Advertisement

Advertisement

Cerbung "Suffer" Part 4

Genre : Funny, Sad
al dan ali saling temu pandang dengan tatapan tajam, mereka tak ingin melepaskan cengkaraman mereka dari tangan mungil prilly membuat gadis cantik itu meringis kesakitan akibat cengkraman mereka yang semakin erat seakan ia menjadi tumpaan emosi kedua pria itu. Varrel yang berdiri sejak tadi di dekat mereka tak bergeming. Kepalanya di gelengkan pelan seraya berdecak heran melihat tingkah al dan ali yang tak berubah.
"siiiiittt...awww lepasin aku" ringis prilly kesakitan, ia terus mencoba menarik tangan kanan dan kirinya dari dua cowo pria itu. Akan tetapi usahanya gagal, kedua pria itu hanya terus saling memandang tak henti-hentinya berhasil membuat prilly kesal.
"hey.. Apa kalian tidak bosan harus bertengkar terus jika bertemu huh? Kita satu kelas, gimana jadinya jika kalian di pertemukan kembali dalam satu ruangan" celoteh prilly. Kali ini ia berhasil melepaskan kedua tangannya dari tangan al dan ali. Tangan mungilnya terlihat berwarna merah jambu sebagai tanda perlakuan dua pria itu yang tak henti-hentinya ingin mencari masalah. Dengan cepat prilly berlari meninggalkan mereka yang masih saling bertatapan hingga ali memutuskan untuk pergi kembali ke dalam kelas. Al hanya tersenyum kecil lalu ia ikut melangkahkan kakinya meninggalkan varrel.
Di dalam kelas biologi semua diam membisu saat melihat ali yang baru saja datang tengah menatap satu persatu siswa di dalam kelas itu dengan tajam.
"aku bilang siapa yang berani menyebarkan foto itu!!!!" sentak ali membuat semua siswa di ruangan itu terkejut sangkin takutnya kepala mereka terus di tundukkan tak berani menatap wajah amarah ali.
"kalau kalian tidak ngaku. Aku tidak akan segan-segan menyeret kalian ke lapangan" lanjutnya stengah berteriak. Semua siswa hanya diam tak bereaksi. Mereka benar-benar merasa takut jika tak ada satu orangpun yang mengakui perbuatannya. Tangan ali mengepal sangat kuat ia semakin geram sebab tak ada satupun yang mengakui tentang foto itu.
'brakkk..' suara kursi di hempaskan ke lantai begitu saja.
Di sisi lain. Prilly memilih menyendiri di sebuah aula basket. Tempat yang saat ini sedang sepi kini menjadi curahan kesedihannya. Ia merasa tak bahagia berada di sekolah itu. Air matanya kini menetes, pikirannya berputar saat dimana ia mengingat tentang kepergian wanita yang sudah melahirkannya.
"bunda.. Andai saja bunda masih hidup. Semuanya tidak akan sperti ini. Ohya, maafin aku yah bun, aku belum sempat menjemuk makan bunda" gumamnya pelan. Kaki-kaki mungilnya terus melangkah hingga terhenti saat ia melihat bola basket terdiam di hadapannya. Kakinya melayang ke belakang lalu menendang bola itu kesembarang arah
"awww.. " lirih seorang pria terkena bola hingga mengeluarkan darah segar di bagian hidungnya. Prilly langsung menoleh ke arah sumber suara mendapati varrel yang sudah tersungkur di atas lapangan basket. Dengan cepat gadis itu berlari menghampirinya
"ma_maaf aku nggak sengaja" ampunnya sembari mengeluarkan tisue dari saku bajunya. Varrel menyentuh hidungnya sekilas lalu melihat ujung jarinya yang menyisahkan darah segar dari hidungnya
"kau yang menendang bola itu?" tanyanya. Prilly merasa semakin bersalah, ia mencoba menghapus darah di ujung hidung varrel menggunakan tisue seadanya.
"maaf, aku tidak sengaja" sesalnya di sela-sela melap sisa-sisa darah di ujung hidung varrel.
Varrel tak bergeming, ia terus menatap gadis itu dengan lekut seakan ia merasa bahagia saat melihatnya. Entah perasaan apa? Tapi sejujurnya ia juga tak tau. Prilly yang sedari tadi sibuk dengan hidung varrel tiba-tiba sadar dengan tatapan pria itu. Ia menatap kedua mata varrel membuat fikirannya seakan berputar di masa lalu tapi entah itu apa.
Ruangan semakin sepi.
Hening...
1 menit mereka saling berpandang akhirnya mereka tersadar saat bel masuk berbunyi.
"maaf" saut prilly.
"iya, nggak papa. Lain kali hati-hati kalau kamu mau nendang bola" pesan varrel. Ada rasa canggung di antara mereka hingga varrel memutuskan untuk pergi.
"dia mengingatkanku dengan seseorang" saut batin prilly. Sejenak ia memandang punggung varrel, namun sedetik kemudian kaki-kaki mungilnya menarik langkah meninggalkan tempat itu.
*****
jam sudah menunjukan pukul 15:25 pertanda sore telah tiba. Jam pelajaran pada hari ini pun berakhir. Prilly dan gritte berjalan menuju gerbang sekolah bersamaan sebagai tanda pertemanan mereka berdua.
"eh prill. Aku balik dulu yah, supir aku udah jemput tuh" saut gritte. Prilly hanya membalas dengan senyum lalu melambaikan tangannya kepada teman barunya itu saat ia sudah berjalan menghampiri sang supir.
Stelah gritte pergi, prilly pun merasa bingun sebab ia tak tau harus pulang ke apartemen ali bagaimana. Ia kembali melangkahkan kakinya hingga terhenti saat seorang pria berpakaian serba coklat tua menghampirinya.
"non prilly sudah pulang? Mobilnya ada di sana" ucap pria paru baya itu. Prilly menyipitkan kedua matanya menatap pria paru baya itu. Ia merasa bahwa pria itu sudah tak asing lagi baginya.
"mobil?" ulangnya.
"iya non. Kan ini sudah peraturan tuang ali" prilly langsung ingat bahwa pria paru baya yang berada di hadapannya adalah pria yang mengantarkannya ke sekolah tadi pagi.
"silahkan non" lanjutnya mempersilakan prilly. Ia menuntun gadis itu lalu membukakan pintu mobil bagian belakang. Prilly pun masuk ke dalam mobil itu sedetik kemudian sang supir pun ikut masuk lalu melajukan mobil berwarna hitam silfer itu. Sepanjang jalan gadis cantik prilly hanya terus diam tampa sepatah katapun. Kedua matanya terus menatap ke arah jendela seraya membayangkan sesuatu.
Flashback..
Kelopak-kelopak mawar merah dan putih saling bercampur adu di atas tanah. Kelopak-kelopak itu di kunpulkan hingga membentuk tulisan I heart emotikon U. Seorang gadis yang memakai dress putih berlengan pendek tengah berlari di hamparan kelopak bunga itu, tangan halusnya terus menyentuh kain-kain berwarna merah jambu yang bergantungan. Ia sangat menikmati keindahan itu terlebih lagi ia bisa menatap danau. Pria yang sejak tadi memandang aksinya hanya menampakkan wajah senyum manisnya ia sangat bahagia melihat gadis yang di cintainya menyukai kejutannya walaupun terlihat sederhana namun sangat terkesan untuk mereka berdua.
"prilly sayang?! Jangan lari terus, entar jatuh" sautnya khawatir. Gadis yang bernama prilly itu pun menoleh lalu berlari menghampirinya.
"naufal sayang.."
"hemmm..."
"makasi yah atas semuanya.. Aku bahagia punya pacar spertimu" prilly terus mengukir senyum di wajahnya. Ia menari-narikan jemarinya di wajah sang kekasi seakan tak ingin melepasnya. Pria yang bernama naufal itupun tak mau kalah, ia menaikan sebelah tangannya lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Mereka berpelukan cukup lama sembari menikmati keindahan alam bersama di atas tumpukan kelopak mawar merah dan putih.
"non? Udah sampai" saut pria berpakaian serba coklat tua membuyarkan lamunan prilly
"ah? Iya" kagetnya. Ia pun turun dari mobil stelah di bukakan pintu lalu berjalan memasuki gedung tinggi yang tak lain adalah tempat dimana apartemen milik ali berada.
******
malam kini sangatlah sepi, hanya suara kendaraan yang menyelimuti saat prilly berdiri di balkon apartemen ali. Cahaya lampu kota membuatnya cukup menikmati pemandangan malam meskipun kulit-kulitnya terasa dingin akibat terpaan angin malam.
"aku berada dekat dengan orang-orang yang aku cintai. Tapi kenapa tetap saja masih terasa jauh?" gumamnya masih dalam posisi semula. Hingga akhirnya gadis itu memutuskan masuk ke dalam kamar.
'bruakk...'
samar-samar telinganya menangkap suara benda terjatuh dari arah ruang tamu menjadi pusat pikirannya. Dengan langkah perlahan prilly berjalan keluar kamar lalu mendapati ali yang sedang dalam keadaan mabuk.
"pergi kalian!!!" teriaknya mengacukan telunjuk ke arah para pelayannya.
"tapi tuan, anda sedang mabuk" saut seorang pria paru baya. Ali malah menatap pria itu dengan tajam membuatnya ketakutan hingga ia memilih untuk menundukan kepala. Ali benar-benar terlihat sangat kacau membuat para pelayangnya sangat khawatir. Namun apa daya. Para pelayang itu tak di ijinkan untuk menyentuhnya membuat mereka hanya diam tak bergeming sambil menatap sang majikan yang berjalan gontai menuju sofa ruang tamu. Prilly berjalan ke arah ali, ia menatap pria itu beberapa detik lalu pandangannya tertuju pada tangan ali yang masih di balut oleh sapu tangannya.
"bodoh! Seharusnya lukanya itu sudah di perbam" celoteh batin prilly. Sejujurnya ia sangat takut menyentuh ali akan tetapi, entah ada angin apa ia memberanikan dirinya menyentuh tangan kekar ali yang masih terluka. Beruntungnya ali terlihat sedang tertidur. Mungkin itu akibat alkohol yang sudah ia minum membuat dirinya tak sadarkan diri.
"tolong ambilkan kotak p3k dan perbamnya" pinta prilly. Tampa jawaban salah satu pelayang di apartemen itu langsung mencari kotak p3k dan sebuah perbam. Tak butuh waktu lama ia pun datang dan menyerahkan yang di minta.
"silahkan kalian istirahat. Biar aku yang bereskan ali" sautnya lagi.
"baik nyonya" balas serentak sang pelayang. Tampa basa-basi merekapun pergi meninggalkan prilly yang tengah sibuk dengan luka ali. Setelah selesai meberi perbam pada luka ali, prilly pun ingin beranjak namun tangannya tertahan oleh tangan ali. Ia kembali menoleh ke arah ali berusaha bersikap biasa.
"ada apa?" tanyanya ketus. Tak ada jawaban dari ali. Ia tetap menutup kedua matanya namun genggamannya semakin lama semakin kuat dan pada akhirnya tangan kekarnya menarik tangan prilly membuat tubuh mungil gadis itu menimpah tubuh ali.
"jangan pergi. Aku kesepian" gumamnya. Prilly hanya diam untuk sementara, merasakan nyaman berada di pelukan ali. Ia tak tau itu perasaan apa. Tapi sedetik kemudian prilly beranjak dari posisinya lalu meninggalkan ali yang kini tertidur pulas di atas sofa.
*****
malam tersingkirkan menjadi pagi. Mentari menghangatkan pagi menyinari relung jiwa. Pagi ini prilly kembali di antar menggunakan supir layaknya orang yang terpandang. Sejujurnya ia merasa risih dengan semua hal ini namun ia tak bisa menolak. Sejak tadi ali sudah tak ada di apartemennya, kata pelayangnya dia sudah pergi terlebih dahulu. Prilly tak perduli, ia hanya memikirkan hidupnya, bagaimana ia bisa menjalani semua ini dengan normal.
Saat berjalan di koridor sekolah, prilly merasakan bahwa ia tengah di ikuti oleh seseorang. Gadis itu berusaha acuh namun semakin ia mengayuhkan kaki-nya ia semakin merasakan seseorang itu terus mengikutinya.
"siapa itu?" tanyanya saat menoleh. Tak lama kemudian keluarlah seorang pria bertubuh tinggi dan berwajah tampan.
"hay? Aku membuatmu takut yah?" sautnya. Ada rasa legah saat prilly tau ternyata yang mengikutinya bukanlah orang jahat, melainkan itu varrel.
"huh.. Kau rupanya. Ada apa kau mengikutiku?" tanya prilly. Varrel tersenyum kecil lalu mengambil langkah mendekati prilly.
"maaf. Entah kenapa mata ini ingin melihatmu terus" prilly mengerutkan keningnya, ada rasa bingun mengenai sikap varrel kepadanya. Namun, ia merasakan hal yang mungkin bisa di bilang sama dengannya. Rasa yang mengganjil di pikirannya saat melihat mata varrel yang sudah tak asing lagi baginya.
"maksudmu?" selidik prilly
varrel menarik nafas panjang "sudahlah! Lupakan" jawabnya lalu pergi. Prilly pun di buat mematung olehnya. Ia masih berdiri di koridor sembari menatap punggung varrel yang sudah berlalu. Karna terus memikirkan keganjilan di otakknya ia pun tak sadar bahwa tiga gadis tengah berdiri di belakangnya dengan pose ala model.
"hay prilly latuconsina" sapa siska membuat prilly menoleh. Seketika ia terkejut melihat tiga sekawang ini sudah menatapnya dengan geram
"ada apa?" tanyanya berusaha datar
"salsa, sesil? Ayo bawa dia" lanjut siska. Kedua temannya pun menggandeng lengan prilly membawanya entah kemana
"kalian mau membawaku kemana?" tanya prilly panik. Mereka tak menjawab melainkan hanya tertawa penuh licik. Sesampainya mereka di sebuah ruangan yang penuh dengan barang rongsokan, tubuh mungil prilly pun di hempaskan ke lantai.
"awww.." lirihnya kesakitan
"hey kau? Kau ini gadis yang tidak tau diri. Aku peringatkan kau jangan pernah dekat dengan ali, al dan varrel. Mereka tidak pantas berada di dekatmu bodoh!" cetus siska sembari mencengkram kedua pipi prilly
"apa maksud mu? Aku sama skali tidak mendekati mereka" bela prilly. Ia merasa kesakitan karna kedua pipinya di cengkram begitu hebat
"jangan berpura-pura kau. Kami sudah melihatnya. Asal kau tau varrel itu milikku" salsa ikut menyaut.
"aku tidak berpura-pura" bela prilly lagi. Siska pun melepaskan cengkramannya dengan kasar kepada wajah prilly
"sesil? Mana guntingnya" saut siska. Gadis yang bernama sesil itu memberikan sebuah gunting kepada siska
"ma_mau apa kalian?" tanya prilly panik, kaki-kakinya berusaha mendorong tubuhnya agar dapat menjauh dari tiga gadis yang menatap licik ke arahnya
"ini peringatan untukmu gadis lancang" siska menarik paksa rambut prilly membuat si empunnya kesakitan
"aww.. Sakit sis" lirinya. Siska tak terus menarik rambut prilly tampa rasa kasian sedikitpun. Terlebihnya mereka bertiga hanya tertawa dengan puas.
"aku mohon lepaskan aku" pinta prilly memohon, air matanya kini menetes membasahi pipi chubby-nya
"tidak semudah itu bodoh!" geram siska
"yah. Kita tidak akan melepaskan mu sebelum kita memberimu peringatan" tambah salsa. Siska kembali tersenyum licik lalu meletakkan gunting di bagian jaz seragam prilly
"ka_kalian mau apa?" prilly semakin panik. Siska tak menjawab melainkan meneruskan aksinya dengan meggunting bagian depan jaz prilly. Gadis itu tersentak kaget saat melihat kelakuan siska. Ingin sekali ia memberontak namun sayangnya kedua tangannya di pegang dengan erat oleh sesil dan salsa.
"ini hanya peringatan jadi kau masih bisa tenang" seringai licik terus di lontarkan oleh siska. Ia terus menggunting seragam milik prilly dan bagian roknya hingga menyisahkan bekas di paha putih prilly akibat perlakuan kasar siska. Stelah merasa puas mereka pun pergi lalu mengunci prilly di tempat itu. Gadis itu hanya terisak tangis, ingin rasanya ia berteriak meminta tolong namun rasanya susah, hisakan tangisnya terus membanjiri ruangan gelap itu meratapi nasipnya sendiri.
"ali__tolong aku" gumamnya kecil. Ia berharap seseorang menemukannya dan membawanya keluar dari tempat gelap itu....
Bersambung..

Tag: ,

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas