Advertisement

Advertisement

Cerbung "Suffer" Part 10

Genre : Romance

sebuah ruangan menjadi pengaduhan dan menjadi saksi bisu.
Sejak tadi ali dan al diam tak bergeming, di ikuti oleh varrel dan prilly yang sejak tadi berdiri dengan posisi kepala tertunduk seakan tak ingin menatap bola mata hitam pekat sang guru.
"jadi awal masalahnya apa?" tanya pria paru baya memulai pembicaraan, ia menatap dengan lekat satu persatu anak muridnya.
Ruangan masih hening, tak ada yang menjawab. Bukannya takut, tapi bagi ali dan al hal ini bukanlah hal penting jika harus di permasalahkan terlebih jauh.
"kalian tidak menjawab? Sekali lagi bapak bertanya, kenapa kalian sampai berantem sperti ini??!!" tanya sang guru lagi dengan suara stengah berteriak karna merasa kesal tak ada yang menjawab pertanyaannya.
Varrel berdehem sejenak membuat pak guru menatapnya
"begini pak. Spertinya ada salah paham" saut varrel karna tak ingin permasalahan ini semakin besar.
"apa benar sperti itu?" pria paru baya yang memakai kaca mata minus itu menatap introgasi wajah al dan ali sembari menunggu jawaban
"betul pak" jawab ali singkat
"meskipun seperti itu, kalian harus di hukum, karna telah melanggar peraturan"
"tapi pak__"
"tidak ada tapi-tapi. Ini keputusan bapak" selah pak guru dengan cepat saat al mencoba memberontak.
"sekarang, kalian ikut saya" sang gurupun beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan dan di ikuti oleh ali, al, varrel dan tak lupa juga dengan prilly. Kini mereka hanya pasrah dengan keadaan jika harus mendapati hukuman, tak ada yg dapat menantang pak micaile jika pria paru baya itu telah emosi. Bahkan ali selaku anak dari pemilik sekolah pun tak dapat menghentikannya. Pak micaile berpendapat bahwa ini tugasnya dan syarief sang pemilik sekolah pun merasa tak keberatan jika anaknya di hukum karna kesalahannya sendiri.
Kini mereka berada di sebuah toilet. Yang ternyata adalah toilet khusus untuk para guru.
"sebagai hukumannya, kalian harus membersihkan toilet ini. Bapak beri waktu satu jam. Jika toilet ini belum bersih juga, hukuman kalian akan bertambah. Paham!" geram micaile.
"apa? Aku harus membersihkan toilet ini?" ucap al tak percaya.
"haruskah kita melakukan ini?" tambah ali. Membuat sang guru terenyum getir.
"kalian kerjakan sekarang" pria paru baya itu tak memperdulikan celoteh-celoteh al dan ali. Ia hanya berlalu begitu saja tampa membiarkan murid-nya berbicara terlebih dahulu.
Al dan ali mendengus kesal karna bagi mereka perkerjaan ini adalah pekerjaan yang sangat menjijikan bagi mereka. Beda halnya dengan varrel dan prilly, meskipun ini adalah yang pertama kalinya, namun mereka hanya dapat berperilaku pasrah.
Varrel berjalan menuju sudut ruangan dan mengambil sebuah kain pel.
"bagaimana? Kita mulai sekarang? Aku rasa ini akan berjalan dengan baik" ucapnya mengarah prilly. Senyum pun terukir di wajah prilly, ia mengangguk seraya setuju dengan apa yang di ucapkan oleh pria bertuubuh jangkung itu lalu memulai hukuman berdua dengan senang hati sedangkan al dan ali masih terpaku menatap mereka dan bertanya-tanyamengapa mereka sangat bahagia di saat seperti ini?
"hey? Kenapa kalian diam? Kalian harus mengerjakannya juga" saut prilly. Dengan amat sangat terpaksa ali berjalan ingin mengambil sebuah lap yang tergantung bersama al. Baru saja ali meraih kain lap itu, tiba-tiba saja dari arah perlawanan al juga ikut menarik kain itu hingga terjadi tatapan tajam lagi.
"aku yang menyentuhnya terlebih dahulu. Itu n berarti ini adalah milikku" cetus ali tak merelakan kain lap yang ia pegang.
"aku yang melihatnya terlebih dahulu. Lebih baik kau melepaskannya" balas al tak ingin kalah, mereka saling menarik kain lap tersebut cukup lama membuat prilly harus turun tangan.
"jika kalian sperti ini, apa bedanya kalian dengan anak kecil" ucap gadis mungil itu. Ia mengambil kain lap yang sejak tadi jadi rebutan ali dan al lalu mengguntingnya menjadi dua.
"nih! Tidak ada lagi yang harus di perebutkan" prilly memberikan kain itu kepada ali dan al lalu kembali pada tugasnya sendiri. Rasanya sangat mudah jika hal itu di lakukan sejak tadi dan hawa panas tak akan muncul.
Hukuman telah berjalan 39 menit itu berarti tinggal 21 menit lagi semuanya akan berakhir. Tak sangka ternyata ali dan al menikmati hukuman ini bahkan mereka melakukannya dengan semangat. Meskipun ini adalah hal yang pertama kalinya namun ternyata mengasikkan.
"ternyata tidak susah untuk membersihkan ini" gumam ali dalam hati.
Setelah merasa lelah, akhirnya kedua pria ini memilih beristirahat. Sangat bertolak belakang dengan varrel dan prilly. Sampai skarang kedua insan ini masih asik membersihkan toilet dengan cerita tampa menyadari dua pasang mata menatap panas ke arah mereka.
"hahaha.. Jangan, geli" teriak prilly karna sejak tadi varrel terus menarik perhatian dengan mengelitiki pinggan gadis mungil itu.
"ampun gak?"
"i..iya haha ampun" entah kenapa, semenjak kejadian kemarin kedua insan ini semakin menunjukkan keakrapannya seakan telah saling mengenal lama. Prilly pun merasa nyaman, karna dengan adanya sosok varrel bisa membuatnya tersenyum untuk melupakan kejadian kemarin dan kejadian tadi.
Ali memutar kedua matanya merasa tak tahan melihat tingkah mereka berdua, tangannya pun mengepal ingin segera memisahkan varrel dan prilly. Namun apa daya? Di satu sisi ia merasa bukan waktunya merasa cemburu yang berada itu seharusnya adalah ayahnya, karna ia yakin sebentar lagi pria itu akan bertindak mengenai keberadaan prilly.
"tuan muda?" tiba-tiba seorang pria paru baya menghampiri ali, ia berdiri tepat di belakang ali dengan stelan jaz hitam lengkap yang ia kenakan.
Al menoleh ke arah pria itu, yah! Jarak mereka tak begitu jauh.
Ali tau betul siapa suara itu. Tampa menoleh ia pun menjawab
"ada apa?"
"tuan syarief memanggil anda sekarang juga"
rasa kesal ali semakin memuncak karna mendengar perkataan pria paru baya itu, dengan amat sangat terpaksa ia pun menoleh
"katakan kepada pria tua itu bahwa aku sedang sibuk" tolak ali datar
"maaf tuan, tapi anda harus segera menemui ayah anda. Ini perintah dan aku hanya mematuhi permintaan ayah tuan"
"pak kin? Kau kan kepercayaan ayahku. Pasti kau bisa melakukan apa yang aku bilang!!!" bentak ali tak tahan lagi membuat varrel dan prilly menoleh ke arahnya karna mendengar suara pria itu.
"pak kin?" gumma varrel
"kau mengenalnya?" tanya prilly menoleh ke arah pria bertubuh tinggi itu
"dia adalah satu-satunya orang kepercayaan keluarga syarief. Tentu saja banyak yang mengenalnya"
prilly mengangguk kecil seraya percaya. Gadis itu kembali menoleh ke arah ali dan pria paru baya yang baru saja varrel jelaskan.
"lebih baik anda segera pulang"
ali mendengus kasar. Dengan amat sangat terpaksa ia pergi meninggalkan tempat itu di ikuti oleh pria paru baya tadi dan beberapa bodyguard mengenakan jaz hitam.
"jika sudah sperti ini, pasti sesautu akan terjadi" ucap al dalam hati seakan tau seluk beluk keluarga ali. Terlebih lagi keberadaan prilly yang akan terancam menurutnya. Mengingat ayah ali yang memiliki sikap yang sangat berwibawa, sampai hal yang menurutnya tak pantas akan di singkirkan dengan mudah, semudah membalikkan telapak tangan.
*****
senja telah menampakkan dirinya, langit telah berubah oranye pertandakan sebentar lagi malam telah tiba.
Sejak tadi prilly diam termenung mengingat nasipnya entah akan mejadi sperti apa, tatapan matanya sangat kosong mengarah luar jendela mobil yang di kendarai oleh varrel.
Pria itu pun tersadar dan sesekali menoleh ke arah prilly
"mikirin ali ya?" sautnya.
"gak" jawab prilly singkat membuat rasa ingin tau varrel terus mendesaknya untuk ingin bertanya.
"terus mikirin apa?" tanyanya lagi.
Sekilas prilly menarik napas berat "gak ada apa-apa" meskipun varrel adalah pria yang baik, tetap saja prilly merasa tak ingin mencurahkan apa yang ada di pikirannya.
"gak papa kalau kamu gak pengen ngasi tau aku. Tapi kita kapan turunnya? Kita sudah berada di depan apartemen kamu loh!" seketika prilly merasa tak enak hati "oh! Maaf, yaudah! Makasi ya udah nganterin aku?" ucap prilly gugup. Varrel hanya memberi sluet senyum sebelum prilly benar-benar turun dari mobilnya.
Prilly berjalan menuju kamar apartemen ali dengan.
"ya ampun prilly?? Kau dari mana saja?" tiba-tiba prilly di kejutkan oleh seorang gadis yang berwajah cantik. Gadis yang sudah tak asin lagi untuk prilly.
"eh, dewi!" kaget prilly namun masih dengan ekspresi yang sama.
"aku bertanya? Kau dari mana? Kenapa baru pulang? Kau tau kan, wajahmu itu ada di koran atau majalah" dewi menarik lemas tangan prilly menuntun gadis itu hingga masuk di dalam apartemen ali.
"tadi, ada tugas!" jawab prilly seadannya. Dewi berusaha percaya dengan apa yang di ucapkan oleh gadis itu meski ekpresinya menunjukkan bahwa ada sesuatu yang di sembunyikannya.
"dew? Apa ali akan baik-baik saja?" tanya prilly seakan takut jika sesuatu yang buruk terjadi kepada ali.
"dia pasti baik kok. Ohya, soal ali aku dapat tugas katanya aku harus mendandangimu"
seketika kening prilly berkerut seraya tak mengerti dengan apa yang di katakan dewi terhadapannya.
"maksud mu?" tanyanya sembari meletakkan ransel miliknya di atas nakas.
"kau tak mengerti? Akupun seperti itu. Aku hanya di perintahkan untuj mendandangimu secantik mungkin. Ayo! Jika ali datang dan kau belum juga slesai aku dandani, pasti aku yang akan di marahi" dengan segera dewi mengiring prilly ke sebuah ruangan yang tak lain adalah ruangan make up. Di dalam sana sudah banyak gaung yang sangat mewah.
"sebenarnya aku akan di apakan sih?" celoteh prilly. Dewi tak memperdulikan apa yang di ucapkan oleh gadis cantik itu, melainkan ia sibuk memasangkan make up ke wajah prilly.
"sudah! Diam saja"
setelah selesai, beberapa pelayang pun membawakan sebuah ganung selutut berwarna merah.
"ini gaunya" ucap salah satu pelayang. Dewi tersenyum lalu mengambil gaug itu untuk di pasangkan segera ke badan mungil prilly.
"ini untuk apa?" tanya prilly benar-benar merasa bingung.
"kau harus memakainya, dan jangan lupa. Pakai haihels (maaf kalau salah) ini juga" tunjuk dewi ke mengarah sebuah haihels hitam dengan panjang kira-kira 13centi.
"tapi__"
"tidak ada tapi-tapi. Ayo kita keluar" dewi dan pelayan-pelayan tadipun meninggalkan prilly membiarkan gadis itu mengenakan gaun yang di berikan.
Butuh waktu dua puluh menit menunggu dan akhirnya prilly keluar lengkap dengan gaun yang di sediakannya.
Ali yang baru saja datang seketika terpanah dengan penampilan prilly terlebih lagi dengan kulitnya yang putih sangat pas dengan gaung merah yang ia kenakan.
"cantik" saut ali mendekat ke arah prilly. Gadis itupun bertanya-tanya kenapa bisa ali ada disini? Bukannya tadi ia tidak ada di tempat itu?
"kau sangat cantik" tambah dewi mengagumi penampilan prilly.
"sepertinya gaun ini sedikit terbuka" ada rasa risih karna keadaan gaung yang di kenakan prilly sedikit seksi sebab gaung itu tak berlengan sehingga pundak putih dan mulusnya terekspose.
"aku tidak menyukai gaun ini" dengan gerakan cepat ali membuka jaz merah maroon yang ia kenakan lalu di pakaikan untuk prilly karna ia merasa jika ia membawa gadis itu keluar sekarang juga, pasti ia akan menjadi pusat perhatian pria belang di luar sana.
"trimakasih" ucap prilly.
"em! Yasudah. Kita pergi sekarang"
"kita akan kemana?"
"ikuti aku." ali memberinkan lengannya seakan menyuruh prilly untuk menggandengnya.
Kening prilly kembali berkerut tak mengerti dengan sikap ali.
"lama" ali menarik tangan prilly lalu di kalunkannya ke lengan miliknya. Prilly hanya menurut meskipun sedikit canggung lalu melanjutkan langkah bersama.
"pasangan yang serasi" ucap dewi tak melepas tatapannya dari ali dan prilly.
******
seketika beberapa pasang mata menoleh ke arah kedua ali dan prilly.
"ali? Keta mau kemana? Mereka semua memperhatikan kita"
"nanti kau akan tau" balas ali datar sembari berjalan menuju sebuah mobil hitam nan mewah. Di sana sudah ada beberapa bodyguard yang menunggu dan salah satu dari mereka membukakan pintu mobil untuk ali dan prilly.
******
sebuah gedung yang menjulang tinggi menjadi tujuan ali. Prilly yang tadinya hanya diam kini terkejut saat melihat sebuah meja, kursi lengkap dengan lilin tertata rapi di atas meja.
Seperti sebuah dinner. Pikir prilly.
"kau suka?" tanya ali memastikan.
"suka. Suka banget. Baru kali ini aku melihat hal seperti ini" kagum prilly tak melepas tatapannya dari pemandangan di sekitar. Terlebih lagi mereka berada di rooftop sebuah gedung yang menulang tinggi sehingga pemandangan dan lampu kemerlap malam menambah keindahan suasana.
Ali mengiring prilly untuk duduk. Sejujurnya prilly merasa aneh entah ada angin apa tiba-tiba saja ali bersikap sangat lembut terhadapnya terlebih lagi dengan kejutan yang sangat romantis membuat prilly benar-benar bingung di buatnya.
"sampai kapan kau ingin menatap makanan itu?"
"ah? Emm.."
"ayo, di makan" dengan pelan prilly meraih sendok dan garpu lalu memainkannya di spageti yang sudah di sediakan khusus untuknya.
Setelah makan, beberapa pelayang pun datang dan membawakan sebotol vodka red lalu pergi begitu saja.
"ini apa?" tanya prilly karna merasa masih asing dengan minuman di hadapannya.
Ali bangkit dari kursinya lalu membuka penutup vodka tersebuh sehingga buliran-buliran busa keluar dan menetes.
"ini vodka red. Minuman kesukaanku" jawab ali sembari menuangkannya kedalam gelas milik prilly.
"vodka? Bukannya itu minuman yang__"
"vodka ini tdak akan bereaksi jika kau meminumnya hanya seteguk. Nih!" ali menyodorkan stengah gelas vodka kedepan prilly. Sekilas prilly hanya menatapnya lalu meminumnya dengan sekali tegukan.
"tidak terlalu buruk" commen prilly.
"lagi dong" lanjutya menyodorkan gelas kosong kehadapan ali.
"tidak. Aku tidak ingin kau mabuk dan meropatkanku" tolak ali membuat bibir prilly manyun. Hal ini tentu mengundang napsu ali. Dengan perlahan ia mendekat ke arah prilly, menyentuh pinggang gadis itu dengan kedua tangannya. Tentu saja prilly merasa aneh, namun ada sesuatu yang seakan membuatnya tak memberontak.
Ali semakin mendekap tubuh prilly begitu erat sampai mereka berdua hingga wajah mereka kini bertatapan dengan jarak yang begitu dekat.
"aku mencintaimu" saut ali pelan. Prilly tak menjawab, ia terus menatap iris coklat ali yang semakin dekat ke arahnya dan mengundang gadis itu untuk menutup kedua matanya.
"aku mencintaimu prilly" gumam ali lagi. Kini bibir mereka saling bersehtuhan. Awalnya hanya ciuman biasa namun lambat laun berubah menjadi lumatan kecil. Ali melumat lembut bibir prilly karna merasa tak puas ia menggigit bibir bawah gadis itu dengan pelan. Tentu saja hal ini adalah kesempatan untuk ali untuk menyapu rongga muluk prilly dengan lidahnya..
Bersambung..

Tag:

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas