Advertisement

Advertisement

Cerbung Aliando dan Prilly "Oh Imamku Yang Dingin" Part 14


Ali dan Verrel berdiri di depan meja kepala sekolah. Kepala mereka menunduk menatap meja. Ibu kepala sekolah menatap tajam pada kedua anak itu secara bergantian. Kedua tangan perempuan paruh baya itu saling menyatu dan menopang dagunya. Sorot matanya benar-benar tajam menatap Ali dan Verrel.
“Kenapa kalian berkelahi di sekolah? Apakah kalian tidak malu dengan usia kalian sekarang ini huh?” lontar pertanyaan ibu Kepala Sekolah akhirnya memecahkan keheningan suasana di ruangannya.
Kedua bibir kedua anak itu masih mengatup rapat. Tak ada yang mau menjawab pertanyaan dari perempuan paruh baya yang wibawa itu tadi. Sebenarnya Verrel sengaja tidak menjawab pertanyaan ibu Kepala Sekolah dulu sebelum Ali yang menjawabnya.
“Oh ternyata saya berbicara dengan tembok ya, pantas saja tidak ada yang menjawab.” Cibir ibu Kepala Sekolah seraya merubah posisi duduk dengan menyenderkan tubuhnya di kursi kebesarannya.
Mendengar itu Ali langsung berkutik. Dia jadi ingin mengatakan sesuatu pada ibu Kepsek. “Anu… ibu.” Akhirnya Ali mengeluarkan suaranya dan mulai berani menatap ibu Kepsek.
“Ya?”
“Sebelumnya maafkan saya karena sayalah yang lebih dulu memukul Verrel.” Ucap Ali dengan suara puraunya. Verrel menyunggingkan sebelah sudut bibirnya setelah mendengar ucapan Ali tadi.
“Kenapa kamu memukul Verrel? Ingat, kamu itu adalah ketua ROHIS, Ali. Kenapa kamu melakukan anarkis di sekolah?” tanya ibu Kepsek sambil menyilangkan tangannya.
“Ya saya tau Bu. Saya tidak bisa mengendalikan emosi tadi. saya benar-benar minta maaf.” Sahut Ali.
“Minta maaflah pada Verrel juga. Dia itu baru pindah dari Singapore, Ali. Seharusnya kamu bersikap ramah padanya bukan bersikap kasar seperti ini.” Nasehat ibu Kepsek belum tau apa yang sebenarnya terjadi. Ali kembali diam. Dia mengepal erat kedua tangannya. Dia benar-benar kesal sekali. Namun, dia tidak bisa menumpah kekesalannya karena untuk menjaga nama baik ROHIS. Dan ia pun tak bisa memberitahukan kejadian sebenarnya karena tidak mau melibatkan Prilly.
Verrel kembali menaikkan sebelah sudut bibirnya. Dia benar-benar puas mendegar percakapan mereka tadi.
“Ayo Ali, apakah harus Ibu yang menyuruhmu untuk meminta maaf pada Verrel?”
“Sudahlah Bu, itu juga bukan kesalahan Ali sepenuhnya. Dia memukulku karena aku telah menendang bola ke arah teman sekelas kami. Baju teman kami jadi kotor karena minuman yang tumpah gara-gara aku.” Ucap Verrel tiba-tiba. Ia tersenyum manis dibuat-buat.
“Oh kalau begitu sekarang kalian saling minta maaflah dan jangan mengulanginya lagi.”
“Baik Bu.” Ali dan Verrel menjawab serempak.
Kemudian Ali dan Verrel berbalik badan. Mereka sekarang saling berhadapan. Kedua mata mereka saling menatap sinis satu sama lain. Lalu Ali mengulurkan tangan kanannya pada Verrel dengan malas. “Gue minta maaf.” Verrel pun menerima uluran tangan Ali dengan malas juga. “Gue juga minta maaf.”
Keduanya pun akhirnya pergi dari ruangan Kepsek setelah diberi ijin dari ibu Kepsek.
***
Pintu terbuka, dan kedua bola mata Ali langsung membulat lebar saat mendapati seseorang berjilbab putih di depannya.
“Prilly?” kejutnya. Ali masih berdiri di ambang pintu sambil memegang knop pintu.
“Lo gak dihukum sama ibu kepala sekolah kan?” tanya Prilly sambil memaksa untuk tersenyum. Walaupun sebenarnya dia sangat khawatir.
“Tidak.” Jawab Ali.
“Oh ya lo gapapa kan Prill? Kok seragam lo udah bersih lagi?” tanya Ali sembari menautkan alisnya.
“Hm? Oh gue tadi udah ganti baju kok. Mang Ucep tadi ke sekolah nganterin seragam ganti gue hhe.” Sahut Prilly lembut.
Tiba-tiba pegangan tangan Ali pada knop pintu pun terlepas karena Verrel sengaja membuka lebar pintunya dengan kasar.
“Ada apa?” tanya Verrel so cool dan ia menoleh pada Prilly. Prilly pun reflex menoleh padanya. kedua mata Verrel dan Prilly saling bertemu. Ali menyadari keadaan dan dia langsung menutup pintu ruang kepsek dengan mendorong Verrel yang masih berdiri di antara ambang pintu.
“Hey biasa saja! Gak usah mendorong gue!” seru Verrel.
“Sorry.” Jawab Ali datar.
“Oh ya Li, pantas saja lo marah dan langsung memukul gue, ternyata cewek ini adalah pacar lo ya?”
“Apa? Tidak!” Prilly langsung melotot.
“Lo salah. Dia bukan pacar gue, dia hanya teman biasa.” Sahut Ali datar.
“Oh ya? Terus kenapa lo begitu dekat dengan cewek ini?” Verrel mulai membuat suasana memanas lagi. Ali berjalan mendekati mantan sahabatnya itu.
“Lo gak tau apa-apa. Lo baru pindah ke sini. Jadi, jangan pernah berani buat masalah lagi di sekolah ini mengerti? Kalau tidak gue akan menghajar lo lagi.” Bisik Ali dengan nada penuh ancaman.
“Lo mengancam gue? gue gak takut. Asal lo tau Li, gue gak akan pernah berhenti mengganggu kehidupan lo dengan cewek ini sebelum lo jadian sama Roxella. Dan gue dengar Rudi juga sekarang sekolah di sini dan dia juga tidak suka dengan lo yang sekarang ini. Jadi, gue bisa bekerja sama dengannya untuk mengusik kehidupan lo.” Balas Verrel dengan cara membisik juga.
“Lo sudah berkhianat pada kami berdua. Lo sudah menghancurkan kami berdua di masa lalu. lo yang membuat gue dibuang ke Singapore. Gara-gara lo, gue dibenci oleh semua orang yang dulu menyayangi gue. lo tunggu saja pembalasan gue! impian lo yang bodoh itu tidak akan pernah terjadi selama gue masih ada di dunia ini!” balas Verrel lagi yang sepertinya adalah pesan terakhir darinya untuk Ali. Pria jangkung itu pun pergi meninggalkan Ali dan Prilly yang masih berdiri mematung dengan kebingungannya karena melihat argument rahasia Ali dan Verrel tadi. .
Setelah Verrel pergi, Prilly langsung menoleh pada Ali dan menghampirinya. “Apa yang terjadi? Apa yang dia katakan tadi?” tanya Prilly khawatir. “Bukan urusan lo.” Jawab Ali singkat. Ia masih belum berani menatap Prilly yang berdiri di sampingnya. “Gue cuman takut terjadi sesuatu sama lo Li.” batin Prilly menunduk.
“Untuk apa lo kemari?” tanya Ali kembali ketus.
“Gue pengen bilang sama lo, lebih baik kita kayak dulu lagi. Kita pura-pura belum kenal seperti dulu lagi. Lo menjadi dingin lagi ke gue. dan nanti gue juga akan pindah ke bangku lain kok. Jadi, lo gak akan sebangku lagi sama gue.” sahut Prilly berusaha memperlihatkan senyum manisnya.
“Apa maksud lo? Kenapa lo tiba-tiba ngomong kayak gitu?” tanya Ali lagi bingung.
“Entah kenapa gue merasa kalau gue dekat sama lo, sesuatu yang buruk akan terjadi menimpa lo Li. Jadi, lebih baik kita tidak sedekat seperti ini lagi. Gue gak enak sama lo.” Sahut Prilly menunduk.
Ali diam tak bergeming.
“Lo pasti gak ngerti maksud gue apa Li. Tapi, gue minta dari diri kita masing-masing untuk membenah diri kita jadi lebih baik lagi.” Batin Prilly.
“Li?”
Ali mendongak menatap Prilly.
“Jujur saja gue senang sekali bisa kenal sama lo. Sebenarnya gue pengen kita jadi sahabatan agar lebih akrab lagi, tapi …”
Ali menaikan sebelah alisnya ke atas. Menunggu lanjutan perkataan Prilly tadi.
“Ah sudahlah, lupakan. Gue ke kelas dulu saja. Assalamu’alaikum.” Dan akhirnya setelah memberikan senyumnya pada Ali, Prilly pun pergi meninggalkan Ali sendirian di depan ruang Kepsek.
Bersambung…

Tag:

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertisement

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 Cerbung Romantis. Template oleh Naskah Drama. ke Atas