Advertisement

Advertisement

Cerbung " Suffer" Part 7

Genre : Funny, Sad, Romance

1 minggu berlalu...
Hari demi hari berlalu begitu cepat. Semala seminggu ini ali dan prilly semakin bersikap saling dingin satu sama lain semenjak kejadian waktu itu. Pribadi ali kerap menghabiskan waktu di luar ketimbang mengisi pelajaran dan prilly lebih memilih fokus untuk menambah ilmu.
Pagi ini, sekolah tiba-tiba di hebohkan dengan kedatangan siswi baru pindahan dari jerman. Kata orang siswi kali ini sangat cantik. Akan tetapi hal itu sama skali tak membuat prilly penasaran sperti halnya pada pelajaran pertama ini. Seorang pria paru baya telah berdiri di depan papan tulis lengkap dengan spidol hitam di tangannya.
"pagi anak-anak?" sautnya berdiri tegak di hadapan papan tulis maupun di hadapan semua siswa
"pagi pak!!" balas srentak semua siswa. Pria paru baya itu atau lebih tepatnya adalah seorang guru memberi sedikit senyum kepada murid-muridnya
"sbelum kita mulai pelejaran. Bapak akan memperkenalkan kalian murid baru. Silahkan masuk"
tak lama kemudian masuklah seorang wanita bertubuh jangkung, berambut coklat dan berwajah cantik masuk ke dalam kelas itu.
"nah, ini dia murid barunya. Angel? Silahkan perkenalkan diri kamu" ucap sang guru. Kedua mata prilly seketika melebar saat mendengar nama angel di sebutkan. Nama yg sudah tak asing lagi baginya. Dengan gerakan cepat gadis itu mendonga dan benar saja! Kedua matanya langsung mendapati sosok gadis yang ia kenali.
"selamat pagi semua??! Perkenalkan nama saya angel rebecca, tapi panggil saja dengan sebutan angel. Saya pindahan dari jerman dan sy sangat berharap, dengan hadirnya saya disini kita bisa saling berteman baik." ucapnya ramah sembari tersenyum.
"ok. Kamu silahkan duduk di sana" tunjuk pak guru pada tempat kosong yang berada tepat di belakang prilly. Gadis bertubuh jangkung itu langsung menoleh dan terdiam dalam waktu sesaat saat mendapati prilly, dengan perlahan kaki-kaki panjangnya menarik langkah namun tatapannya tak lepas dari prilly. Mereka saling melempar tatapan hingga seorang wanita tomboy mengejutkan prilly.
"prill?" sautnya sadar saat melihat sahabatnya bertatapan mata dengan sang murid baru
"ah? Kenapa?" kaget prilly
"kau mengenalnya?" tanya gritte. Prilly menggeleng cepat "tidak! Aku tidak mengenalnya" dustanya. Lalu kembali fokus dengan buku besar yang berada di hadapannya. Kini konsentrasinya untuk belajar semakin berkurang. Bahkan keringat dingin pun mulai bercucuran di tangan mungilnya. Sekuat apapun ia menutupi rasa canggungnya akan tetapi sahabatnya gritte tetap masih merasa curiga dengan perlakuan prilly.
"prill? Kau kenapa?" tanyanya lagi.
"nggk papa" balas prilly seadanya dan gritte pun melanjutkan bacaan bukunya.
*****
jam pelajaran pertama telah berakhir. Alaram istirahat telah berkumandang. Satu persatu siswa-siswi berbondong-bondong keluar kelas dengan cepat tampa memperdulikan sang guru yang masih berada pada ruang kelas.
Siapa yang perduli? Jika jam sudah menunjukan waktu istirahat, semua siswa akan keluar kelas untuk meluangkan waktu ke kantin, ke perpustakaan ataupun saling bercakap di halaman sekolah.
Di dalam kelas, prilly dan gritte masih duduk di tempat masing-masing sembari membenahi buku ke dalam tas. Rasa antusias prilly masih tergambar sebab sosok angel masih berada di tempat duduknya tepatnya di belakang kursi prilly. Ia terus menatap kosong buku di hadapannya seakan menunggu gritte keluar dari kelas.
"prill? Kita ke kantin yuk?" ajak gritte.
"kau duluan saja. Biar aku menyusul" jawab prilly masih dengan membenahi beberapa bukunya.
Gritte mendengus sebal "yaudah deh, aku tunggu. Bye!" jawabnya dengan mengeructkan bibirnya. Tampa menunggu jawab dari prilly, gadis itu langsung berlari keluar kelas meninggalkan angel dan prilly.
"hey prill? Sedang apa kau disini?" tanya angel stelah melihat keadaan yang nyaman untuknya. Dengan perlahan prilly pun menoleh
"menurutmu?" jawabnya cetus. Gadis itupun langsung berlari ingin keluar kelas akan tetapi sesuatu menahannya
'bukk...'
prilly menabrak seorang pria yang bertubuh kekar dan berajah tampan, meskipun ekspresi wajahnya sangatlah misterius.
"a_ali? Maafkan aku. Aku tidak sengaja" ampun prilly. Ali tak bergeming, pria itu hanya berdiri sambil kedua tangannya di masukkan dalam saku celana, spertinya ia masih tak sadar akan kehadiran angel. Sangat berbeda darinya. Gadis bertubuh jangkung itu langsung berlari dan memeluk ali begitu erat mencurakan isi rindunya kepada ali.
Ali melepas paksa pelukan angel "apa-apaan sih" cetus peria itu seakan tak ingin di sentuh oleh angel. Angel tetap tersenyum, bahkan dengan mesranya ia memeluk manja lengan kekar ali
"aku merindukan mu" ucapnya sungguh. Prilly yang sejak tadi diam di sana kini memutuskan untuk pergi karna merasa tak tahan dengan keadaan.
Angel masih bertahan dengan posisinya, dengan perlahan ia menarik tubuh ali menuju tempat duduknya.
"wie diese zu stoppen (berhentilah sperti ini)" cetus ali dengan menarik paksa lengannya dari angel. Sontak hal ini membuat gadis itu merasa kesal melihat tingkah kekasihnya yang sangat kasar kepadanya bahkan sama skali tak merindukannya. Ali hanya mendengus pasrah, pikirnya bertanya kenapa harus pulang dengan belajanaan yang banyak.
*****
sebuah kantin menjadi tujuan prilly, gadis itu berjalan dengan tatapan menoleh ke kanan dan kiri mencari sosok sang sahabat. Tak butuh waktu lama, gadis tombay menjadi pusat perhatiannya. Dengan cepat prilly melangkah dan duduk tepat di samping gritte. Gadis tomboi itu menoleh sekilas dan kembali terfokus pada sphageti di hadapannya.
"wajah mu kenapa?" tanyanya di sela-sela mengunyah setumpuk mie bertaburkan saus tomat. Ia beertanya seakan tau hal apa yang sebenarnya terjadi pada sahabaynya
"aku tidak kenapa-napa" dusta prilly yang kesekian kalinya. Bahkan ia merasa kini tak mood untuk mengisikan perutnya makanan atau minuman.
"kau tidak makan?" tanya gritte
"tidak. Aku tidak lapar" jawab prilly.
"tumben" umpat gritte. Prilly pun mencubit pelan lengan sahabatnya
"aku tidak spertimu" balas prilly mengumpat kembali membuat senyum di wajah mereka terukir. Akan tetapi hal itu hanya berlangsung sementara saat kedua mata prilly menangkap dua sosok pria tengah berjalan ke arahnya. Pria yang tak lain adalah al dan varrel. Masuknya mereka dalam kantin menjadi tontonan beberapa siswa akan ketampanan mereka, namun berbeda dengan prilly yang sejak tadi berada di tempat itu. Hanyalah ekpresi biasa saja yang ia tunjukkan.
"mereka keren ya?" saut gritte memperhatikan wajah kedua pria itu atau lebih tepatnya hanyalah memperhatikan wajah varrel. Gadis tomboi itu menghentikan aksi makannya. Ia menopang dagunya menggunakan tangan kananya sembari terus menatap ke arah varrel tampa berkedip.
"biasa saja" ucap prilly datar.
"apa kau menyukainya?" lanjutnya membuat gritte gelagapan tak tau harusmenjawab apa, gadis itu hanya beralasan dengan kembali menyantap spagheti miliknya
"ah.. Emm enggak" jawabnya gugup. Prilly tak menjawab melainkan ia kembali pada dunianya sendiri dimana angel yang terus menghantui pikirannya.
Prilly tengah berjalan di koridor sekolah yang akan menghubungkannya pada toilet, tempat tujuannya. Gesekan alas kakinya terdengar sangat jelas sebab siswa-siswi di koridor mulai berkurang karna jam pelajaran selanjutnya akan berlangsung.
Suasana toilet sangatlah sepi. Prilly menatap dirinya pada cermin besar di hadapannya.
"sampai kapan hidupku akan sperti ini?" gumamnya tampa melepas bayangan di hadapannya. Seiring berjalannya waktu kaki-kaki prilly pun menlangkah, baru saja ia ingin keluar dari toilet namun langkahnya terhenti saat melihat tiga gadis menghadangnya di depan pintu. Ketiga gadis itu menatap getir ke arah prilly membuat si empunnya ketakutan.
"ma_mau apa lagi ka_kalian?" tanya prilly gugup. Kedua matanya tak sanggup menatap ketiga gadis itu yang tak lain adalah anggota 3S (siska, sesil, salsa)
"kau tau apa yang akan ku lakukan terhadapmu?" saut siska menyentikan jarinya ke kening prilly
"ayolah sis. Jangan basa-basi, tanganku ini sudah gatal ingin mencabik-cabik wajah jeleknya" tambah salsa. Rahan gadis itu mengeras seakan siap ingin memakan hidup-hidup tubuh mungil prilly.
"aku mo_mohon, jangan menggangguku" pinta prilly, ketiga gadis itu hanya tersenyum keki tak menanggapi apa yang di ucapkannya.
"kau tau kesalahan mu apa?" tanya sesil. Prilly hanya menggeleng pelan
"pura-pura tak tau. Kau sudah berani mengadu kepada ali dan kau masih berkeliaran bahagia di sekolah ini?" geram siska menarik rambut prilly kebelakang.
"aww_sakit. Aku mohon lepaskan" lirih prilly memohon karna sakit yang ia rasakan.
"kau mau aku lepaskan? Baiklah" siska langsung melepas rambut prilly dengan mendorong tubuh gadis itu hingga tersungkur di atas lantai.
*******
sudah sejam pelajaran berlalu, namun tak ada sosok prilly di dalam kelas. Tentu saja hal itu membuat gritte sangat khawatir mengenai sahabatnya.
"prill. Kau kemana?" gumamnya dalah hati sembari menatap kusri di sampingnya. Tak cuman ia yang merasa khawatir, ali juga merasakan hal yang sama. Sejak tadi ia tak merasa konsentrasi dengan apa yang di terapkan pada guru di atas. Tangannya hanya memainkan pulpen dengan pikiran tertuju pada prilly. Terlebih lagi kehadiran angel kini akan menambah buruk suasana.
******
pelajaran telah berakhir. Beberapa siswa telah meninggalkan kediaman sekolah. Rasa khawatir kini masih menyeruak dalam hati gritte sebab sang sahabat masih tak kunjung datang, padahal tas yang biasa prilly pakai masih tergeletak di atas meja.
"dia dimana?" tanya ali mengejutkan gritte. Ia langsung bangkit dari tempat duduknya dengan menundukkan kepalanya tak sanggup menatap wajah datar pria yang berada di hadapannya.
"dia_dia siapa?" tanya gritte gugup
"prilly" jawab ali datar. Dengan perlahan gritte mendongakn kepalanya dengan seribu tanya di pikirannya.
"aku tak tau. Sejak tadi dia tidak muncul"
"sittttt.." umpat kesal ali memukul meja di sampingnya dan berhasil membuat gritte terkejut.
"sayang? Sejak tadi aku mencarimu" tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perut ali tak lain adalah angel.
"kau tau? Aku mencarimu kesana-sini dan akhirnya aku menemukan mu" lanjut angel masih dengan memeluk manja tubuh kekar ali. Karna merasa tak nyaman berada di ruangan itu, gritte memutuskan untuk keluar kelas meninggalkan dua insang itu.
Di sisi lain. Rasa sakit kini di rasakan oleh prilly, wajahnya penuh dengan memar akibat pukulan, seragam sekolahnya sangatlah kusam. Tubuhnya kini tergeletak tak berdaya di dalam toilet. Tak ada seorangpun di sana, sebab pintu depan toilet tempat ia berada terkunci, terlebih lagi di sana tertulis jelas 'RUSAK' bergantungan di pintu toilet.
"tolong.." ucap prilly pelan dengan harapan seseorang datang dan menolongnya. Seiring berjalannya waktu, akhirnya dua orang pria datang. Ia membuka pintu toilet lalu di kuncinya kembali.
Semangat prilly kini timbul dengan harapan pria-pria itu menolongnya.
"tolong aku" pintanya melayangkan sebelah tangannya ke udara. Kedua pria berpakaian serba biru tua itu hanya tersenyum licik
"kau tenang saja sayang. Aku akan menolongmu" ucap salah satu dari mereka yang memakai tindik di telinga, tangan pria itu mengelus-elus lembut pipi prilly.
"mau apa kalian?" dengan sekuat tenaga prilly berusaha menepis tangan pria bertindik
"tenang saja sayang. Kita tidak akan menyakitimu" tambah pria di sebelahnya
"menjauh dariku" cetus prilly, kedua kakinya berusaha mendorong tubuhnya agar menjauh dari pria-pria itu
"TOLONg!!!!"
"percuma kau meminta tolong. Disini sangatlah sepi"
"pegang tangannya. Kita akan bersenang-senang"
kedua mata prilly langsung membelalak saat salah satu dari mereka memegang kedua tangannya dengan erat
"kalian mau apa?" ucap prilly panik. Ia berusaha memberontak dengan sekuat tenaga agar lepas dari pria itu. Akan tetapi hasilnya nihil. Kekuatan mereka sangatlah kuat, terlebih lagi kondisinya kini yang sangat buruk membuat keadaan tak berpihak kepadanya.
"ayolah sayang. Tenang saja" saut si pria tindik sembari memulai membuka kancing baju prilly...
Bersambung...

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas