Advertisement

Advertisement

Cerbung "Suffer" Part 5

Genre : Sad, Romance

matahari semakin tinggi, cahanya merambat dan memberi suasana panas pertandakan hari sudah siang. Gritte selaku teman baru prilly sejak tadi berljalan mondar mandir memikirkan keadaan prilly yang tak kunjung datang. Padahal tadi pagi ia sempat melihat prilly berbincang-bincang dengan varrel.
"ya ampun prill. Kamu kemana sih" gumamnya pelan. Raut wajah khawatir terus menyelimutinya hingga datang dua orang pria bertubuh tinggi berhasil membuat gritte menghentikan langkahnya. Dengan gerakan cepat ia pun menghampiri varrel berharap ia tau keberadaan teman barunya.
"varrel?" sautnya. Varres menyercitkan alisnya menatap gritte yang terlihat panik.
"ada apa?" tanyanya. Gritte sempat gugup harus memulai dari mana, sebab sebelumnya ia belum pernah mengajak varrel atau al berbicara sedikitpun karna mengingat mereka berdua adalah siswa dari kalangan terpandang dan terkenal kerap bersikap dingin (cuek).
"tadi pagi aku melihatmu berbicara dengan prilly. A_aku hanya ingin bertanya, stelah kalian berbicara, apakah kau tau prilly kemana?" tanyanya gugup. Al menoleh ke arah varrel memberi tatapan seakan bertanya. Varrel menoleh ke arah al sedetik, lalu perasaannya kini gugup sebab ia takut nantinya al bersikap curiga kepadanya.
"aku tak tau. Memangnya ada apa?" tanya varrel balik
"apa kau tidak sadar? Sejak tadi pagi ia tidak ada" jawab gritte. Ia semakin panik saat mengetahui pria bertubuh tinggi itu tidak tau menauh tentang keberadaan prilly.
"terus apa hubungannya dengan aku?" varrel berusaha bersikap acuh karna tak ingin membuat al semakin curiga terhadapannya
"ya. Tidak. Aku hanya bertanya.. Dan bisakah kau menolongku untuk mencarinya?" pinta gritte menatap penuh harapan kepada dua orang pria yang berada di hadapannya.
"aku akan mencarinya" saut al membuat gritte bernafas legah. Kedua pria itupun pergi meninggalkan ruang kelas yang saat itu terlihat sepi.
Setelah benar-benar merasa jauh dari gritte, al memegang pundak varrel membuat langkah mereka berdua terhenti.
"ada apa?" tanya varrel. Al menghembuskan nafas panjang terlebih dahulu "ada hubungan apa kau dengan gadis itu" seketika kening varrel memunculkan garis-garis pertanda ia tak mengerti apa maksud dari ucapan sahabatnya itu.
"gadis itu? Gadis siapa?" tanyanya balik.
"prilly" seketika raut wajah varrel berubah, pikirannya benar mengenai kecurigaan al terhadapnnya
"aku tidak ada hubungan dengannya. Kenapa kau bertanya sperti itu?"
"oh. Tidak. Kau tau? Sejak aku melihatnya aku merasa sperti melihat tasya"
"tasya dan dia berbeda. Ayolah! Jangan bilang kau ingin menjadikan gadis itu sebagai target mu yang selanjutnya" tuding varrel. ada rasa kesal yang menyeruak di pikiran varrel. Ia merasa takut bahwa nantinya nasip prilly akan sama dengan nasip tasya. Gadis yang pernah menjadi bagian hidup al.
"maksud dari ucapanmu apa?" al merasa emosi dengan tudingan sahabatnya ia hanya meluapkan apa yang ada dalam hatinya tentang prilly namun itu malah menjadi topik masalah untuknya dan untuk sahabatnya.
"lupakan. Tidak seharusnya kita membahas ini.. Sekarang bagaimana? Apa kau ingin mencari prilly?" tanya varrel. Al diam sejenak mencoba untuk berpikir. Ia merasa kebingunan harus bersikap bagaimana. Apakah dia akan bersikap kahawatir atau mengacuhkannya begitu saja. Sedetik kemudian hatinya berkata sesuatu
"kita cari dia sampai dapat" pungkasnya membuat varrel tersenyum. Ia tak menyangka bahwa sahabatnya itu masih bisa bersikap lebih dewasa. Setelah memutsukan mereka pun meninggalkan tempat itu ingin memulai pencarian.
"pantas saja sejak tadi aku tidak melihatnya" saut ali membisik. Sejak tadi ia bersembuni balik tiang koridor menguping pembicaraan varrel dan al. Sejujurnya ia tak sengaja melihat mereka berdua berbincang dengan serius, sehingga membuat rasa ingin taunya terus menghantui pikirannya. Tangan kekarnya pun meraba-raba saku celanannya, sedetik kemudian ia mengeluarkan iphone miliknya dan menekan beberapa digit di layar iphon-nya itu.
Ali menempelkan iphon-nya ke telinga.
*via telfon*
"halo..? Dewi? Apakah gadis itu ada di apartemenku?"
"....."
tampa menjawab, ali langsung menutup sambungan telfonnya. Wajahnya terlihat geram saat tau bahwa prilly tak ada di apartemen miliknya.
"arggggg... Sittt" geramnya sembari mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia takut gadis yang ia maksud melarikan diri darinya. Namun hatinya berkata lain, hal sperti itu bukanlah sikap prilly. Tampa basa-basi ia pun menarik langkah dengan panjang ingin mencari prilly yang tak terlihat sejak tadi pagi.
******
sudah 2 jam ali mencari tiap sudut sekolah namun yang di cari tak kunjung ia temukan, pikirannya semakin kacau, ia terus mengacak-acak frustasi rambutnya dan sesekali memukul tembok yang berada di sampingnya, tak peduli dengan luka kemaren yang yang masih belum sembuh total pikirannya hanya tertuju pada prilly. Wanita yang ia cintai dan berhasil membuatnya merasakan apa itu cinta.
"tolong.." samar-samar ia mendengar suara wanita stengah teriak meminta pertolongan, ia mengenal betul suara itu.
"prilly?" pekiknya. Kedua matanya melebar dan semangatnya kembali untuk mencari sosok prilly.
"prilly? Kau dimana?" teriaknya berharap prilly membalas dan bisa mmebuatnya mudah untuk menemuinya, namun sayangnya kali ini tak ada lagi suara prilly. Rasa frustasinya semakin membuatnya kesal.
"sitt... Kau dimana? Huh!" umpatnya kesal. Kaki-kaki panjangnya kembali melangkah hingga berhenti pada sebuah pintu yang tergembok. Ia merasa hatinya tertahan oleh tempat itu.
"jangan bilang dia ada di dalam" pikirnya, ia menempelkan telinganya ke daun pintu mencoba mencari suara namun sayangnya tak satupun suara yang terdengar dari dalam sana. Kini ali merasa lelah, dan seketika menyerah. Ia merasa sudah gagal menjaga gadis yang ia cintai. Tangannya mengepal, rahannya mengeras, di tambah lagi dengan tatapan matanya yang begitu tajam pertanda amarahnya kembali memuncak. Tidak sepantasnya ia meyerah, tidak sepantasnya ia frustasi.
Prilly terbaring di ats lantai yang di lapisi dengan kardus seadannya. Kedua tangannya terus memeluk dirinya karna merasa dingin dan lelah, suaranya tak lagi dapat ia keluarkan. Kini ia pasrah kalau harus berakhir di tempat itu juga. Mungkin dengan kepergiannya akan membuat hidupnya bahagia.
"jika aku mati sekarang, aku akan bertemu dengan bunda" suara hatinya. Ia pun menutup kedua matanya dengan pelan hingga tak sadarkan diri.
"prilly!!! prilly!!! Jawab aku" teriak ali dari balik pintu tempat prilly. Ia terus menggedor pintu itu dengan kasar.
"aku tau, kau ada di dalam. Bertahanlah! Aku akan menyelamatkanmu" teriaknya lagi sembari terus berusaha membuka pintu gudang itu. Pikirannya terus mencari cara bagaimana bisa ia membuka pintu itu, hingga akhirnya kedua matanya menangkap sesuatu benda berupa besi panjang, ia mengambil besi itu dan memukul gembok yang sudah menjadi penghalangnya untuk masuk ke dalam gudang.
Tak butuh waktu lama, akhirnya usahanya pun berhasil. Tampa basa-basi ia masuk ke dalam gudang gelap itu mencari sosok prilly.
"prilly?" pekiknya terkejut saat melihat tubuh prilly tergeletak tak berdaya dengan pakaian yang acak-acakan. Dengan langkah panjang ia mendekati gadis itu memperhatikan lekut tubuhnya dari atas sampai bawah, di bagian pahanya terdapat goresan menyisahkan luka dan seragam sekolahnya terlihat jelas bahwa seseorang telah mengguntingnya. Tangan kekar ali pun bergerak berusaha menggendong tubuh mungil prilly lalu membawanya keluar ruangan itu sekarang juga.
Saat berada di koridor sekolah, semua siswa terkejut melihat ali yang menggendong prilly, ada rasa cembru, kesal maupun tertegun yang menyeruak hati para kaum hawa. Mereka membuka jalan membiarkan ali melewatinya satu persatu.
Al dan varrel tercekam melihat ali membawa prilly dengan tak sadarkan diri. Ingin rasanya mereka menghampiri namun hal itu tertahan oleh ego mereka masing-masing. Gritte sangat tertegun melihat ali yang membawa teman barunya itu, ia pun bernafas legah ternyata prilly berhasil di temukan meskipun dengan keadaan tak terduga. Kedua matanya kini hanya menatap punggung ali yang sudah berlalu keluar dari pekarangan sekolah. Banyak komentar tak enak di dengar saat ali sudah jauh
"dasar gadis tidak tau malu"
"kenapa ali begitu perhatian kepada gadis itu?"
"memangnya mereka ada hubungan?"
"gadis itu tidak pantas untuk ali"
di sisi lain, siska, sesil dan salsa merasa geram dan kesal karna prilly berhasil di temukan dan terlebihnya lagi yang menemukannya adalah ali. Ia tidak menyangka kenapa ali tiba-tiba bersikap perhatian kepada prilly padahal mereka tak saling kenal.
Siska menyentakan kakinya "kenapa harus ali" cetusnya, karna merasa kesal kaki-kakinya pun melangkah entah kemana dan di ikuti oleh dua sahabatnya yang selalu mengikutinya kemanapun ia berada (ke toilet juga dong???)
*******
ali meletakkan tubuh prilly dia atas tempat tidur yang cukup emput dengan pelan karna takut gadis itu kesakitan. Tangan kekarnya mengusap lembut wajah prilly dalam beberapa detik.
"gantikan pakaiannya. Dan obati lukanya" saut ali kepada pelayang wanita yang sejak tadi berdiri di belakangnya.
Kaki ali pun melangkah keluar meninggalkan ruangan itu wajahnya terlihat murka, tangannya di kepalkan begitu erat seraya siap untuk memukul.
"aku berjanji akan menyeret orang yang sudah berbuat kasar kepadamu. Takkan ku ampuni dia dan tak peduli siapapun dia" ucapnya geram.
******
semilir angin bertiup menyeruak ke permukaan, suasana sore ini cukup dingin jika harus berada di luar rumah.
Al dan varrel berdiri di rooftop sebuah gedung tinggi sembari menikmati langin oranye. Mereka berdua menatap matahari dan pikiran mereka tertuju pada gadis yang sama.
"sebenarnya aku kenapa? Kenapa aku merasa kesal saat melihat dia bersama pria lain? Apakah aku menyukainnya? Tapi itu tidak mungkin. Dia bukan tipeku" celoteh batin varrel, ia berushaa menepis prilly dari hati dan pikirannya, terlebih lagi ia tau bahwa sahabatnya al menyukai gadis itu. Akan menjadi bencana untuknya jika al tau kalau dirinya telah memikirkan gadis yang di sukai sahabatnya sendiri. Jika mengingat tragedi persahabatan ali dan al yang hancur hanya karna seorang wanita. Ia pun tak ingin persahabatannya berakhir sama dengan masa lalu al dan ali. Mungkin jika memendangnya sendiri akan lebih baik. Pikirnya.
Al berjalan menuju sebuah kursi dan meja yang di atasnya tertara sebotol anggur, ia menuangkan anggur itu ke dalam gelas miliknya lalu meminumnya dalam satu kali tegukan.
"sial.. Kenapa aku terus memikirkan gadis itu" kesalnya dalam hati. Ia kembali menuangkan anggur ke dalam gelas miliknya dan kembali meminumnya dalam satu kali tegukan.
Di sisi lain. Seorang gadis tomboy tengah diam termenung di bawah jendela kamarnya. Sesekali ia tersenyum kecil seraya membayangkan sesuatu
"varrel?? Andai saja kau tau tentang perasaanku. Andai saja kau bersikap lebih dewasa kepadaku. Aku tidak akan memendang ini dalam satu pikiran saja. Aku ingin kau memandangku meskipun sekali saja" gumamnya kecil sembari tersenyum. Wajah varrel terus menghantuinya seakan di matanya hanya ada pria bertubuh tinggi itu.
******
embun pagi terus menetes melalui pucuk daun, membiarkannya terus mengalir dan berjatuhan menimpah rerumputan. Pagi ini terlihat begitu cerah untuk memulai aktifitas. Embun menjadi pantulan cahaya matahari yang, menyeruak memberi cahaya penerangan di pagi hari hingga petang tiba.
Pagi ini prilly merasa tidak bersemangat untuk kesekolah, rasa takutnya terus menghantui jika suatu saat nanti kejadian yag menimpanya kemarin akan terulang lagi. Dengan pelan, ia menuruni mobil hitam mewah sperti biasa, sebelum ia masuk ke dalam pekarangan sekolah ia menghembuskan nafas panjang berusaha bersikap biasa saja. Akan tetapi saat ia berada di halaman sekolah yang cukup luas, semua siswa kembali menatapnya dengan tatapan aneh. Tentu saja prilly merasa tidak menyukai keadaan ini, langkahnya menjadi pelan saat menginjakan kaki di koridor sekolah.
"prilly?" seketika langkah prilly terhenti saat mendengar seorang pria meyebut namanya, ia pun menoleh ke arah sumber suara dan mendapati varrel.
"a_ada apa?" tanyanya gugup. Varrel tersenyum kecil "bagaimana keadaanmu? Terus soal kemarin.. Siapa yang tega berbuat sperti itu?" tanya varrel pelan. Prilly berusaha menelan ludah meski sulit. Ia tak sanggup berkata jujur karna merasa takut jika 3S(salsa, siska, sesil) kembali membully dirinya.
"aku tidak tau" dustanya lalu pergi meninggalkan varrel dengan seribu tanya.
Di tengah jalan menuju kelas, prilly kembali di kejutkan oleh al, gadis itu menghentikan langkahnya sementara dan kembali ingin melangkah ingin melewati al. Al dengan cepat menarik tangan prilly membawa gadis itu ke taman belakang sekolah yang terlihat selalu sepi
"lepaskan!!" pinta prilly berusaha lepas dari genggaman al. Namun sayanagnya al lebih kuat. Ia menghempaskan gadis itu ke tembok lalu menguncinya menggunakan tangan kekarnya di samping kanan dan kiri prilly.
"kau mau apa?" tanya prilly panik, ia tak sanggup menatap wajah al yang tersisa hanya beberapa centi darinya.
"kau ini biasa saja. Tapi kenapa kau membuatku terus berpikir huh?" tanya al. Prilly tak mengerti dengan ucapannya, gadis itu terus menunduk dan sesekali ingin mendorong tubuh kekar al. Lagi-lagi aksinya gagal . Al semakin erat membekap tubuh prilly.
"aku mo_mohon lepaskan" pintanya. Air matanya kini menumpuk di ingin segera menetes. Al tidak perduli akan hal itu, ia kini mendekatkan wajahnya ke wajah prilly. Prilly benar-benar di buat ketakutan, ia memutuskan menutup kedua matanya tak sanggup lagi dengan apa yang akan terjadi pada dirinya..
Bersambung,..

Tag: ,

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas