Genre :
suasana kian mencekam, rasa panas terus menyelimuti ruangan 3biologi. Tatapan tajam terus di lontarkan siap untuk menerkam satu sama lain. Prilly hanyalah acuh, ia duduk di sebuah kursi yang berada di deretan paling ujung tepatnya di bawah jendela, terus menatap pemandangan luar tak perduli keramaian yang di buat al dan ali. Kedua insang ini masih bertatapan tajam, rahan mereka mengeras, tangannya mengepal seraya siap untuk melayangkan sebuah pukulan.
"aku pikir kau sudah tidak akan kembali kesekolah ini" saut al memulai percakapan, ia berjalan mengelilingi tubuh ali seakan memberi tanda meremehkan pria yang di hadapannya.
"ini sekolah milik keluargaku. Kau tidak berhak mengaturku. Masalalu tidak ada sangkut pautannya dengan sekarang" jawab ali datar. Ia berusaha menutupi amarahnya yang sudah memuncak sejak tadi, saat ia di pertemukan lagi dengan al
"ohya?" umpat al
"andai saja tasya ada di tempat ini, pasti dia akan membelaku dan membuang mu ketempat sampah. Hah, aku tidak menyangka wanita itu rela memberi tubuhnya kepadaku ketimbang pacarnya sendiri" sindir ali membuat al geram dalam seketika. Tangannya melayang menarik kera baju milik ali, menatapnya dengan tajam seakan ia siap memberi pelajaran pada pria itu.
"itu karna kau yang menggodanya bajingan" umpatnya kesal. Ali tersenyum getir seakan meremehkan al, dan tak perduli dengan kera bajunya yang sudah terlihat kusuk.
"aku? Menggodanya? Buat apa huh? Kau tau aku bisa mendapatkan banyak wanita jika aku mau. Aku tak perlu harus menggoda. Gadismu yang terlalu murahan!" balas ali lalu menarik paksa kera bajunya dari tangan al lalu menepuk-nepu seragamnya seakan memandang al adalah sebuah kotoran.
"kau sudah berani mengkitnya__" tampa basa-basi al mendaratkan sebuah pukulan tepat di wajah ali membuat darah segar sedikit menetes dari ujung bibirnya.
"sialan!!!" ali membalas pukulan al tepat mengenai wajahnya hingga ia tersungkur di atas lantai membuat perkelaian semakin mudah untuk berjalan. Ruangan itu kini semakin memanas, suara sorakan siswa-siswi meneriaki mereka berdua seakan tengah berdiri di antara arena pertinjuan.
"AL, ALI..." seketika keribukan berubah menjadi keheningan saat seorang pria berjaz abu-abu masuk dalam kelas tersebut meneriaki nama ali dan al hingga adu jotos mereka terhenti.
"kalian ini bukannya melapor malah teriak mendukung" geram pria itu kepada siswa-siswi yang sejak tadi bersorak meneriaki nama al dan ali.
"dan kalian berdua, segera keruangan bapak" pria itu menarik langkah meninggalkan ruangan itu dengan rasa kesal melihat tingkah murid-muridnya yang semakin hari semakin menjadi-jadi menurutnya.
Di tempat semula, prilly hanya berdecak heran kenapa ali dan al saling beradu kekerasan tampa alasan yang pasti.
Di tempat semula, prilly hanya berdecak heran kenapa ali dan al saling beradu kekerasan tampa alasan yang pasti.
"hay? Kau ini murid baru yah?" seketika prilly di kejutkan oleh seorang gadis berdandan ala tomboy, berkulit putih dan berwajah cantik.
"eh, iya" jawab prilly simpul. Gadis itu menjulurkan tangannya ke arah prilly seraya ingin bersalaman
"nama aku gritte agatha, panggil itte, nama kamu?"
prilly pun membalas salam gadis bernama gritte itu sambil memberi sluet senyum di wajahnya "prilly. Prilly latuconsina" balasnya ramah. Sedetik kemudian salam itu bercerai lalu di lanjutkan dengan saling mengobrol membuat kedua insan ini akrab dalam waktu seketika.
prilly pun membalas salam gadis bernama gritte itu sambil memberi sluet senyum di wajahnya "prilly. Prilly latuconsina" balasnya ramah. Sedetik kemudian salam itu bercerai lalu di lanjutkan dengan saling mengobrol membuat kedua insan ini akrab dalam waktu seketika.
"ohya, pria yang tadi berantem itu siapa?" tanya prilly membuat raut wajah gritte berubah derastis, keadaan kini medegang.
"yang tadi itu aliando dia anak pemilik sekolah ini, yah, dia orangnya tampan tapi sangat tertutup, kadang ia berperilaku kasar kepada orang yang sedikit melakukan kesalahan kepadanya. Tapi mau gimana lagi, dia anak pemilik sekolah ini, sekaligus ayahnya seorang pengusaha yang terkenal dan terkaya di indonesia" jawab gritte membuat prilly tertegun mengangguk kecil. Sebenarnya ia sudah tau latar belakang aliando, tapi ia mengingat kalau ia harus berpura-pura untuk tidak mengenal pria itu.
"terus, yang satunya?" tanyanya lagi
"yang satunya itu al ghazali kholer, orang-orang memanggilnya dengan sebutan al. Dia orangnya suka membully pihak yang lemah tapi terkadang jiwa kemanusiaannya muncul. Yah, bisa di bilang dia memiliki kepribadian ganda. Ohya, dia itu anak dari seorang disainer terkenal terlebihnya lagi dia memilik hotel terbesar di indonesia dan sekarang kabarnya hotelnya itu sudah memiliki cabang di ausy. Hebat yah dia.. Masih mudah, pandai berbisnis lagi" puji gritte seakan memikirkan kelebihan al
"tapi sayang, ayahnya sudah meninggal. Dan sekarang ibunya berpropesi sebagai disainer terkenal. Dia sangat hebat" lanjutnya menampilkan wajah sedihnya.
"terus, pria yang selalu bersamanya?" prilly kembali bertanya membuat gritte menarik nafas panjang "maksud kamu varrel? Ah, doa cowo yang paling playboy di sekolah ini. Aku akui, dia tampan tapi kelakuannya sangat buruk. Jauh berbeda dari ayahnya yang dulunya menjabat sebagai wakil presiden, dan sekarang keluarganya memiliki musium terbesar di indonesia. Ah.. Kenapa orang-orang kaya kelakuannya sangatlah minus?" gritte mengerucutkan bibirnya sembari menopang kepalanya menggunakan tangan kanannya.
"aku rasa sebentar lagi, sekolah ini tidak akan tenang karna kedatangan ali kembali" gadis itu mendengus kesal mengingat kejadian-kejadian buruk yang menimpa sekolah itu tiap hari di masa lalu saat ali masih menduduki kelas 2SMA.
"kenapa?" tanya prilly mengerutkan jidatnya. Rasa ingin taunya terus mendorongnya untuk bertanya.
"aku sih tidak tau pasti masalahnya, tapi waktu itu al dan ali berantem karna tasya, dia adalah gadis yang cantik dan dulunya ia di juluki seorang model di sekolah ini. Gadis itu adalah kekasih al, tapi semenjak ia mengenal ali, sikapnya berubah, ia terus mengejar ali hingga mengacuhkan al begitu saja. Yah jika di lihat-lihat ali dan tasya sangatlah cocok bagaikan king & qween. Dan semnjak kejadian itu al sangatlah membenci ali, dan yang paling membuat mereka tidak suka satu sama lain, karna siswa-siswa di sekolah ini selalu membanding-bandingkan mereka berdua. Padahal dulu mereka berteman baik" jelas gritte semakin menampilkan wajah sedihnya. Prilly ikut tertegun mendengar cerita di antara mereka, pikirannya seakan membayangkan hal masalalu di antara al dan ali hingga mengakibatkan permusuan di antara mereka. Ia berpikir bagaimana mereka bisa bertahan satu sama lain jika baru saja ali pertama masuk sekolah, sudah berhasil menimbulkan keributan di antara mereka berdua.
******
waktu berlalu begitu cepat, deringan alaram istirahat telah berkumandang. Semua siswa-siswi satu persatu keluar dari kelas tak perduli dengan guru yang masih belum selesai dengan materi yang ia jalankan. Zaman semakin berkembang membuat perilaku siswa-siswi semakin menjadi-jadi terkadang mereka sangatlah susah untuk di atur.
Prilly dan gritte membereskan beberapa buku di atas mejanya lalu memasukkannya ke dalam tas masing-masing.
Prilly dan gritte membereskan beberapa buku di atas mejanya lalu memasukkannya ke dalam tas masing-masing.
"prill? Kita ke kantin yuk?" ajak gritte di balas senyum oleh prilly. Mereka berdua berjalan meninggalkan kelas menuju kantin yang sudah terlihat ramai oleh siswa yang ingin memuaskan perutnya masing-masing.
"sepertinya al dan ali di hukum berat deh. Soalnya mereka nggak balik ke kelas" ucap gritte.
"ali di hukum? Bukannya ia anak pemilik kelas ini?" pungkas prilly sambil mengaduk-aduk gundukan mie yang berada di hadapannya.
"itu tidak berlaku di sekolah ini. Ayah ali tuh berperilaku tegas, bahkan ia mengizinkan anaknya untuk di hukum jika ia berbuak kesalahan" jawab gadis tomboi itu lalu menarik satu sendok spagethy di hadapannya.
"ayah yang bijak, ia sangat berbeda dengan anaknya" ucap prilly tak sadar membuat alis gritte saling bertautan
"maksud ku, ayah ali mungkin sangatlah bijak. Mungkin mereka berdua sangatlah berbeda" dusta prilly cepat saat melihat raut wajah gritte yang memandangnya penuh curiga. Gadis tomboy itu ber 'oh' ria lalu melanjutkan menyantap spagethy miliknya.
Setelah makan, kedua gadis itu melanjutkan untuk memanfaatkan waktu yang masih ada untuk pergi menuju perpustakaan sekaligus untuk memperlihatkan ruangan-ruangan di sekolah itu kepada prilly.
"stop" saut prilly menghentikan langkahnya di ikuti oleh gritte. Gadis tomboy itu menatap prilly bingung
"ada apa?" tanyanya, prilly menoleh ke arah gritte "kau ke kelas duluan, entar aku nyusul yah?" pinta prilly. Tampa basa-basi gadis itu mengambil langkah menuju taman belakang sekolah. Gritte yang meilihat hal itu hanyalah acuh, ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Prilly berjalan menuju taman belakang sekolah yang terlihat begitu sepi. Di sana hanya ada seorang pria bertubuh kekar tengah berdiri di balik tembok. Pria itu terlihat sangatlah kesal. Ia mengepalkan kedua tangannya lalu memukul tembok yang berada di hadapannya membuat darah segar bercucuran di punggung tangannya. Prilly tercekang hebat melihat aksi pria itu: dengan langkah berat ia berusaha mendekatinya memastikan bahwa pria itu baik-baik saja.
"a__ali?" ucapnya gugup. Ali langsung menoleh ke arah belakang mendapati prilly yang berdiri ketakutan. Ali menatap gadis itu dengan geram, ia merasa sudah terusik dengan kehadirannya.
"sedang apa kau disini?" tanya ali dingin membuat ketakutan prilly semakin memuncak
"i_itu, tangan ka__kamu berdarah" jawab prilly terbata-bata. Sekilas ia menatap tangan ali yang terus meneteskan darah berjatuhan meninpa rerumputan.
"apa peduli mu? Huh? Enyalah dari hadapanku" bentak ali. Prilly terkejut di buatnya namun tetap masih bertahan pada tempatnya.
"tapi itu tangan kamu harus di obati, kalau tidak, bisa-bisa darahnya terus keluar" ingin rasanya prilly mengacuhkan pria yang berada di hadapannya, namun ia tak bisa tinggal diam, tangan ali harus segera di obati dan di balut perbam.
"aku bilang pergi dari sini" bentak ali lagi. Kali ini prilly benar-benar merasa kesal di buatnya.
"asal kau tau, mungkin aku adalah orang yang paling bahagia jika kau mati sekarang juga" kesalnya membentak ali. Pria itu terkejut melihat tingkah prilly yang tiba-tiba membentaknya. Gadis itu pun memalingkan badannya menarik langkah ingin meninggalkan ali, namun seketika askinya terhenti saat ia merasakan tangan kekar melingkar di pinggangnya. Ali memeluknya. Ia terkejut menelan ludah dengan susah payah. Ingin rasanya ia memberontak dan menjauhkan tubuhnya dari tubuh ali, akan tetapi hatinya menolak. Ia merasakan sensasi kelembutan. Ali memeluknya dengan erat seakan tak ingin gadis itu pergi meninggalkannya.
"maafkan aku jika aku selalu berlaku kasar kepadamu" gumam ali pelan tak terdengar oleh prilly. Gadis itu menoleh ke arah bawah mendapati tangan ali yang masih mengeluarkan darah segar. Dengan cepat ia mengambil sapu tangan dari saku jaznya dengan susah payah lalu melepaskan pelukan ali darinya. Pria itu hanya tertunduk lesu, saat prilly membalutkan sapu tangannya di tangan ali. Setelah membalut luka ali, prilly langsung pergi tampa sepatah katapun ia merasa aneh jika berada di dekat ali. Pria yang kerap berperilaku kasar dan lembut kepadanya.
"argggg...." teriak ali frustasi, ia menjambak rambutnya sendiri seakan menyesali perbuatannya kepada prilly.
Prilly berjalan di sepanjang koridor, ia terkejut saat melihat al dan varrel yang berdiri di hadapannya seakan tak ingin memberi jalan kepada gadis itu.
"kalian mau apa?" tanya prilly cetus. Kedua pria itu langsung tertawa seakan melihat gadis itu adalah sebuah lelucon untuknya. Prilly menyipitkan kedua matanya lalu berusaha jalan melewati mereka berdua, namun sayangnya al dan varrel terus menghalangi gadis itu.
"aku pengen lewat" pinta prilly di acuhkan oleh mereka berdua.
"dia cantik juga" saut varrel menyentuh sekilas dagu prilly. Prilly menepis cepat tangan pria itu tak di sentuh olehnya.
"jangan bilang kau menyukainya. Cameon men, gadis ini miliku" al ikut menyaut
"yaudahlah, dia milikmu. Tapi jika dia menolakmu aku berharap kau merelakannya untukku" ucap varrel kembali.
"kalian ngomong apaan sih" kesal prilly kembali ingin menerobos mereka berdua, akan tetapi hasilnya nihil. Al menggenggam lengan prilly dengan kuat mmebuat gadis itu meringis keskaitan.
"aww.." lirihnya berusaha lepas dari al.
"lepasin" prilly terus berusaha lepas dari al, berkali-kali ia mencoba namun berkali-kali pula ia gagal. Gadis itu kini pasrah tak kuat jika harus melawan seorang pria yang jauh lebih kuat darinya.
Al langsung mendekatkan wajahnya ke wajah prilly menyisakan 3 centi hingga hidung mancung mereka berdua sudah saling bersentuhan. Prilly membelalakan kedua matanya karna terkejut melihat tingkah al yang tak terduga baginya.
Al langsung mendekatkan wajahnya ke wajah prilly menyisakan 3 centi hingga hidung mancung mereka berdua sudah saling bersentuhan. Prilly membelalakan kedua matanya karna terkejut melihat tingkah al yang tak terduga baginya.
"ada hubungan apa kau dengan ali?" tanya ali. Prilly berpikir kenapa pria ini bisa menanyakan hal itu kepadanya.
"ali? Ali siapa? Aku tidak mengenalnya" jawab prilly pelan. Al melepaskan tangannya dari lengan prilly lalu membekap tubuh gadis itu ke tembok sembari menyandarkan kedua tangan di samping kanan dan kiri dari kepala prilly. Aksi mereka tentu menjadi pusat perhatian namun tak berani untuk tinggal dan menonton pertunjukan itu karna mengingat perlakuan al yang suka berprilaku kasar jika ia melihat hal yang ia tak suka. Varrel hanya tersenyum getir, sedangkan prilly ketakutan stengah mati. Keringat di keningnya terus bercucuran membuat wajahnya pucat dalam seketika.
"ka_kau mau apa?" tanya prilly gugup
"aku ingin kau menjawab pertanyaanku. Kau punya hubungan apa dengan ali? Huh?"
"aku sudah bilang, aku tidak mengenalnya"
"kau bohong"
"aku tidak bohong. Jadi, menjaulah dariku" al pun akhirnya menjauhkan tubuhnya dari tubuh prilly membuat gadis itu menarik nafas legah. Dengan cepat ia berlari meninggalkan al dan varrel tampa basa-basi.
Saat berada di dalam kelas, prilly kembali di kejutkan dengan suasana aneh, semua siswa menatapnya dengan tatapan curiga sembari berbisik satu sama lain saat melihat prilly. Gadis itu berusaha bersikap biasa saja meskipun perasaannya aneh, ia berjalan mendekat ke arah kursinya dengan perasaan anehnya.
"eh, prill.. Sini" saut gritte menarik tangan prilly. Gadis tomboi itu memperlihatkan handphonenya yang tertara sebuah foto pelukan ali dan prilly.
"kau punya hubungan apa dengan ali?" tanya gritte ikut menatap curiga kepada prilly. Prilly diam. Ia tak bergeming, ia masih merasa terkejut melihat photo-nya sendiri. Pikirannya langsung bertanya kenapa bisa photo itu ada?
"eh, apa kau tau? Photo ini sudah menyebar keseluruh siswa di sekolah ini. Lebih baik kau memberi mereka penjelasan" saut gritte lagi. Prilly menoleh ke arah teman barunya itu "ini perlakuan siapa?" tanyanya.
"tidak ada yang tau siapa yang mulai menyebar foto ini, yang ada mereka semua bertanya, ada hubungan apa kau dengan ali" bisik gritte
"ini salah paham" pungkas prilly. Ia kembali teringat dengan perlakuan al kepadanya, mungkin inilah sebabnya kenapa al bertanya hal yg sama dengan pertanyaa gritte saat mereka bertemu di koridor tadi.
"oh, jadi ini gadis itu?" suara seorang gadis yang baru saja datang menjadi pusat perhatian prilly dan gritte. Mereka mendongakan kepalanya menoleh ke arah seorang gadis yang berambut gelombang, berkulit putih dan berwajah cantik di ikuti oleh dua orang gadis yang berdiri di belakang mereka. Raut wajah gritte berubah derastis, seakan ketakutan melihat mereka.
"kalian siapa?" tanya prilly
"oh, jadi kau ini murid baru? Kenalin. Aku siska suregar, dan mereka berdua salsa dan sesil" jawab wanita bernama siska itu seraya memperkenalkan dirinya dan kedua temannya.
"oh" prilly hanya ber oh riah memebuat siska kesal, gadis itu menghentakan kaki kananya membuat perhatian prilly kembali tertuju kepadanya.
"eh, kau tau. Aku wanita tercantik di sekolah ini. Aku yang berkuasa dan semua harus tunduk kepadaku. Aku tak perduli bahwa kau ini murid baru atau lama, yang jelas kau harus tunduk kepadaku dan jangan pernah dekat-dekat dengan ali karna dia milikku. Kau paham?" jelasnya membuat kening prilly berkerut. Dengan PD-nye mereka berkata sperti itu kepada prilly.
"memangnya kau ini siapanya ali?" tanya prilly membuat siska diam mencari jawaban.
"dia pacar, eh, belum. Tapi akan menuju" jawab salah satu teman siska yang bernama sesil. Gadis yang berada di sampingnya langsung menatap geram ke arah sesil hingga ia diam dan menundukan kepalanya.
"oh. Aku jelaskan, aku dan ali-ali itu sama skali tidak saling kenal. Jadi berhentilah bertanya tentang aku dan dia. Soal foto itu. Aku rasa kalian salah paham" geram prilly tak terhankan.
"beraninya kau membentakku" siska ikut geram. Ia menarik kera baju milik prilly dengan cepat
"kau sadar sedang berhadapan dengan siapa huh?" cetusnya memberi penekanan nada di tiap tutur katanya.
"apa peduliku" balas prilly acuh. Siska langsung menghempaskan tubuh prilly hingga tersungkur di atas lantai. Membernya sedikit luka di bagian lutut
"prilly" panik gritte ingin menolong prilly namun di hadang oleh salsa salah satu teman siska.
"siska!!!!" teriak seorang pria membuat siska dan yang lainnya menoleh ke arah sumber suara.
"al?" gumam siska pelang. Al tak memperdulikan siska and the geng, ia berjalan lalu membantu prilly untuk berdiri. Gadis itu sedikit meringis kesakitan akibat luka di lutunya mmebuatnya sedikit susah untuk berdiri tegak.
"ckckck. Kalian ini tidak berubah" decak varrel ikut menyaut.
"apa pedulimu" timpal siska
"al, kamu lihatkan kelakuan dia. Dia ini baru sehari sudah memalukan sekolah ini" lanjunya tertuju pada al. Pria bertubuh atletis itu tak memperdulikan mereka, ia langsung berjalan sembari menopang tubuh prilly di ikuti oleh varrel. Semua siswa di ruangan itu tertegun melihat al yang berperilaku baik kepada prilly. Sebagian dari mereka merasa cemburu dan sebagian pula merasa geram. Prilly hanya diam, ia sedikit bingung dengan tungah al yang berubah dari sebelumnya, ia merasa siswa di sekolah ini memiliki kepribadian ganda. Saat mereka berada di koridor tiba-tiba ali datang dan menarik tangan prilly ingin membawanya pergi dari al. Akan tetapi pria bertubuh atletis itu tak membiarkan gadis itu pergi, ia pun ikut menarik tangan prilly sehingga terjadilah tatapan tajam di antara al dan ali...
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar