Advertisement

Advertisement

Cerbung "Suffer" Part 2

Genre : Funny, Sad
suasana indonesia membuat prilly mengingat kenangannya bersama sang bunda. Wanita yang telah melahirkannya.
Ia menoleh kanan kiri di sepanjang jalan ternyata suasana indonesia tak berubah, prikirnya. Sebuah mobil jaz hitam menjadi pengantarnya pada tempat tujuan bersama seorang pria yang sejak tadi hanya sibuk memandang dari arah luar jendela.
"pak? Kita berhenti di depan ya" saut ali di iyakan oleh sang supir. Prilly menoleh ke arah ali sekilas lalu kembali fokus dengan jendela di sampingnya. Tak lama kemudian mobil yang di naiki pun berhenti. Ali turun dari mobil lalu menghampiri seorang wanita yang bertubuh jangkung sedang berdiri di tepi jalan.
"selamat datang pak!" saut wanita itu membungkukkan kepalanya sejenak seraya menghormati ali.
"bagaimana kabar kamu?" tanya ali.
"baik pak" balas wanita itu ramah
"ohya, di dalam mobil ada gadis, aku pengen kau mengurusi kebutuhannya dan bawa dia ke apartemenku. Tapi ingat, ayah tidak boleh tau ini semua" pintanya tegas
"baik pak" jawab wanita itu sembari membungkukkan badannya sejenak lalu berjalan memasuki mobil yang di tumpangi oleh ali tadi.
Prilly mengerutkan jidatnya saat melihat wanita itu masuk kedalam mobil. Ia melirik ke arah name tag wanita itu ternyata dia seorang sekertaris bernama dewi rastanti. Berwajah cantik, berkulit langsat dan berpakaian minim.
"ali mana?" tanyanya heran. Wanita yang bernama dewi itu tersenyum kecil ke arah prilly
"pak ali sedang ada urusan. Dan saya sekertarisnya di tugaskan untuk membawa anda ke apartemen miliknya dan mengurus keperluan anda" balas dewi dengan ramah.
"pak ali?" ulang prilly mendapatkan anggukan kecil oleh dewi "iya, pak ali. Dia adalah pewaris group cullen" prilly langsung mengerti, ternyata ali adalah salah satu pengusaha terkaya di indonesia. Bahkan group cullen juga mempunyai cabang di jerman dan malaysia.
"pak. Ayo kita jalan" saut dewi di angguki oleh sang supir berpakaian serba hitam layaknya seorang bodyguard.
******
ali berjalan memasuki sebuah gedung yang cukup tinggi. Di depan gedung itu tertara sebuah tulisan besar bahwa itu adalah milik group cullen. Ia berjalan memasuki gedung itu membuat semua karyawati terpesona kepadanya, semua membungkukkan sedikit badannya seraya memberi hormat dan ada pula yang mengagumi ketampanan ali.
"itu kan pak ali? Ya ampun, dia semakin tampan dari jerman"
"pasti semua wanita terpikat kepadanya"
"ya jelas! Dia kan sangat tampan dan keren"
begitulah komentar para karyawan dan pegawai-pegawai di tempat itu. Ali hanya terus berjalan tak memperdulikan mereka, bahkan wajahnya tak menampakkan senyum sedikitpun. Ia memasuki lift lalu berhenti pada lantai 25.
"ayah?" sautnya saat sudah berada di sebuah ruangan yang cukup luas. Ia menghampiri seorang pria paru baya mengenakan kaca mata tengah duduk di sebuah kursi hitam. Di hadapannya tertara sebuah name tag sebagai tanda direktur utama di perusahaan itu. Ali tersenyum, begitu pula dengan pria itu. Mereka saling berpelukan sejenak melepaskan rasa rindu satu sama lain.
"bagaimana keadaan ayah?" tanya ali
"ayah baik-baik saja. Kamu sendiri? Ohh kamu semakin tampan" puji pria paru baya itu membuat ali tersenyum simpul. Setelah berbincang-bincang mereka berjalan menuju sebuah ruangan yang tertara meja panjang di lengkapi dengan kursi-kursi yang berjejer di samping meja itu. Banyak pria berjaz di dalam sana, mereka menoleh menjadikan ali dan ayahnya pusat perhatian saat memasuki ruangan itu.
"selamat siang" saut ayah ali lalu duduk di sebuah kursi khusus untuknya bersamaan dengan ali yang duduk tepat di sampingnya
"siang pak" balas semua pria berjaz serentak.
******
senja telah tiba, warna jingga telah terukir di langit pertandakan matahari sebentar lagi akan tergantikan oleh malam. Senja terlihat begitu jelas saat prilly berdiri di balkon apartemen milik ali. Ia terus menatap ke arah langit jingga sambil menikmati udara hangat.
"kau sedang apa?" saut dewi membuat prilly menoleh ke arahnya.
"eh, lagi nikmati senja" balas prilly memberi senyum di raut wajahnya. Dewi ikut berdiri tepat di samping prilly seraya ikut memandang langit senja. Ia menyandarkan pada pembatas balkon lalu meletakkan tangannya di pembatas itu.
"kau tau? Kau adalah gadis yang sangat beruntung" prilly kembali menoleh ke arahnya, jidatnya berkerut pertanda ia tak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh wanita itu.
"maksud kamu?"
"kau adalah wanita pertama di bawa oleh pak ali kesini. Selama ini yang aku tau pak ali orangnya sangat tertutup" jawab dewi tampa mengubah posisinya.
"aku wanita beruntung? Menurutku kau salah. Aku adalah wanita yang sangat malang. Tiap hari aku menderita dan selalu sendiri" balas prilly membenarkan ucapan dewi.
"apa pak ali berlaku kasar kepadamu?" prilly kembali menoleh ke arahnya. Pikirannya bertanya kenapa gadis itu bisa tau?
"terkadang" jawabnya seadannya.
"ternyata pak ali belum berubah. Ohya, kita masuk yuk, pakaian kamu sudah siap"
"pakaian?" ulang prilly. Dewi mengangguk "iya, pak ali ingin anda memakai pakaian yang sudah di sediakan untuk anda, dan anda tidak boleh menolaknya" prilly hanya mendengus pasrah, ia sudah kerap menjadi anak buah yang harus mematuhi apapun keinginan ali. Ia tak bisa menolak jika hal itu sudah menyangkut tentang ali. Pria yang sudah menjadikannya sebagai wanita simpanan.
Setelah berganti pakaian, prilly berjalan menuju ruang makan. Ia tercekang tak percaya melihat banyaknya hidangan di atas meja makan yang sudah tersediah.
"silahkan nyonya" saut seorang wanita yang memakai seragam berwarna hitam bercampur dengan putih pertanda ia adalah seorang pelayang di apartemen itu. Tak cuman dia, di sampingnya berdiri dua orang wanita dan dua orang pria berpakaian hitam putih.
"i__ini semua untuk saya?" tanya prilly menunjjuk dirinya sendiri.
"iya nyonya" balas wanita tadi. Prilly menelan luda berat lalu duduk di sebuah kursi yang tersedia untuknya.
"ohya, dewi mana?" tanya prilly lagi.
"non dewi katanya balik ke kantor" balas sang pelayang. Prilly diam sejenak lalu kembali fokus dengan makanan yang berada di hadapannya.
******
kicauan-kicauan burung berdendang ria di dahan pohon, tetesan bening embun pagi berkeliling manja menyentuh pucuk bunga dan membuatnya kembang merekah, lantas menetes menyentuh pucuk rerumputan. Cahaya matahri menghangatkan suasana, merambat ke tiap permukaan bumi menembus jendela ruangan yang menjadi tempat peristirahatan prilly. Gadis itu menggeliat bagaikan cacin kepanasan, kedua matanya terasa perih akibat terik matahari yang menerpanya.
"emmhhhh.." keluhnya merasa ingin melanjutkan tidurnya.
"prill?" sapa seorang wanita membuat prilly terkejut. Ia langsung terbangun lalu memposisikan dirinya stengah duduk.
"dewi?" kagetnya. Wanita di hadapannya tersenyum simpul "gimana tidurnya? Nyenyak?" tanyanya. Prilly hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu kedua matanya menoleh ke arah belakang dewi mendapati dua orang wanita memakai seragam pelayan khas apartemen ali sedang memegang sebiuah seragam sekolah lengkap beserta tas, dan sepatu.
"itu untuk apa?" tanya prilly. Kedua matanya masih menatap ke arah semula.
"oh, itu.. Ini seragam sekolah kamu. Kata pak ali mulai sekarang kau akan ikut sekolah di HSC" jawab dewi membuat prilly kembali terkejut.
"apa? Sekolah?"
"iya. Bukannya kau ini berhenti sekolah saat kelas 2 SMA? Aku tau itu dari pak ali" ucap dewi membuat prilly menarik nafas panjang.
"haruskah? Tapi aku bayar sekolah pakai uang apa? Aku tidak punya siapa-siapa disini dan melihat seragamnya saja pasti sekolah itu sangat mewah" Dewi kembali tersenyum mendengar rancau prilly.
"kau tenang saja. Ini semua pak ali yang urus. Kau akan sekolah di high school cullen milik keluarganya"
"oh, begitu" semangat prilly langsung menurun, ia merasa hidup serba mewah saat ia bersama ali. Sejujjurnya ia tak ingin hidup seperti ini, tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah menjadi perjanjian sejak awal dan ia merasa tak bisa menolak apapun keinginan ali.
******
prilly membelalakan kedua matanya saat melihat sekolah barunya yang bertingkat tiga lengkap dengan halaman yang sangat luas nan bersih tampa sehelai sampahpun. Kedua kaki-kaki mungilnya terasa kaku dan tak sanggup menurunkan kakiknya dari mobil mewah hitam yang membawanya.
"sudah sampai non." saut sang supir membuat prilly terkejut
"ah.. Iya" dengan susah payah ia turun dari mobil mewah itu, kedua matanya masih terus menatap keindahan sekolah itu. Bahkan di saat ia masih menjadi orang berada, sekolahnya tak semewah ini. Sejenak ia menelan ludah lalu mulai menarik langkah memasuki pekarangan sekolah itu. Di sana sudah banyak siswa yang memakai seragam lengkap dengan jaz hitam masing-masing, sama persis dengan yang ia pakai. Di setiap koridor sekolah, tak ada satupun siswa yang mengajaknya berbicara. ,mereka hanya menatap heran ke arah sisi sambil membicarakannya yang tidak-tidak.
"eh, ada murid baru rupanya" langkah prilly langsung terhenti saat melihat dua orang pria yang berada di hadapannya dengan pose memasukkan kedua tangannya di saku celana miliknya. Pria itu tersenyum kecil tak melepas tatapannya dari prilly.
"prilly latuconsina?.. Mmm nama yang bagus" ucap salah satu dari mereka saat melihat name tag yang tertara di jaz milik prilly. Prilly pun menujukan kedua matanya mengarah name tag kedua pria itu. Pria yang bertubuh atletis berwajah tampan bernama al ghazali kohler, sedangkan pria berwajah tampan berkulit putih di sampinnya bernama varrel bramasta.
"maaf, ruang kepsek dimana yah?" tanya prilly sedikit gugup
"ruang kepsek? Bro? Kau tau ruang kepsek di mana?" tanya pria bernama al ghazali itu.
"ah.. Aku lupa" jawab varrel memberi nada canda seakan ingin mengerjai gadis yang berada di hadapannya. Prilly mengdengus kesal akan perlakuan mereka terhadapnya.
"EH, ALIANDO DATANG..!!!!" teriak seorang wanita yang berlarian tak menentuh
"aliando? Anak pemilik sekolah ini? Yang cakep itu?" seketika wanita lain ikut heboh saat mendengar nama aliando.
"ahha aliando. Pangeranku" siswa-siswi pun berlarian melewati al, varrel dan prilly satu persatu.
"aliando?" gumam hati prilly.
"sial, dia balik lagi" kini raut wajah al berubah menjadi kesal, ia menarik langkah panjang lalu di ikuti oleh varrel meninggalkan prilly tampa sepatah katapun.
Dalam seketika ali sudah menjadi pusat perhatian para kaum hawa. Ali tak memperdulikan hal itu, ia merasa semua wanita itu adalah wanita yang tak tau diri selalu mengejarnya. Ia sudah kerap menjadi pujaan para wanita namun tak satupun wanita yang menjadi dambaannya. Bahkan angel yang berdara jerman berpras cantik hanya menjadi mainan untuknya.
Langkah-demi langkah ali lewati dengan wajah cool, tak satupun wanita menjadi perhatiannya hingga kedua matanya menagkap seorang gadis yang berdiri di hadapannya, ia melangkah berhenti sejenak tepat di samping prilly
"kau harus berpura-pura untuk tidak mengenalku, dan aku juga begitu. Kita tidak boleh saling berbicara layaknya saling kenal. Kau tau? Jika kau berperilaku sperti itu, kau akan aku siska" ancam ali membuat prilly tercekang. Ali melanjutkan langkahnya membuat para kaum hawa mengekor di belakangnya layaknya seorang bodyguard.
Prilly berjalan dengan tak percaya diri menuju kelas miliknya, kata pak kepsek ia di tempatkan di kelas 3BIOLOGI, raut wajahnya sangatlah murung, kedua matanya menoleh ke arah atas lalu ia berhenti pada sebuah kels yang di depannya tertulis jelas 3biologi. Sesaat ia terkejut mendapati dua orang pria yang berada di hadapannya tengah saling memandang dengan tatapan tajam bagaikan berdiri di antara kobaran api. Al dan ali terus bertatapan hingga salah satu dari mereka mengambil langkah hingga jarak di antara mereka semakin dekat.
"akhirnya loe datang juga" saut al tersenyum licik
"kau merindukanku?" balas ali datar tampa melepas tatapan tajamnya.
"ya ampun, pasti mereka bakal berantem lagi" saut seorang wanita yang berkepang dua. Prilly langsung menoleh ke arah wanita itu lalu mendekatinya
"apa mereka berteman?" tanya prilly.
"kau bodoh! Mereka itu bermusuhan" balas wanita berkepang dua itu tampa menoleh ke arah prilly. Prrilly kini hanyalah acuh, ia memutar kedua bola matanya lalu mencari bangku kosong untuknya nanti.
Bersambung..

Tag: , ,

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas