Advertisement

Advertisement

Cerbung "Suffer" Part 9

Genre : Romance


ke esokan harinya..
Pagi yang cerah untuk memulai aktifitas. Suara kicauan burung telah meggelma ke daun telinga, di sertai matahari hangat menandahkan pagi ini benar-benar sangat cerah. Namun ada hal yang berbeda, sesuatu yang seketika mmebuat semua orang sangat heboh membicarakannya. Sebuah koran yang tersebar di mana-mana terus menceritakan tentang ali, varrel dan prilly. Cerita yang terjadi saat pagi kemarin.
Ali berjalan ke apartemen miliknya dengan perasaan yang di penuhi dengan amarah terlihat jelas di raut wajahnya. Beberapa orang memperhatikan pria itu hingga benar-benar lenyap saat ia masuk di apartemen miliknya.
"di mana dia?" tanyanya kepada salah satu pelayan yang menyambutnya
"sudah berangkat ke sekolah tuan" jawab sang pelayan. Ali kembali keluar dari apartemennya. Entah akan kemana, tapi rasa amarahnya masih tak lenyap juga.
Prilly berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan sangat canggung sebab semua mata tertuju padanya. Gadis itu benar-benar di buat bingung dengan tingkah siswa lainnya. Sesekali ia berusaha menutupi canggungnya hingga sampai pada tempat tujuannya, yaitu kelas. Di dalam sana tatapan aneh kembali menerpannya kecuali gritte sang sahabat, dengan cepat ia menghampiri sahabatnya dengan sebuah koran dan majalan di tangannya.
"hey? Mereka kenapa?" tanya prilly
"apa kau tidak tau?" tanya gritte balik. Prilly mengerutkan jidatnya seraya tak mengerti dan gritte pun menunjukkan majala yang sejak tadi ia pegang
"ini. Kau baca"
prilly menyipitkan matanya sedetik kemudian ia terkejut saat membaca notif pada majalan tersebut yang bertuliskan 'aliando syarief sang pewaris group syarief cullen dan cucu dari mantan wakil presiden saling memperebutkan seorang gadis'
"apa maksud dari ini?" tanya prilly lagi. Tatapannya tak lepas dari majalan itu. Di sana juga terdapat foto dimana ali dan varrel yang tengah menggenggam tangannya.
"seharusnya aku yang bertanya. Apa kau ada hubungan dengan varrel? Atau ali?" tanya gritte mengintimidasi prilly. Sejujurnya ada rasa sakit di sudut hatinya namun, rasa itu masih dapat ia sembunyikan.
Prilly membuka mulut ingin membalas "tidak. Aku rasa ini hanya salah paham"
"benarkah?" saut gritte masih tak percaya. Sang sahabat pun menoleh ke arahnya namun tak menjawab.
'Brakkk..'
seketika prilly dan gritte terkejut saat seseorang memukul meja miliknya. Mereka pun menoleh ke arah sang umpat dan mendapati tiga orang gadis tak lain adalah 3S
"kau bener-benar sudah sangat kelewatan" siska mengepal kedua pipi prilly membuat si empunnya meringis kesakitan.
"hey! Lepaskan" pinta gritte. Sekejap ia mendapati tatapan yang sangat tajam dari siska membuat gadis tomboi itu ketakutan dan lebih memilih diam. Sekejam itukah mereka?
"sakit.." lirih prilly. Siska kembali menatap geram ke arah prilly
"sakit? Hum? Menurutku ini belum sakit. Tapi aku akan membuatmu merasakan sakit yang sesungguhnya karna kau sudah berani bermain api denganku wanita sialan!!!" bentak siska
"guys? Bawa dia" lanjutnya. Sedetik kemudian ia sesil dan salsa membawa prilly dengan sangat kasar, entah kemana.
"lepaskan.. Sakit" pintannya terus berusaha lepas. Mereka bertiga hanya tertawa licik tak memperdulikan prilly, bahkan kini kedua tangannya sudah terlihat memerah.
"kalian mau membawaku kemana?"
"diam!!! Dan ikutlah" bentak salsa. Banyak mata yang tertuju kepada mereka namun tak satupun yang berani menolong.
"lepaskan dia.." seketika langkah mereka terhenti saat melihat ali yang berdiri dengan santainya tepat di hadapan mereka.
"a..ali" gumam siska.
"aku bilang lepaskan dia!!!" bentak ali membuat siska dan kedua sahabatannya berdelik ketakutan. Dengan sekejap prilly bebas dari cengkraman mereka.
"jika kalian bertiga masih ingin hidup. Kalian harus segera pergi dari tempat ini" rahan ali seketika mengeras seakan kobaran api menyelimuti pria itu.
"tapi ali. Kenapa kau selalu membelanya? Dan apa salah kami?" tanya siska sangat bodoh! Yah sangat bodoh. Selama ini ali sudah tau perbuatan mereka yang sudah melampaui batas karna telah berani menyakiti wanita yang ia cintai. Mendengar pertanyaan itu, ali tersenyum miring "aku bilang pergi kalian sekarang!! Dan jangan pernah muncul di hadapanku!!!!" ali kembali membentak mmebuat ketiga gadis itu semakin ketakukan. Mereka pun akhirnya pergi dengan perasaan sangat kesal dan merasa telah di permalukan hanya karna seorang gadis yang menurut mereka sangat tak pantas untuk di bela.
Ali menatap prilly. Gadis itu tak sanggup menatap balik mata ali karna ia tau amarah masih ada di dalam sana. Ini Bukanlah waktu yang tepat.
"prilly? Kau ti__" seketika gritte tak dapat melanjutkan ucapannya saat melihat ali yang berdiri tegap di depan prilly.
"kau tidak papa?" tanyanya membisik. Prilly tersenyum kecil sebagai jawaban bahwa ia tak apa-apa.
"ikut aku. Kita tidak bisa berada di tempat ini lagi" tampa basa-basi ali menarik tangan prilly meninggalkan gritte. Gadis tomboi itu ingin mencegah namun tak bisa. Kini ia hanya bisa menatap kepergian sahabatnya dengan tanda tanya besar yang muncul di benaknya.
"sebenarnya apa yang sedang terjadi??" tanyanya entah kepada siapa.
Ali terus menarik tangan prilly hingga berhenti di parkiran saat melihat al yang berdiri menyandar di sebuah mobil lambhorghini hitam. Pria itu tersenyum getir lalu berjalan mendekati ali dan prilly.
"semuanya terjadi begitu saja. Bahkan ekting kalian sudah berhasil membuat semua orang bertanya-tanya" entah apa yang sedang di ucapkan oleh al. Mungkin sebuah kaliamat sindiran mengenai ali dan prilly.
"ini bukan urusanmu, jadi enyahlah dari hadapanku" cetus ali dengan geram. Al tak perduli, ia kembali tersenyum getir "ohya? Tapi apa jadinya jika kalian berdua melewati pintu gerbang dengan keadaan sperti ini? Di luar banyak sekali wartawan dan aku yakin ini akan menjadi topik pembicaraan yang sangat kuat"
sekilas, ali dan prilly menoleh ke arah pintu gerbang dan ternyata benar! Di luar sana telah banyak wartawan yang menunggu bahkan mereka rela berpanas-panasan demi mendapatkan sebuah berita baru.
Ali terdiam sejenak seraya telah berpikir. Mungkin jika di cerna perkataan al ada benarnya juga, tapi bagaimana caranya ia membawa prilly dari tempat itu sekarang juga?
"jika kau mau. Kau boleh menyerahkan gadis itu. Biar aku yang membawanya keluar dari tempat ini. Itupun jika kau mau" tawar al sperti telah merencanakan sesuatu tapi entah apa. Ali menatap pria jangkung itu dengan penuh rasa curiga, karna ia tau, al bukanlah tipa orang yang suka membantu, terlebih lagi jika mengingat keadaan mereka berdua yang bisa di artikan bermusuhan.
"bagaimana?" tanyanya memastikan.
"kau pikir aku bodoh?" tolak ali. Lagi-lagi al tersenyum getir sebab ia tau apa yang ada di dalam pikiran ali.
"ayolah! Apakah aku sejahat itu? Aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Kalian ingin keluar bersama atau kau menyerahkan gadis itu kepadaku. Aku berjanji hanya sekedar membawanya untuk melewati wartawan-wartawan itu"
tak ada kebohongan di mata al. Spertinya pria itu benar-benar berniat untuk membatu ali atau lebih tepatnya ia hanya ingin melindungi prilly?. Entahlah!
"baiklah! Aku setuju" balas ali mengembangkan senyum di wajah al karna merasa aksinya telah berhasil.
"tapi pertolongan ini tak cuma-cuma" seringai licik kembali terlukis di wajah al. Sejak awal ali tau pasti di balik ini semua ada sesuatu yang membuat perasaannya tak enak.
*****
suara deru kendaraan begitu terdengar jelas. Banyak asap yang dapat membuat polusi. Jalan ibukota benar-benar sangat macet di awal hari ini mengingat hari ini adalah hari senin dan pantas saja jalanan sangat macet. Tentu saja hal ini membuat varrel sangat kesal, berkali-kali ia memukul stir mobil miliknya karna macet tak kunjung berakhir.
"sial...!" umpatnya kesal sembari meraih iphone miliknya di saku celana.
"aku berjanji akan menjaganya" gumamnya. Pria itu menatap sebuah foto di layar iphone miliknya dengan lekat lalu kembali fokus pada jalan di hadapannya. Sudah ada sedikit celah, hal ini menjadi kesempatan baik untuk varrel melajukan mobilnya.
Di sisi lain.
Semua siswa telah berkumpul di parkiran mengelilingi ali, prilly dan al. Mereka bertiga seakan totonan yang asik karna dalam ekejap sudah menjadi pusat perhatian. Senyum kelicikan tak lepas dari wajah al. Ternyata di balik tawarannya tersimpan syarat yang siap menjatuhkan harga diri ali dan prilly.
"dengarkan semuanya. Ternyata gadis ini adalah gadis mainan ali. Kalian mengerti? Itu sama saja dia adalah teman tidur__"
"cukup!!" selah ali cepat. Ia tak menyangka bahwa al telah menjebaknya. Syarat yang ia minta ternyata adalah ia ingin tau, siapa sebenarnya prilly dan ada hubungan apa di antara mereka berdua.
Ali mengepal kedua tangannya dengan sangat geram, rahannya semakin mengeras "apa maumu?" tanyanya.
"mauku? Kau serahkan gadis itu kepadaku. Kau tenang saja. Hanya semalam. Tidak lebih"
prilly langsung mendongakan kepalanya mendengar ucapan al yang tidak-tidak. Entah pikirannya sudah mengarah kemana, yang jelas ini bukanlah hal yang baik untuknya.
Prilly membuka suara "maksud mu apa humm?? Kau pikir aku gadis murahan??" entah dorongan dari mana, prilly yang sejak tadi tertunduk diam kini mendekat ke arah al dengan tatapan jijik.
"menurutku kau pria yang sangat menjijikan" lanjutnya dengan menyentikan jari telunjuknya tepat di pundak al.
"bukannya kau ini hanyalah gadis peliharaannya?" sindir al membuat prilly benar-benar geram
"kau__"
"iyakan?" selah al. "eh, kalian semua.. Apa kalian tak sadar mereka telah menyembunyikan hubungan mereka berdua__"
bukk...
Sebuah pukulan mendarat di pipi al membuat ucapannya terhenti. Al menoleh ke arah sang pemukul dan mendapati varrel sahabatnya sendiri yang telah memukulnya.
"kenapa kau memukulku?" tanya masih tak percaya.
"jika kau mengganggu gadis ini. Maka kau bukanlah sahabatku lagi" cetus al tak perduli akan persahabatan mereka. Di pikirannya hanya ingin melindungi prilly sesai janji yang telah ia ucapkan.
Kini tempat itu benar-benar sangat di buat heboh, beberapa di antara mereka cengoh dan berbisik satu sama lain.
"beruntung sekali jadi prily"
"sebenarnya apa istimewa dari gadis itu?"
"kenapa ali dan varrel membelanya?"
"soswwett"
begitulah komentar para siswa lainnya.
"apa jangan-jangan kau dan dia mempunyai hubungan yang sama? Apa selama ini kalian berbagi?" tanya al benar-benar mengibarkan bendera perang. Rasa hampa dan suasana menegang sangatlah kuat.
Ali melangkah dan langsung menghadiai satu pukulan di wajah al. Hingga darah segar menetes di tepi bibir pria itu.
"dia adalah gadis yang aku cinta. Dan aku akan membunuhmu karna kau telah menghinanya" cetus ali kembali. Varrel menoleh ke arah ali tak percaya dengan apa yang ia ucapkan.
"jika kau adalah seorang pria. Kau tidak akan berperilaku memalukan sperti ini. Aku pikir kau adalah pria baik. Tapi ternyata kau tak kalah bejak dari pria kaya di luar sana. Harta dan jabatan telah membuat sikapmu tak berharga seakan kau hidup di tengah-tengah jurang yang dalam" ucap prilly. Kini al diam berusaha mencerna apa yang di maksud oleh gadis itu. Perlakuannya kali ini benar-benar salah. Jika ia benar orang yang terpandang tak mungkin ia berbuat sperti ini. Kini al merasa menyesal tak tau harus mengucapkan kata lagi hingga seorang guru datang dan menghancurkan keadaan tegang ini.
"kalian, ikut bapak ke kantor" ucap sang guru tegas dan tampa basa-basi. Sedetik itu muncullah gritte dari belakang. Ternyata gadis tomboi inilah yang telah mengadu. Tapi hal itu mungkin lebih baik hingga tak ada lagi kekacauan yang akan terjadi. Menurutnya...
Bersambung..

Tag:

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas