Jam menunjukkan pukul 3 siang, Dinda membangunkanku untuk shalat ashar dan bantu2 di dapur pesantren.
"Yuk, cuz ke masjid." Ucap Dinda sembari menyambar alat shalatnya di nakas kamar.
"Ok"
"Yuk, cuz ke masjid." Ucap Dinda sembari menyambar alat shalatnya di nakas kamar.
"Ok"
Saat aku dan Dinda berjalan menuju masjid tiba2 seseorang memanggilku dari belakang.
"Eh Prill, tunggu." Teriaknya dari kejauhan.
Aku pun langsung menoleh ke arah sumber suara, ternyata Ali sedang berlari kecil ke arahku.
"Ada apa Li?" Tanyaku bingung.
"Itu tadi umi pengen ketemu kamu."
"Oh iya nanti setelah shalat aq ke rumah."
"Eeekkhhhmmm gak inget ada gue yah?" Senggolan dari sampingku membuat aku dan Ali menoleh seketika. OMG sampek lupa di sebelah masih ada Dinda.
"Emmz yaudah Prill, aku ke masjid duluan, Assalamualaikum."
"Iya, waalaikumsalam." Ucapku dan Dinda bersamaan.
"Eh Prill, tunggu." Teriaknya dari kejauhan.
Aku pun langsung menoleh ke arah sumber suara, ternyata Ali sedang berlari kecil ke arahku.
"Ada apa Li?" Tanyaku bingung.
"Itu tadi umi pengen ketemu kamu."
"Oh iya nanti setelah shalat aq ke rumah."
"Eeekkhhhmmm gak inget ada gue yah?" Senggolan dari sampingku membuat aku dan Ali menoleh seketika. OMG sampek lupa di sebelah masih ada Dinda.
"Emmz yaudah Prill, aku ke masjid duluan, Assalamualaikum."
"Iya, waalaikumsalam." Ucapku dan Dinda bersamaan.
Adzan pun berkumandang. Subhanallah indah banget, siapa yang sedang adzan itu.
"Din, yang adzan siapa yah?" Tanyaku ke Dinda.
"Eh pake acara sok lupa lo Prill, orangnya baru aja ilang noh."
"Ali maksud kamu?"
"Yaiyalah sape lgi."
"Din, yang adzan siapa yah?" Tanyaku ke Dinda.
"Eh pake acara sok lupa lo Prill, orangnya baru aja ilang noh."
"Ali maksud kamu?"
"Yaiyalah sape lgi."
Sebelum adzan selesai, di dalam masjid aku hanya duduk menikmati lantunan2 adzan yang di ucapkan Ali, hingga tanpa sadar Dinda dari tadi merhatiin aku.
"Semangat amat neng denger adzannya." Ucapnya menggodaku.
"Kalo kita meninggal belum tentu kita bisa denger adzan lagi." Sahutku tanpa menoleh ke arahnya.
"Bukan karena yang adzan Ali kan?" Ucapannya membuatku menoleh seketika.
"Apaan sih kamu, yang adzan siapa aja pun wajib di dengerin tau."
"Oh kirain karena Ali."
"Semangat amat neng denger adzannya." Ucapnya menggodaku.
"Kalo kita meninggal belum tentu kita bisa denger adzan lagi." Sahutku tanpa menoleh ke arahnya.
"Bukan karena yang adzan Ali kan?" Ucapannya membuatku menoleh seketika.
"Apaan sih kamu, yang adzan siapa aja pun wajib di dengerin tau."
"Oh kirain karena Ali."
Shalat ashar pun selesai, seperti janjiku tadi, aku langsung menuju rumah umi.
Tok..tok..tok.. "assalamualaikum." Seruku sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam, eh Prilly, masuk sayang."
Aku pun masuk ke dalam. Di dalam rumah ada banyak berbagai jenis piala, setelah aku baca ternyata sebagian besar piala milik Ali, ada lomba adzan, tauziah, dan lain sebagainya.
"Prill, nanti kamu buka di sini yah." Tawar umi.
"Eemmz, Prilly buka sama yang laen di asrama aja deh umi, gak enak sama yang laennya juga."
"Udah gpp nanti kamu buka disini, Kaia sedang gak dirumah jadi kamu bisa temenin umi, n kalo misalnya kamu gak krasan tidur di asrama bisa tidur di sini kok."
"Makasih umi, iya nanti aku usahain buka disini, kalau begitu prilly permisi ya umi, mau beresin barang2 prilly tadi."
"Iya."
Aku pun langsung mencium punggung tangan umi dan beranjak pergi.
"Assalamualaikum umi."
"Waalaikumsalam."
Tok..tok..tok.. "assalamualaikum." Seruku sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam, eh Prilly, masuk sayang."
Aku pun masuk ke dalam. Di dalam rumah ada banyak berbagai jenis piala, setelah aku baca ternyata sebagian besar piala milik Ali, ada lomba adzan, tauziah, dan lain sebagainya.
"Prill, nanti kamu buka di sini yah." Tawar umi.
"Eemmz, Prilly buka sama yang laen di asrama aja deh umi, gak enak sama yang laennya juga."
"Udah gpp nanti kamu buka disini, Kaia sedang gak dirumah jadi kamu bisa temenin umi, n kalo misalnya kamu gak krasan tidur di asrama bisa tidur di sini kok."
"Makasih umi, iya nanti aku usahain buka disini, kalau begitu prilly permisi ya umi, mau beresin barang2 prilly tadi."
"Iya."
Aku pun langsung mencium punggung tangan umi dan beranjak pergi.
"Assalamualaikum umi."
"Waalaikumsalam."
* cinta punya banyak cara untuk mempertemukan pelakunya, dan cinta itu tumbuh bukan karna paksaan atau pun lain sebagainya, karena cinta yang murni dari hati ialah cinta sejati. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar