Genre : Sad, Romance
"jangan pernah ikut campur" cetus ali geram, lalu melangkah meninggalkan varrel dan di ikuti oleh beberapa bodyguard membawa prilly masuk ke dalam mobil. Varrel hanya diam mematung melihat kepergian mereka, dalam benaknya pun timbul tanda tanya besar.
Ada hubunga apa antara prilly dan ali? Tanyanya dalam hati. Setelah sosok dua mobil itu benar-benar telah lenyap dari pandangannya, ia pun berjalan memasuki kediaman rumah miliknya. Rumah yang pernah menjadi milik prilly.
Ada hubunga apa antara prilly dan ali? Tanyanya dalam hati. Setelah sosok dua mobil itu benar-benar telah lenyap dari pandangannya, ia pun berjalan memasuki kediaman rumah miliknya. Rumah yang pernah menjadi milik prilly.
Di sepanjang jalan ali dan prilly tak saling berbicara, hanyalah sebuah deru kendaraan yang mengurangi keheningan di antara mereka. Ali terus menatap ke arah luar jendela dengan tatapan kosong sedangkan prilly terus menunduk takut akan sesuatu yang menimpanya karna telah berani keluar dari apartemen milik ali tampa sepengetahuan.
"pak? Kita ke kantor dulu" saut ali.
"baik tuang" balas sang supir dengan ramah. Mereka pun melajukan mobil hitam mewah itu hingga terhenti pada sebuah gedung yang menjulang tinggi.
Tak butuh waktu lama, seorang pria berjaz hitam membukakan pintu mobil untuk ali dan di ikuti oleh prilly. Gadis itu menatap gedung megah di hadapannya dengan sekilas lalu melirik ke arah samping mendapati sosok gadis berpakaian minim yang sudah tak asing lagi bagi prilly. Gadis itu adalah dewi. Ia tersenyum ke arah prilly lalu menghampirinya.
Tak butuh waktu lama, seorang pria berjaz hitam membukakan pintu mobil untuk ali dan di ikuti oleh prilly. Gadis itu menatap gedung megah di hadapannya dengan sekilas lalu melirik ke arah samping mendapati sosok gadis berpakaian minim yang sudah tak asing lagi bagi prilly. Gadis itu adalah dewi. Ia tersenyum ke arah prilly lalu menghampirinya.
"hay" sapanya. Prilly hanya membalas dengan senyum tipis.
"dewi? Kamu antar dia pulang. Dan jaga dia, jangan sampai dia melarikan diri lagi" ucap ali datar. Selang beberapa detik kemudian ia menarik langkah masuk ke dalam gedung di ikuti oleh beberapa bodyguard.
Dewi menoleh ke arah prilly "ada apa?" tanyanya seakan ingin tau apa yang sebenarnya telah terjadi.
"cuman salah paham." balas prilly tak ingin memperpanjang masalah
"oh. Yasudah, kita masuk" balas dewi berusaha mengerti karna tak ingin mencampuri masalah gadis itu. Mereka pun masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka ke apartemen milik ali, tak lupa pula dengan beberapa bodyguar yang mengikuti mereka menggunakan mobil lain dari belakang seakan tak ingin membiarkan hal yang sudah terjadi akan terjadi kembali. Prilly merasa bahwa dirinya seakan berada di penjara, semua aturan harus ia ikuti.
******
pagi telah menjemput. Embun pagi menetes satu persatu melalui pucuk daun. Pagi ini terlihat sangat cerah untuk memulai aktifitas masing-masing.
Sperti biasa, ketika pagi datang, prilly selalu siap lebih awal untuk memulai berangkat kesekolah! Menurutnya hanyalah sekolah yang dapat mengurangi rasa kebosanannya. Namun ketika ia ingin berangkat, ia tercekang ketika melihat sosok ali sudah berada di dalam mobil terlebih dahulu.
Sperti biasa, ketika pagi datang, prilly selalu siap lebih awal untuk memulai berangkat kesekolah! Menurutnya hanyalah sekolah yang dapat mengurangi rasa kebosanannya. Namun ketika ia ingin berangkat, ia tercekang ketika melihat sosok ali sudah berada di dalam mobil terlebih dahulu.
"mm aku jalan kaki aja pak" sautny terhadap sang supir yang membukakannya pintu mobil.
"maaf non, anda harus masuk. Tuang ali ingin berangkat ke sekolah bersama anda" jawab sang supir ramah. Prilly hanya bisa menarik nafas kasar dan dengan terpaksa ia masuk ke dalam mobil tampa menoleh atas ali. Gadis itu sedikit menjaga jarak dari ali seakan tak ingin berdekatan dengannya. Pria yang berada di sampingnya pun hanya diam tak bergeming, ekspresi wajahnya tak berubah, seperti biasa. Ia terlihat sangat misterius dan itu adalah salah satu yang membuat prilly bingung akan dirinya.
"tuhan..! Bantulah aku" jerit batin prilly. Nafasnya terasa sesak berada satu mobil dengan ali. Saat ia menongakan kepalanya, tiba-tiba sesuatu yang berat menimpah pahanya. Gadis itu terkejut setengah mati saat melihat ali yang menjadikan paha gadis itu sebagai bantal. Prilly ingin meletakkan kepala ali di sampingnya namun pria itu menahan.
"biarkan aku tertidur disini" saut ali pelan. Prilly pun pasrah dan membiarkan pria bertubuh kekar itu tertidur lelap di pahanya. Rasa tenang pun muncul di hatinya, jemari-jerainya bergerak mengelus rambut milik ali
"kenapa kau sperti ini? Terkadang kau membuatku sebagai seorang putri tapi terkadang pula kau membuatku sebagai budak. Apa kau tau? Aku sangat membenci sikapmu itu. Tapi di sisi lain aku merasa nyaman berada di dekatmu, terlebih lagi kau selalu menolongku di saat aku membutuhkan mu" jelasnya pelan tampa melepas jemarinya dari rambut hitam ali. Ia menatap wajah pria itu dengan lekat memperhatikan bulu matanya yang lentik serta alis tebal membuat pria itu terlihat sangat sempurna.
"pak, saya turun di sini aja ya?" sautnya saat sudah berada tak jauh dari letak sekolahnya.
"baik non" balas supir. Tak lama kemudian mobil yang di tumpangi prilly pun berhenti. Dengan perlahan ia menurunkan kepala ali dari pahanya agar pria itu tak terbangun dari tidurnya. Stelah selesai ia pun turun dari mobil. Menurutnya hal ini adalah keputusan yang paling baik untuknya dan untuk ali karna ia mengingat perkataan ali yang tak ingin semua orang tau jika mereka berdua saling kenal bahkan benih-benih cinta mulai ada di antara mereka.
"hay?" sapa seorang pria mengejutkan prilly. Suara itu sperti sudah tak asing lagi baginya, sengan cepat ia menoleh ke arah samping dan mendapati sosok pria bertubuh tinggi bersandar di sebuah mobil lamborghini hitam yang di yakini adalah miliknya. Pria itu tersenyum tipis lalu membuka kaca mata hitam miliknya
"al?" saut prilly pelan. Al hanya tersenyum getir lalu menghampiri prilly. Sontak gadis itu merasa gugup dan ketakutan karna mengingat kejadian kemarin antara dia dan al.
"ma_mau apa kau?" tanya prilly gugup. Al menarik nafas berat "aku ingin meminta maaf tentang yang kemarin. Sumpah! Aku tidak bermaskud melakukan hal itu kepadamu" ampun al dengan ekspresi penyesalannya.
"sudahlah. Lupakan" jawab prilly acuh lalu mengambil langkah ingin meninggalkan al, akan tetapi dengan gerakan cepat pria bertubuh tinggi itu menarik tangan prilly membuat si empunnya menoleh.
"aku mohon maafkan aku" ampun al lagi membuat sudut hati prilly tersentu. Al melepas tangannya dari lengan prilly saat sudah merasa gadis itu mulai tenang
"aku sudah memaafkan mu. Jadi aku mohon, jangan menggangguku lagi" balasnya cetus berlalu tampa mendengar balasan al selanjutnya.
"kau akan menjadi miliku" gumam al pelan serta tersenyum getir, sembari menatap punggung prilly yang sudah berlalu meninggalkannya.
*****
sesampainya di kelas, prilly langsung di sambut oleh gritte sang sahabat. Gadis tomboy itu langsung menghampiri prilly siap melontarkan beberapa pertanyaan kepadanya
"kenapa semalam kau tidak datang?" tanyanya tampa basa basi
prilly diam sejenak ingin mencari alasan namun terhenti saat melihat varrel berjalan melewatinya. Mereka slaing berpandangan seakan hanyut dalam pikiran masing-masing.
"woy. Di jawab dong" saut gritte mengejutkan prilly dan sontak membuat tatapan antara ia dan varrel terputus.
"ah? Ada apa?" kagetnya
"aku bertanya soal semalam" rancau gritte mengerucutkan bibirnya.
"oh soal itu? Maaf semalam aku mendadak ada masalah" dustanya membuat gritte mengerutkan keningnya.
"masalah? Memangnya ada masalah apa?" selidik gadis tomboy itu. Prilly mendengus pelan berusaha meyakinkan sahabatnya
"ssuatu.. Udahlah, kita masuk" ucap prilly memalingkan topik pembicaraan. Mereka pun berjalan mengarah tempat duduk masing-masing siap menanti sang guru masuk ke dalam kelas untuk mengisi pelajaran pada pagi hari ini.
*****
jam pelajaran pertama telah berlalu, alaram pertanda istirahat untuk para siswa telah berkumandang membuat beberapa siswa berbodong-bondong keluar kelas. Sebagian di antara mereka menikmati wakti di kantin dan perpustakaan. Sama dengan gritte dan prilly yang tengah berjalan di koridor sekolah ingin meluangkan waktu mereka dengan membaca buku.
"prilly?" sapa seorang pria dari arah belakang. Gritte dan prilly pun menoleh dan mendapatkan varrel.
"a_ada apa?" tanya prilly.
"aku ingin ngomong sesuatu kepadamu. Boleh?" tanya varrel memastikan. Gritte menatap bergantian di antara kedua insang itu satu persatu
"oh, ngomong aja"
"tapi berdua. Dan nggk disini"
prilly menoleh ke arah gritte untuk memastikan kepastian. Dan gritte pun tersenyum sebagai jawan "yaudah, aku ke perpus dulan" ucapnya. Ada rasa curiga yang menyeruak di hatinya sekaligus rasa perih saat mendengar ucapan varrel seakan ia dan prilly sudah saling akrap. Beruntungnya gritte masih bisa berpikir lebih dewasa, ia menarik nafas panjang berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
prilly menoleh ke arah gritte untuk memastikan kepastian. Dan gritte pun tersenyum sebagai jawan "yaudah, aku ke perpus dulan" ucapnya. Ada rasa curiga yang menyeruak di hatinya sekaligus rasa perih saat mendengar ucapan varrel seakan ia dan prilly sudah saling akrap. Beruntungnya gritte masih bisa berpikir lebih dewasa, ia menarik nafas panjang berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Aula basket yang nampak sepi menjadi pilihan varrel. Ia memainkan salah satu bola basket yang tergeletak di tengah lapangan. Prilly sedari tadi hanya mengikutinya dari belakang sembari menunggu apa yang akan di ucapkan oleh pria itu.
"kau tau? Sejak mendengar namamu aku merasa nama mu itu sudah tak asing lagi bagiku. Seperti seseorang yang dekat denganku pernah menyebut nama itu, tapi aku tak tau itu siapa. Aneh saja menurutku. Kau mengingatkan aku dengan seseorang" ucap varrel tampa menoleh atas prilly. Ia terus memainkan bola basket di tangannya. Seketika kening prilly berkerut, ia tak tau apa yang apa maksud dari ucapan pria bertubuh atletis itu.
"maksudnya?" tanyanya
"aku merasa bahagia setiap melihatmu. Rasanya kau sudah tidak asing lagi untukku" balas varrel. Kali ini ia menoleh ke arah prilly menatap kedua mata gadis itu
"ohya? Aku baru tau" umpat prilly ikut menatap mata varrel. Seakan terjadi sesuatu, ia merasakan hal yang sama dengan pria itu, kedua mata varrel membuat prilly mengingat akan sosok pria yang pernah mengisi hari-harinya.
"aku tak tau apa yang terjadi. Ini semua seakan mimpi.." lambat laun ucapan varrel semakin pelan hampir tak terdengar. Tampa sadar jarak di antara mereka semakin dekat. Prilly menutup kedua matanya dan tatapan varrel kini pindah ke bibir ranum prilly sembari memajukan wajahnya hingga hidung mancung mereka berdua saling bersentuhan, turun ke bibir mereka masing-masing tampa menyadari seorang pria melangkah dengan wajah geram mendekat ke arah mereka. Pria itu langsung menarik kera baju varrel lalu memberinya sebuah pukulan
'bukk..'
pukulan mendarat tepat di wajah varrel. Sedangkan prilly terkejut dan baru tersadar dengan apa yang sudah ia lakukan, tatapan varrel seakan membawanya ke alam yang berbeda. Varrel meringis kesakitan sejenak memegang tepi bibirnya yang menyisahkan darah segar di sana.
pukulan mendarat tepat di wajah varrel. Sedangkan prilly terkejut dan baru tersadar dengan apa yang sudah ia lakukan, tatapan varrel seakan membawanya ke alam yang berbeda. Varrel meringis kesakitan sejenak memegang tepi bibirnya yang menyisahkan darah segar di sana.
"apa yang sudah kau lakukan huh?" bentak ali menjulurkan telunjuknya ke arah varrel.
"so_sory" sesal varrel. Nasipnya juga sama dengan prilly yang baru sadar akan apa yang sudah ia lakukan.
"sorry?" ulang ali. Tangannya kembali mengepal siap akan menlucurkan satu pukulan lagi
"cukup!!" teriak prilly menghentikan aksi ali.
"ini salah paham" lanjutnya. Rasa kesal yang menyeruak dalam pikiran ali membuatnya tak dapat mempercayai ucapan prilly. Dengan kasar ia menarik tangan gadis itu meninggalkan varrel dengan lukahnya di tepi bibirnya.
Ali menghempaskan tubuh prilly hingga gadis itu tersungkur di atas rerumputan. Mereka kini berada di taman belakang sekolah. Wajah geram ali benar-benar membuat gadis itu ketakutan stengah mati bahkan air mata kini telah menetes melalui pucuk matanya.
"kau tau? Kau ini hanyalah milikku, aku tidak ingin pria lain menyentuhmu apalagi menciummu" cetus ali mencengkaram pipi prilly dengan satu tangan. Gadis itu tak dapat berbicara, ia hanya menganggukan kepalanya seakan mengerti.
"kau hanyalah miliku dan hanya aku yang bisa menyentuhmu" lanjutnya lalu menciumi bibir tipis prilly. Melumatnya dengan kasar seakan menyalurkan semua omosinya.
Dengan sekuat tenaga prilly mendorong tubuh ali
Dengan sekuat tenaga prilly mendorong tubuh ali
"kenapa? Aku tidak ingin menghilangkan bekas ciuman pria bejak itu darimu" ucap ali. Prilly tersenyum getir, air matanya menetes semakin deras
"aku benci kamu" cetusnya. Dengan satu gerakan prilly memutuskan untuk meninggalkan ali bersama rasa sakit di hatinya....
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar