Advertisement

Advertisement

Cerbung Prilly dan Aliando "Menunggu" Part 5


Prilly melepaskan genggaman tangan Ali saat melihat Bani datang. Ali yang kaget atas perlakuan Prilly tadi pun terheran-heran.
"Lo kemana saja sih? Gue kangen sama elo tau." ucap Prilly manja. Bani kaget mendengarnya. Begitu pun Ali. Ia lebih kaget lagi dan tidak percaya dengan semua yang terjadi di sini sekarang.
Hati Ali kembali panas saat Prilly tiba-tiba memeluk pria itu yang kerap dipanggil Bani saat Bani baru saja di sampingnya. "Gue gak akan pernah maafin lo kalau lo berani lagi ninggalin gue bertahun-tahun sampai ke luar negeri." ucap Prilly seraya melepas pelukannya.
"Prill.. Lo ternyata sudah ingat gue Prill?" tanya Bani seraya menatap Prilly tak percaya.
"Lo ngomong apa sih? Ya ingatlah. Lo itu orang yang paling nyebelin. Oh iya by the way lo tau gak dia siapa?" tanya Prilly sambil menunjuk Ali.
"Lo gak tau dia siapa?" Bani terlihat kaget dan tak percaya. Mana mungkin Prilly bisa lupa dengan calon suaminya itu.
"Nggak." Prilly menggeleng pelan kepalanya.
Bani mengerutkan keningnya. Ia kemudian menoleh pada Ali. "Apa jangan-jangan sebagian memory Prilly hilang dan memory dulu yang hilang malah kembali muncul. Ia tiba-tiba saja mengingatku dan kali ini ia malah melupakan cowok itu." batin Bani menyimpulkan.
Ali, ia nampak tersenyum pilu pada Prilly. Walaupun ia sangat sedih sekali karena Prilly jadi tidak bisa mengingatnya lagi, tetapi ia sangat bersyukur karena Prilly akhirnya bisa sadar kembali dari masa komanya itu. Jika memang benar gadis itu tidak bisa mengingatnya lagi maka Ali berjanji akan mengisi memory Prilly dengan dirinya sampai ia kembali mencintainya lagi. Ali akan tetap terus MENUNGGU sampai waktu itu tiba.
"Prilly...." panggilan nyaring dari seorang perempuan blasteran itu mengagetkan Prilly, Ali dan Bani. Perempuan itu menyingkirkan Bani dan langsung memeluk Prilly dengan sangat erat.
"A-auwww sakitt!" rintih Prilly. Perempuan yang mirip bule itu pun langsung melepaskan pelukannya.
"Ehh maafin gue Prill.. Habis gue kangen dan khawatir banget sama elo. Lo sekarang sudah mendingan kan?? Duh... Sumpah, gue kaget dan shok banget waktu dapet berita lo masuk rumah sakit gara-gara kecelakaan. Gue takut lo kenapa-napa tau." perempuan itu terus ribut mengkhawatirkan Prilly. Wajahnya nampak sedih memandang Prilly yang masih lemah di ranjang rumah sakit itu.
"Gue gapapa kok. Dan terimakasih atas perhatiannya. Emm, tapi maaf sebenarnya lo siapa ya?" tanya Prilly dengan hati-hati karena takut menyinggung perempuan itu.
Perempuan itu langsung shok. Ia menutup mulutnya yang menganga dengan kedua telapak tangannya seraya menggelengkan kepalanya. "Gak mungkin! Gak mungkin lo lupa sama gue?! Lo lagi bercanda kan Prill? Haha lo mah suka gitu ah~" perempuan itu meneloyor tubuh Prilly sampai gadis itu terdorong ke samping. Ia melakukan itu karena takut kalau perkataan sahabatnya itu benar, dia tidak mengingat dirinya.
"Gue gak bercanda. Gue gak kenal sama lo dan dia." sahut Prilly dengan serius sembari ia menunjuk Ali.
Perempuan itu pun menoleh pada Ali. Sontak ia pun kaget dan tidak percaya. "Ali?" perempuan itu kembali menoleh pada Prilly. Ia semakin khawatir saja dengan Prilly. "Prilly, lo gak bohong kan? Masa lo lupa sih sama gue dan Ali?" tanya perempuan itu untuk memastikan perkataan sahabatnya itu.
"Sumpah demi apapun gue ga bohong. Dan siapa Ali?" Prilly kembali bertanya.
"D-dia." balas perempuan itu sambil menunjuk Ali yang mimik mukanya sudah terlanjur sedih.
Prilly menatap Ali dan memiringkan kepalanya. Ia menatap dalam pada pria itu untuk memastikan apa dia mengenalnya. Lalu dia menoleh pada perempuan itu kembali.
"Gue tidak mengenal pria itu. Memangnya dia siapanya gue?" tanya Prilly pada perempuan itu.
Mendengar pertanyaan itu membuat Bani jadi kaget dan khawatir. Ia takut perempuan itu mengatakan bahwa Ali adalah calon suami Prilly. Pria yang kemarin malam yang akan melamar Prilly.
"Dia... Emmm!!!?" perempuan itu mendelik tajam pada Ali karena pria itu malah menutup mulutnya saat hendak menjawab pertanyaan Prilly tadi. "Bilang saja gue sahabatnya sama kayak lo." bisik Ali di telinganya. Perempuan itu mengernyitkan keningnya tanda ia tak mengerti maksud Ali. "Ini belum waktunya untuk menjelaskan semuanya. Lo paham kan Prilly lagi sakit. Jadi, butuh waktu untuk menyelesaikan ini sampai Prilly sehat dan siap untuk mendengarnya." bisik Ali lagi. Perempuan itu pun mengangguk mengerti. Lantas Ali melepaskan tangannya dari mulut pria itu.
Perempuan itu kembali menoleh pada Prilly. "Dia sahabat lo juga Prill. Sahabat lo di kampus." jawab perempuan itu pada Prilly. Bani pun menghela napas lega setelah mendengar jawaban itu.
"Berarti lo juga sahabat gue di kampus?" tanya Prilly langsung disahuti anggukan perempuan itu.
"Gue aja gak tau kalau gue itu ngampus. Mmm nama lo siapa?"
"Jane." jawab perempuan itu. Prilly pun mengangguk mengerti.
"Maaf ya kalau gue lupa sama kalian. Gue aja lupa kenapa gue bisa ada di sini. Memangnya gue kecelakaan apa ya? Kok sampai gue gak ingat kalian dan kampus gue?"
"Lo korban tabrak lari Prill saat lo ngambil pesanaan kue di teman nyokap lo." jawab Jane.
"Nyokap gue pesen kue buat apa ya? Kok gue yang ambil pesanannya? Kenapa gak bi Yuli aja?" Prilly terus bertanya karena ia tidak tau apa-apa.
"Itu~" Jane melirik Ali untuk meminta jawaban darinya. Ali yang paham dengan code dari Jane pun langsung menjawabnya dengan gelengan kepala. Jane menghela napas dan kembali menatap Prilly.
"Itu pesanan kue buat acara arisan nyokap lo Prill. Lo yang ngambil karena bi Yuli lagi gak ada di rumah." sahut Jane dengan dusta. Padahal kejadian sebenarnya kue itu dipesan untuk acara lamaran Prilly dan Ali. Dan karena saking senang dan semangatnya akan dilamar Ali, Prilly jadi ingin mengambil pesanan itu sendiri.
"Ohh gitu." ucap Prilly sembari mengangguk paham. Bani tersenyum dengan kejadian ini. Sedangkan Ali dan Jane saling berpandangan dengan wajah murung. Mereka sedih dengan musibah yang menimpa Prilly.
***
Ali baru saja keluar dari mobilnya dan kemudian ia berjalan menuju kelas mata kuliahnya. Ia berjalan sambil melamuni sesuatu. Ia nampak tak bersemangat sekali. Ingatan kejadian kemarin pun terngiang kembali di kepalanya.
Flashback on!
"Jadi, Prilly terkena amnesia gara-gara luka di kepalanya itu Dok?" tanya Ali pada dokter.
"Ya. Ia akan lupa dengan ingatan kejadian saat ia kecelakaan sampai ingatan 2 tahun yang lalu dan setelah diperiksa lagi ternyata memory-nya yang dulu hilang sekarang malah kembali lagi." sahut dokter dengan seksama.
"Apa? Apa dulu Prilly pernah kecelakaan?" tanya Ali lagi karena kaget mendengar penjelasan dokter tadi.
"Ya dari hasil pemeriksaan ia punya luka lama di kepalanya."
"Baik Dokter, terimakasih atas penjelasannya." ucap ali sangat lirih. Dokter itu pun mengangguk dan pergi meninggalkannya.
Flashback off.
Ali menghentikan langkah kakinya dan kemudian ia menghela napas panjang. Ali menengadah menatap langit. Ia menyipitkan matanya saat silauan sinar matahari mengenai matanya. Ia lalu mengangkat lengannya ke langit dan menggenggamnya kuat (yang pernah nonton the last naruto pasti tau gaya Naruto waktu dia bilang akan berjanji akan pergi ke bulan untuk menyelamatkan Hinata. Nah gaya Ali sekarang seperti Naruto di The Last Naruto the movie. Haha si author memang suka anime).
"Aku berjanji akan membuat Prilly seperti dulu lagi. Aku akan membuatnya mencintaiku lagi seperti dulu." cetus Ali dalam hatinya bersungguh-sungguh.
***
Seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut dibiarkan menyapa udara tengah berjalan di koridor Universitas Padjadjaran. Ia nampak bingung menoleh kanan kiri untuk melihat beberapa ruangan yang dilewatinya. Ia kadang berdecak kesal karena ruang materi kuliahnya tidak ditemukan juga. Padahal sudah sejam lebih dia mencarinya. Ia pun berhenti sejenak untuk istirahat.
"Hufft ini kampus luas banget sihh.. Kaki gue pegel, gak kuat buat jalan lagi." keluh gadis itu yang ternyata adalah Prilly. Ia menyeka keringat di keningnya dengan punggung tangannya sendiri.
Kebetulan Prilly menemukan bangku di depannya dan ia langsung mendudukinya. Ia begitu lelah. Ia mengibaskan lehernya yang berkeringat dengan buku materi kuliahnya. Mungkin gara-gara baru keluar dari rumah sakit, Prilly jadi cepat lelah dan berkeringat.
Prily menyenderkan tubuhnya dan mengatur napasnya sampai dia tenang. Matanya sayu, wajahnya pucat. Ia pun menoleh ke kiri melihat orang-orang berlalu lalang di koridor maupun lorong kampus dan lalu ia menoleh ke kanan.
"Aaaa!!!" Prilly menjerit kaget saat melihat Ali tiba-tiba duduk di sampingnya.
"Biasa aja kali. Kayak yang habis liat hantu aja." celetuk Ali.
"Habis lo memang kayak hantu. Datang tiba-tiba tanpa kasih tau. Bikin kaget aja." seru Prilly langsung memukul paha Ali.
"Auwww!!!" Ali memekik kesakitan.
"E-eh sakit ya? Maafin..." Prilly nampak merasa bersalah. Wajahnya merasa sangat cemas. Ali yang menatap wajahnya pun jadi salah tingkah.
"I-iya gapapa." ucap Ali sedikit grogi.
"Beneran nih gapapa? Gue takut lo gak mau jadi sahabat gue lagi gara-gara gue mukul elo." ucap Prilly sambil mukanya ditekuk.
"Aelahhh gini doang mah ya gak akan dong Prill.. Iiihhh gemes banget deh sama kelakuan aneh lo." Ali langsung mencubit gemas pipi Prilly. Jujur saja itu pertama kalinya Ali mencubit gemas pipi Prilly. Padahal ia ingin melakukan itu saat mereka sudah menikah. Ia ingin saat mereka menikah, Prilly akan terus bermanja-manja dengannya sampai ajal menjemput mereka masing-masing.
"Auwww sakitt Ali..." rengek Prilly. Namun Ali tak menggubrisnya. Malah tangannya terus menempel di pipi Prilly. Bahkan sampai sedikit mengelusnya.
"Alii??" Panggil Prilly karena dirinya jadi sedikit grogi saat Ali memandanginya begitu intens.
"Aaaliiii!!!!" akhirnya Prilly mengeluarkan suara 8 oktavnya.
"Apa?" Ali gelagapan. Ia langsung menatap matan Prilly kaget.
"Kok lo ngeliatin gue gitu amat sih?" tanya Prilly heran.
Ali mengangkat kedua alisnya saat mendengar pertanyaan Prilly tadi. "Ng-nggak.. gue cuman inget kejadian yang menimpa lo doang kok Prill. Gue takut kehilangan lo." sahut Ali terdengar lirih sekali saat di kalimat terakhirnya.
"Maksud lo?" Prilly sedikit kaget dengan perkataan Ali tadi. Dia jadi berpikiran aneh-aneh pada Ali. Dia malah berpikir Ali diam-diam suka sama dia.
"Eh maksud gue, gue takut kehilangan sahabat gue yang super aneh dan bawel ini hahaha." sahut Ali langsung cekakak-cekikik gak jelas.
"Iiiiiihhhh dasar cowok tengil!" Prilly pun jadi ngambek tapi akhirnya dia pun ikutan ketawa juga.
Keduanya nampak sangat bersahabat sekali, tapi padahal dulu mereka saling mencintai. Walau dulu mereka tidak tau kalau mereka saling mencintai karena mereka mencintai dalam diam, namun Tuhan menakdirkan mereka untuk disatukan dalam pernikahan. Tapi sayang, saat mereka akan menikah, mereka harus menghadapi ujian dulu sampai mereka kembali saling mencintai lagi. Itu mungkin ujian dari Tuhan untuk mereka agar mereka tak akan pernah bisa dipisahkan selama-lamanya. Tuhan ingin menguji kebesaran dan ketulusan cinta mereka. Semoga mereka kembali bersatu lagi.
"Oh ya Prill lo tadi lagi nyari apaan sihh?" tanya Ali kemudian setelah mereka berhenti tertawa.
"Gue nyari kelas mata kuliah gue, Li. Lo tau gak kelas bahasa Inggris di mana? Gue dari tadi muter-muterin ni kampus gak ketemu mulu." sahut Prilly cemberut.
"Tau kok. Nanti gue anterin lo ke sana ya." ucap Ali sangat lembut.
"Okay makasih ya Li. Mmm gue jadi merasa sangat bersalah nih karena gue sudah lupain lo kalau lo adalah sahabat gue. Lo itu baiiiikkk banget. Walaupun ya agak nyebelin tapi setidaknya lo bisa bikin gue ketawa ngakak kayak tadi lah." ucap Prilly sangat senang.
Deg!!!
Entah mengapa ucapan Prilly tadi malah membuat Ali sedih lagi. Sebenarnya dia bukan sahabat Prilly tapi calon suaminya. Mereka dulu saling mencintai. Ali kembali mengingat masa lalu dengan Prilly saat dia diam-diam menyukai Prilly, dan lama kemudian mencintai Prilly. Dan ternyata diam-diam Prilly pun mencintainya juga.
Saat Ali tau Prilly mencintainya, ia langsung saja dengan mantap mengajak Prilly untuk menikah dan gadis itu juga langsung saja mensetujuinya. Namun nahas sekali, kenapa saat acara pelamaran, kecelakaan itu malah terjadi menimpa Prilly? Kenapa sampai merenggut ingatan Prilly tentang dirinya? Kenapa Prilly malah jadi memilih pria lain? Kenapa???
"Ali?" Prilly memanggil nama Ali lagi dengan wajah cemas.
"Ya?" Ali pun sadar dari lamunannya.
"Kenapa lo nangis?" tanya Prilly masih menatap cemas pada Ali.
"Gue gapapa kok." sahut Ali lirih seraya menghapus air matanya itu.
"Lo baik-baik saja kan?"
"Ya, gue baik-baik saja kok. Oh iya katanya mau dianterin ke ruang bahasa inggris? Ayo, ntar dosennya keburi dateng loh." ucap Ali sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya gue sampai lupa. Ya udah yuk! Eh iya Li, ntar anterin gue ketemu sama Jane ya..." ucap Prilly kembali riang.
"Siap bos!" Ali pun menyahutinya dengan gaya salam hormat. Keduanya berjalan berdampingan sambil lanjut bercerita dan cekikikan bersama.
Tak apa dia tak mengingatku. Yang penting sekarang aku masih bisa bersamanya sampai aku meminangnya kembali. Batin Ali tersenyum.
Bersambung...

Tag:

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas