagaimana keadaan adik saya Dok?”
“Iya Dok? Apa Prilly dan Bayi nya bisa diselamatkan..? Tolong lakukan yg terbaik Dok, selamat kan mereka..” Imbuh Veraya dengan tak sabaran menanti jawaban sang Dokter.
“Huhh..” Dokter muda itu tampak menghela nafas panjang dan menepuk pundak Aldi beberapa kali secara perlahan.
“Berdo'a saja.. Tapi_untuk saat ini kami butuh persetujuan kalian, anggota keluarganya untuk memilih salah satu dari mereka..” Jawab Sang Dokter dengan nada tegas, menatap bergantian antara Veraya dan Aldi.
Keduanya shock berat, tak mengerti arah perkataan sang Dokter.
“Jangan berbelit-belit Dok..” Aldi meremas ujung kemeja nya karena tau sesuatu yang buruk akan terjadi pada sang adik.
“Hhh... Kalian harus menandatangani surat sebagaii bukti kalau kalian telah memilih salah satu diantara mereka. Benturan itu cukup keras, jika tidak ibu nya bearti anaknya yg akan selamat..”
`degh!`
Jantung Aldi dan Veraya rasa mencelos mendengar penuturan sang Dokter. Keduanya seolah tak mampu berpijak dibumi membayangkan hal paling terburuk diantara Prilly dan Bayi nya.
Deru Nafas Aldi tampak ter-engah-engah, rasanya dia ingin sekali mencekik leher perempuan jalang yang telah membuat Adiknya seperti ini.
Ya, Arumi!
Ya, Arumi!
**
FlashbackOn
“ALIIIIIII.....!!”
“Hey! Buka pintu nya!”
Arumi berteriak nyaring seperti orang frustasi dibarengi gedoran nya pada daun pintu kamar milik Ali.
Tak ada jawaban, Ali masih enggan menemui Arumi dan berbicara pada gadis itu.
“Sayang! Cepat buka pintu nya!” Teriak Arumi sekali lagi.
Nafas gadis itu tampak naik turun karena Ali tak kunjung membuka pintu kamarnya.
“Buka Li! Jangan buat aku benar-benar marah!” Arumi sudah seperti orang frustasi.
Okey, dia akan mengancam kalau cara nya seperti ini.
Apa pun akan ia lakukan asal Ali mau menemuinya.
Okey, dia akan mengancam kalau cara nya seperti ini.
Apa pun akan ia lakukan asal Ali mau menemuinya.
Ali termenung duduk dipinggiran kasur dan tak menghiraukan Arumi yg kini berteriak-teriak tidak jelas diluar kamar.
Dia malas bertemu gadis itu, malas karena takut emosi nya akan meluap kalau Arumi mengatai Prilly lagi.
Dia malas bertemu gadis itu, malas karena takut emosi nya akan meluap kalau Arumi mengatai Prilly lagi.
“Oke baik lah, Li.. Aku pastikan kamu gak akan pernah bisa melihat wajah perempuan sialan itu lagi!!” Ancam Arumi dengan nada bergetar.
Ali hanya berdecih dalam hati, tak mungkin gadis itu berani menyakiti Prilly dan kandungan nya. Itu mustahil menurut Ali.
•
Mobil Arumi menepi dipinggir jalan didekat rumah kediaman Veraya. Gadis itu berjalan penuh amarah dan menggedor pintu secara kasar.
Prilly, Veraya dan Aldi yg ketika itu sedang bersantai diruang tamu cukup terperanjat ketika suara gedoran pintu terdengar nyaring. Siapa yg berani bertamu sekasar dan tidak sopan seperti itu kerumah mereka.
“Biar aku yang buka! Berani-beraninya seseorang bertamu secara tidak sopan kerumah ku..” Omel Veraya sambil beranjak pergi.
`klek!`
Belum sempat Veraya memaki tamu tidak sopan nya itu, Arumi sudah merangsek masuk secara kasar menyenggol bahu Veraya.
“Hey gadis jalang! Dimana kau! Ingin sekali aku membunuh kau sekarang JUGA!” Teriak Arumi berapi-api dengan emosi yg tak terkendali.
Veraya berusaha mengejar Arumi dan menahan gadis itu agar tidak berbuat hal gila kepada sahabatnya.
Veraya berusaha mengejar Arumi dan menahan gadis itu agar tidak berbuat hal gila kepada sahabatnya.
“Apa mau mu teriak-teriak seperti orang gila seperti itu dirumah orang! Dasar perempuan sinting!” Teriak Veraya tak kalah geramnya.
Aldi dan Prilly merasa terusik mendengar suara ribut-ribut dan segera beranjak menuju ruang depan.
“Arumi..” Desis Prilly tampak tak percaya dengan penglihatan nya.
“Oh..disini kau rupanya..” Aruma bergumam dengan senyuman mengejek. Matanya tampak berkilat memancarkan sorot kemarahan yang teramat sangat.
Aldi mencoba berdiri berhadapan dengan Arumi, menghalangi agar gadis itu tidak berbuat macam-macam pada adiknya.
Aldi mencoba berdiri berhadapan dengan Arumi, menghalangi agar gadis itu tidak berbuat macam-macam pada adiknya.
“Apa mau mu datang kesini!” Cetus Aldi dengan tatapan tajam. Tapi Arumi tidak gentar dan malas balas menatap tajam kearah Aldi.
“Cihh.. Jangan sok jadi pahlawan untuk wanita jalang itu..” Decih Arumi yg langsung mengundang emosi Aldi seketika.
“Dasar wanita brengsek! Sekali lagi kau katakan Prilly seperti itu, -aku pastikan kau tidak akan pernah bicara lagi seumur hidup mu!!” Ancam aldi penuh amarah.
“Ohh ya.. Sayangnya aku tidak takut..hee” gadis itu tertawa mengejek.
“Pergi dari rumah ini hey gadis tak tahu malu!” Kali ini Prilly merangsek maju dan bertatapan langsung dengan arumi. Gadis itu tertawa jengkel dan ingin menyambar Prilly namun Veraya langsung menahan lengan nya dengan kuat.
“Awas sayang!” Pekik Aldi panik mengetahui kalau gadis itu benar-benar tidak takut.
“Kau penghancur hubungan ku dgn Ali! Kau mengacaukan semuanya! Mengacaukan pernikahan yg sudah ku impikan sejak lama! Dan itu semua hancur karena kau dan Bayi sialan kau itu..!” Teriak Arumi begitu marah tak terkendali.
“Tutup mulut mu wanita ular! Kau lah yg perusak kebahagiaan sahabat ku!” Cetus Veraya sambil terus menahan Arumi yg kian memberontak.
`bug`
Tubuh Veraya terjengkang karena Arumi berhasil menendang kakinya dengan keras. Gadis itu meringis kesakitan. Prilly berteriak histeris. Ketakutan dan kemarahan nya bercampur jadi satu.
Aldi berusaha melindungi Prilly, namun Arumi yg telah gelap mata itu segera menendang barang 'antik' milik Aldi sehingga Pria itu juga kesakitan luar biasa.
Arumi tertawa penuh kemenangan dan mencoba mendorong Prilly namun wanita itu menghindar dan berlari keluar setelah Veraya mengintruksi nya agar lari.
Arumi lebih gesit berlari daripada Prilly yg perutnya telah membuncit itu.
Gadis itu meraih bergelangan Prilly ketika sampai diambang pintu.
Gadis itu meraih bergelangan Prilly ketika sampai diambang pintu.
“Lepaskan aku!” Jerit prilly takut kalau-kalau arumi akan menyakiti bayi nya.
“Kau dan anak itu akan aku lenyapkan!” Teriak arumi lantas mendorong Prilly dengan kuat dan wanita berperut buncit itu terjatuh dan perutnya menghantam pot bunga yg diletakan diteras rumah.
Bertepatan itu, Ali juga baru tiba dan matanya nyalang melihat Prilly terjatuh.
“ARUMI APA YG KAU LAKUKAN..!” Ali berlari seperti org kesetanan keluar dari mobil menghampiri Prilly yg kini mengaduh kesakitan.
Tangan kekar Ali merengkuh pundak Prilly dan mengusap perutn istrinya itu penuh kecemasan.
“Sayang, mana yang sakit?” Panik Ali dengan mata berkabut ketika melihat Prilly menangis kesakitan.
“Pe-rut ku..sa-kit Li..” Ringis Prilly tak tahan. Ali mengalihkan pandangan nya kebawabah dan dia langsung memekik histeris.
“ASTAGA DARAH!” Nafas Ali memburu menatap darah yang mengalir disela paha Istrinya yang mengenakan dres longgar itu.
“Kau iblis!!!” Teriak Ali marah dan berdiri menghampiri Arumi. Mencengkram rahang gadis itu dengan tatapan tajam membunuh seperti elang.
“PRILLY!” Aldi dan Veraya berteriak berbarengan ketika muncul diambang pintu. Keduanya panik melihat prilly kesakitan dengan darah yg mengalir dipahanya.
“CEPAT BAWA PRILLY KERUMAH SAKIT!! AKU AKAN MENYELESAIKAN IBLIS INI!!” Teriak Ali dengan nada berombak. Singguh! Ini emosi yg paling meledak. Nafasnya terengah-engah dengan bulir bening yg ikut menetes.
Aldi dan Veraya bergegas memapah Prilly kedalam mobil dan membawa wanita itu kerumah sakit.
**
Derap sepatu itu terdengar nyaring mengiringi langkah panjang Pria tampan ini. Di hampir saja menabrak beberapa pasien yg sedang duduk dikursi roda.
Pikiran nya tak karuan, dia takut terjadi sesuatu pada Istri dan calon anaknya.
Pikiran nya tak karuan, dia takut terjadi sesuatu pada Istri dan calon anaknya.
Ya, Pria tampan ini adalah Aliando. Langkahnya seperti orang kesetanan.
“Bagaimana keadaan istri dan anak ku!” Teriak Ali ketika menapakan kaki didepan ruang operasi. Veraya dan Aldi lantas menoleh ke arah Ali yg baru saja datang dengan nafas tersengal itu.
“Li, dia..” Suara Veraya tercekat ditenggorokan. Dia tak tahu harus mengatakan Apa pada Ali. Dia takut pria itu semakin murka dan menghabisi arumi tanpa akal sehatnya.
“Dimana gadis iblis itu?” Tanya Aldi penasaran tentang Arumi karena mereka tak menghiraukan gadis itu lagi setelah Ali membereskan nya.
“Dia sudah aku seret ke kantor polisi atas tindakan kekerasan nya itu.. Bagaimana Prilly dan kandungan nya. ” Ali menatap tak sabaran antara Veraya dan Aldi.
Aldi menghela nafas panjang karena melirik Veraya yg tak mampu mengucap sepatah kalimat pun. Aldi menceritakan semuanya pada Aldi tentang kondisi Prilly dan kandungan nya saat ini.
Bagai sebuah dentuman keras menghantam tubuhnya, Ali terduduk lemas dilantai kerami rumah sakit yg dingin. Hatinya seolah hancur tak berbentuk mendengar penuturan Abang ipar nya itu.
Kenyataan macam apa ini?
Ini sungguh membuatnya hampir tak mampu menghirup udara sejenak.
Kenyataan macam apa ini?
Ini sungguh membuatnya hampir tak mampu menghirup udara sejenak.
Dokter muda itu muncul lagi, kali ini dengan tatapan resah.
“Bagaimana? Sudah ada keputusan? Tolong putuskan secara cepat sebelum kita kehilangan keduanya..” Cetus Dokter muda itu.
Seketika Ali berdiri dan mencengkram kerah jas putih sang Dokter.
Seketika Ali berdiri dan mencengkram kerah jas putih sang Dokter.
“Ali apa-apaan kamu! Jangan memperkeruh keadaan!” Cegah Aldi dengan kekuatan untuk melepaskan cengkraman Ali.
“Kau bukan Tuhan Dokter! Anak dan Istri ku pasti selamat!” Kecam Ali marah.
“Ali..tenanglah.. Jgn gegabah..” Aldi kini memeluki Ali erat, menahan tubuh Pria itu yg tampak begitu emosi. Tangis Ali pecah, sungguh tangisan yg sangat pilu menyayat hati.
Sang Dokter ikut terenyuh melihat keluarga ini.
“Kami akan melakukan yg terbaik buat mereka. Tapi kalian harus segera memutuskan nya.”
Ali menghela nafas panjang.. Sungguh ini berat untuk diucapkan.
“Selamatkan bayi nya Dok..” Kata Aldi.
Ali langsung menghentikan tangisnya dan menatap tajam pada sang abang ipar.
“Hey! Aku suami Prilly! Aku berhak memilih. Tolong selamat kan istri saya Dok! ” Kata Ali melemah.
“Prilly menginginkan bayi itu Li, jauh sebelum insiden ini terjadi, karena pada dasarnya kehamilan nya memang ada masalah..” Sahut Aldi. Ya, dia juga bingung sebenarnya, tapi melihat permohonan penuh harap sang adik tempo hari, dia begitu ingin mengabulkan permintaan berat walaupun ini seperti makan buah simalakama.
“Tapi Prilly lebih berharga..” Lirih ali dilema. Nada nya terdengar lesu.
“Dia ingin anaknya bisa melihat dunia Li.. Bayi itu juga berharga..”
“Jangan bertengkar, cepat putuskan! Kami tidak bisa menunda operasi ini terlalu lama! Ini akan fatal..” Kata Dokter muda itu memperingatkan.
Ali memejamkan matanya. Membayangkan betapa berdosa dirinya selama ini telah menyia-nyiakan Prilly. Dia tahu, dia juga menginginkan anak itu bahkan begitu ingin. Tapi dia juga tak mau Prilly meninggalkan nya dengan apa yg telah terjadi. Dia belum membahagiakan Prilly, membahagian wanita itu dan menyatakan cinta dengan romantis.
“Tolong..selamatkan Prilly Dok..” Pinta Ali dengan suara parau.
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar