Advertisement

Advertisement

Cerbung Aliandi Prilly "Strange Woman" Part 3


"Selamat siang non." Seseorang berbaju biru muda itu tersenyum melihatku.
"Siang juga, kakak. Kakak siapa? dan apa maksud kedatangan kakak kesini?" Aku terheran-heran dengan apa sebenarnya tujuan dia datang kesini.
Dia menjawab pertanyaanku dengan sebuah anggukan, senyuman, dan jawabannya. "Saya Ando, alias Aliando Syarief. Aku ingin berkenalan denganmu, nona Prilly."Aku merasa badanku melayang-layang diatas awan putih yang empuk seempuk busa.
Kenapa dia mengenalku?
Kenapa dia tiba-tiba datang kepadaku?
Siapakah dia sebenarnya?
"Kakak tau darimana namaku? Sejak kapan kakak kenal diriku?" Aku bertanya seraya menggaruk-garukkan rambut di kepalaku yang sebenarnya tidak gatal untuk mengurangi rasa grogiku.
Dia kembali menyunggingkan senyum manisnya. "Apa kamu lupa dengan kakak?"
"Kakak?"
"Iya kak Ali! Masa kamu ga inget sih Prill?" Ali mengangkat sebelah alisnya seraya mengayunkan tangan kanannya untuk merangkul Prilly.
Prilly diam seribu bahasa. Matanya menerawang ke masa lalu, mengingat kembali sebuah memori yang masih tersimpan erat di kepalanya.
8 tahun yang lalu. Sore ini terlihat sepi, tak ada canda tawa diantara kedua insan yang tengah duduk diantara indahnya kedua pepohonan yang menyanyi dalam sendu, didepannya terdapat sebuah danau kecil yang terlihat bening oleh biasan sinar mentari senja. Keduanya terdiam membisu, burung-burung, pohon-pohon, semut-semut, dan ikan-ikan menjadi saksi bisu atas kepiluan yang menimpa mereka berdua.
"Kak Ali!" Prilly mengepalkan tangan kanannya keras-keras. Ali terkekeh melihat kelakuan Prilly yang terlihat sangatlah menggemaskan.
Ali mengangkat sebelah tangan kanannya seraya merangkul kepala Prilly agar dapat mengacak-acakkan rambut Prilly yang hitam, wangi nan lurus itu yang membuat gadis kecil seperti Prilly sangatlah menggemaskan. Dia mengacak-acakkan rambut Prilly kecil yang lurus. Prilly tertawa cekikikan bagai burung yang berkicau pada senja ini
Saat kebahagiaan direnggut, segalanya dapat lenyap seketika. Tetapi tidak dengan kenangan, semuanya pasti akan kembali lagi seperti awal. Entah kapan kisah yang kini terkenang akan kembali dikenang.
Sebuah uluran tangan yang panjang menarik Ali kecil yang sedang tersenyum terhadap Prilly kecil. Ali menepis tangan yang kini menggenggam tangannya itu.
"Bun! Entar dulu, Ali belum izin sama Prilly yang unyu ini."
Ali kembali menoleh kepada Prilly. Dia menatap tajam manik-manik bola mata Prilly yang indah. Disunggingkannya sebuah senyum manis nan indah.
Prilly yang polos dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi hanya melamun saja. Matanya melotot sedari tadi. Ali membelai rambut Prilly, dan juga punggung Prilly. Ali merongoh sesuatu dalam saku celana jeans nya. Dilirik kembali gadis kecil yang masih terlihat lugu. Dia menangis sejadi-jadinya, dipeluknya Prilly kecil, dan membisikkan sesuatu pada telinga Prilly.
"Maafkan kakak ya dede Prilly! Suatu hari nanti kakak pasti nemuin lagi Prilly. Prilly jangan lupain kakak ya!" Diberikannya sepucuk surat kepada gadis kecilnya itu. Prilly tertegun, dia menangis sejadi-jadinya.
Orang tua Ali, yang sedari tadi diam tak bergeming kini mulai membuka mulutnya. "Ali! Mari kita pergi sekarang juga!" Suara menyeru itu bagaikan petir yang menyambar ke relung hati Prilly kecil yang terdalam.
Mereka berbalik badan, lalu berjalan hingga kedua batang hidung itu benar-benar tidak terlihat lagi.
Gadis kecil yang kini menangis didepan danau itu semakin terisak. Ia pun mencoba membuka sepucuk surat itu yang didalamnya hanya ada secarik kertas berwarna ungu yang membias merah muda.
Dear Prilly,
Saat luka datang menyapa, entah karena pengkhianatan ataupun harap yang tak sesuai asa. Itu adalah pertanda, bahwa hati kita masih berfungsi nyata.
Jangan disesali 'mengapa luka sering menghampiri?', bisa jadi itu kasih sayang Illahi, dengan menguji kesabaran diri atau hadiah dari-Nya, bahwa jiwa ini akan mendapatkan suatu hal pengganti yang lebih baik.
Menjahit luka hati memang tak mudah, ada kalanya membiarkan diri apa adanya, sambil menanti waktu yang mengobati derita. Namun itu hanya menyempitkan keyakinan jiwa.
Di relung nurani kita, Tuhan senantiasa ada dimana dan kapan saja kita berada, dengan-Nya lah kecewa yang menyesakkan kan mengurai bersama keyakinan perlahan luka mulai tiada.
Semoga kamu paham apa yang aku maksud Prilly. Simpan surat ini sampai nanti aku menemui mu lagi, jangan sampai hilang ya! Nanti aku pasti akan menagih surat ini kembali sebagai bukti bahwa persahabatan kita dapat bertahan lama, walau jarak sudah tidak memungkinkan lagi.
Aku dipaksa menyelesaikan sekolah hingga menengah atas di Jepang. Maafkan aku, dede kecil yang manis. Aku tidak bisa membuatmu bahagia selama ini. Semoga kamu senang jika aku sedang tiada disisimu lagi.
Tangis Prilly semakin menyeruak bagai ombak laut yang sedang surut dengan terpaksanya. Dia mencoba tersenyum kembali. Namun naas, sulit sekali. Senja itu adalah senja terburuk yang telah ia alami bersamanya.
***
Badanku terasa bergetar hebat. Hati ku seakan berhenti berdetak
Aku kembali tertuju kepada lelaki dua tahun lebih tua darinya. Matanya berkaca-kaca. Disunggingkan senyum termanis yang aku miliki saat ini.
"Masih ingat kakak ‘kan?" Ando tersenyum. Ia merasa bahagia sekarang. Prilly mengajak Ando masuk kedalam rumahnya, lalu mempersilakannya duduk di sofa yang empuk.
Kini hati ku terasa meneduh. Semoga saja canda tawa yang dulu tertunda, kini dapat kembali dilukiskan.
Aku dan kak Ali atau kak Ando bercerita, bercanda ria satu sama lain. Kini rasa rindu yang terukir didalam hati lenyap seketika bagai ditelan angin yang berhembus kencang bertiup dari timur ke barat.
"Aku kangen Prilly. Sekarang Prilly udah gede ya, makin mbem aja sih Prill!" Godaan demi godaan Ali coba. Pipi Prilly merah merona, tawa Ali terdengar sangat renyah sekali.
"Apa sih kakak? Tengil amat! Kakak ga berbeda ya dari dulu." aku tersenyum geli saat kak Ali mengelitiki pinggangku.
"Oh iya kak, kakak belum ketemu Mama lho?! Yuk kita pergi ke kamar Mama." Aku menarik tangan kekarnya kak Ali, lalu kami berjalan menuju kamar Mama.
Aku membuka pintu kamar Mama. Disana terdapat Mama yang sedang duduk termenung. Kupanggil Mama, dia tidak juga menyahut.
"Mama.."
"Mama.."
"Mama.."
Tidak juga menyahut. Kini matanya tertuju pada kak Ali yang masih berada di dekat ambang pintu. Mam tertawa sendiri bagai orang yang sedang gangguan jiwa. Lama kelamaan Mama menangis sejadi-jadinya, lalu tertawa lagi.
Aku mulai panik. Sebenarnya Mama kenapa? Kenapa dia meronta-ronta tidak jelas?
"Aku hanya ingin meminta tumbal." mama berkata tatkala tubuhnya sudah mulai tidak berdaya. Sayup-sayup matanya tinggal beberapa mili meter lagi. Tubunya terkulai lemas diatas lantai kamarnya itu.
Kak Ali menatapku. Dia mengannguk pertanda memberikan sebuah kode. Dengan segera kak Ali berlari menuju Mama yang tidak sadarkan diri. Diangkatnya tubuh Mama, kemudian dibaringkannya Mama keatas kasur yang empuk.
Mama kenapa sih?
Kok tiba-tiba sikapnya berubah?
Jangan jangan..
-
-
-
Bersambung

Tag:

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas