"Jadi kau sudah puas dengan semuanya?"
"Setelah kau menghancurkan harga diriku didepan Aliando"
"... dan sekarang kau memintaku untuk mengambil semua hartanya?"
"Kau benar-benar pria biadab!"
Salsha tak habis fikir dengan pria dihadapannya. Jika ada orang yang pantas disebut sebagai iblis, mungkin pria ini masuk kedalam kategori tersebut. Ia juga tak habis fikir bisa mencintai pria didepannya dan parahnya ia mau saja menuruti semua perintah dari pria dihadapannya. Dan saat ini pria itu masih saja menginginkan sesuatu dari Aliando setelah membuatnya menjadi wanita 'jalang' dihadapan Aliando.
"Kau mencintai ku bukan?"
"Tapi bukan seperti ini!" Salsha dengan cepat menepis ucapan pria didepannya.
"Lalu?" Karel menaikan sebelah alisnya, menatap Salsha dengan tatapan mengintimidasi. Dan Salsha tak suka dengan tatapan yang diberikan Karel kepadanya.
"Aku menyesal sudah mencintai mu" lirih Salsha menundukan kepalanya dalam.
"Kau bahkan menyuruhku untuk berpura-pura mengandung anak mu dan berkata bahwa aku sudah melakukannya dengan mu—"
"Sebenarnya apa yang kau inginkan dari Aliando?" Tanya Salsha sarkastis.
"Kau ingin membuat Aliando depresi dan setelah itu dengan mudahnya kau bisa merebut saham perusahaannya disaat pikiran Aliando lemah? Begitu mau mu?" Karel menjentikan jarinya didepan wajah Salsha. Pria itu tersenyum devil, sementara Salsha hanya membuang muka. Tak percaya dengan sifat Karel yang tidak bisa dibilang sebagai manusia normal.
"Bingo! Ternyata tidak sia-sia juga aku memiliki orang yang mencintai ku seperti dirimu. Kau bahkan mempunyai otak yang sangat pintar, mudah menebak rencana ku—" Karel kembali mempersempit jarak keduanya. Sehingga menyebabkan punggung belakang Salsha terpentok dinding.
"Untuk menghancurkan hidup Aliando" Gumam Karel tepat disamping telinga Salsha. Salsha memejamkan matanya dengan erat. Dalam hatinya terselip rasa bersalah pada calon kekasihnya—Aliando— karena tindakannya yang sudah membohonginya.
Salsha membuka matanya dan tak melihat keberadaan Karel di apartemennya. Sepertinya pria itu sudah pergi dari sini, dan mungkin pria itu menghabiskan waktunya di club. Ah yasudahlah! Toh itu bukan urusannya. Yang saat ini ia fikirkan bagaimana caranya agar menggagalkan rencana Karel untuk menghancurkan Aliando. Walaupun sepenuhnya Salsha yakin, bahwa Salsha tidak mungkin bisa membantu Aliando untuk menggagalkan rencana Karel. Karena ia tahu Karel seperti apa. Pria itu bahkan lebih dari diantara orang yang kejam didunia.
Sebenarnya Salsha bisa saja menolak perintah Karel. Namun karena satu hal yang membuatnya terpaksa menuruti kemauan Karel. Pria itu mengancam akan membuat perusahaan ayahnya yang selama ini dibangun akan bangkrut drastis. Karena pria itu memiliki sebuah berkas yang sangat penting dalam perusahaan ayahnya. Dan jika saja Karel menyerahkan berkas itu pada kantor polisi, maka hancurlah sudah perusahaan yang satu-satunya dimiliki keluarganya. Dan Salsha tidak ingin menjadi gelandangan diluar sana.
——oOo——
"Prilly, ada yang menitipkan ini untukmu"
Prilly yang baru saja keluar dari toilet, mengernyitkan keningnya ketika mendengar ucapan rekan kerjanya—Karin. Gadis berambut sebahu itu menyerahkan setangkai bunga mawar merah segar serta sepucuk kertas yang dibungkus surat bermotif 'Love'.
"Dari siapa?" Tanya Prilly sekaligus mengambil mawar serta surat dari tangan Gritte.
Gritte mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak tahu siapa namanya. Yang jelas dia seorang pria yang sangat tampan" mengingat itu Gritte tersenyum saat seorang pemuda berperawakan tinggi masuk kedalam kafenya dan memberikannya mawar serta surat. Sayangnya, itu bukan untuknya. Melainkan untuk sahabatnya—Prilly.
"Sekarang dimana dia?" Prilly mengedarkan pandangannya hingga penjuru ruangan. Namun sayang, orang yang dicarinya tidak ada disini.
"Beberapa menit sebelum kau keluar dari toliet, pria itu sudah pergi"
Prilly hanya mengangguk-anggukan kepalanya seraya ber 'O' ria. Kakinya menjauh dari keberadaan Gritte. Lantas tangannya bergerak membuka surat itu, namun sebelumnya ia menghirup mawar merahnya.
'Terimakasih karena sudah mengobati luka ku. Ku rasa luka ku cukup membaik berkat mu. Aku sudah menyiapakan sedikit uang untukmu. Tunggu! Jangan berfikiran macam-macam tentang ku. Ini hanya sebagai balasan karena kau sudah menolongku. Jika kau mau menerima pemberianku, datanglah ke kantor perusahaanku 'Blight's Corp'. Dengan senang hati perusaahanku akan menerima kedatangan mu.'
Prilly tersenyum simpul setelah selesai membaca isi dari surat yang dipegangnya. Walaupun tak ada nama keterangan didalam surat itu, namun dengan cepat Prilly dapat menangkap siapa yang sudah mengiriminya ini. Siapa lagi jika bukan pria yang beberapa jam lalu ditemuinya. Pria yang menuduhnya seorang pemerkosa—Aliando.
"Prilly, apa kau bisa membantuku?" Teriakan Gritte membuat lamunannya terbuyar. Prilly segera meletakan mawar serta surat itu diatas meja, setelah itu menghampiri Gritte yang sepertinya kewalahan dalam menghadapi pelanggan.
——oOo——
Saat ini Salsha berniat memberikan kotak bekal yang sudah dibuatnya untuk Aliando. Ini salah satu kegiatan yang selalu Salsha lakukan saat hubungan keduanya masih berstatus 'Sepasang Kekasih'. Bisa ditebak, bahwa kali ini Salsha membuatkan seporsi nasi goreng, makanan kesukaan Aliando. Dan ini bukan salah satu dari rencananya untuk menghancurkan Aliando dengan memasukan racun kedalam makannya. Salsha melakukan ini sebagai permintaan maafnya atas yang sudah dilakukannya—walaupun pria itu sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tangan Salsha menggapai daun pintu ruangan bertuliskan 'Directur Room', sebelum itu ia berpapasan dengan sang sekretaris yang juga mengenalnya karena dulu Salsha sering datang ke kantor Aliando. Setelah menginjakan kakinya diruangan yang berdominan serba hitam-putih, Salsha melihat Aliando yang tengah sibuk menatap layar laptopnya. Sama seperti dulu, pria itu selalu tak menyadari kedatangan seseorang ke ruanganya disaat dirinya sudah berkutat dengan laptopnya.
"Selamat siang" ucapan Salsha yang tiba-tiba membuat Aliando hampir saja terjengkang dari kursinya. Ia menatap Salsha yang berdiri tak jauh dari meja kerjanya.
"Ma-maaf. Apa ucapanku mengagetkan mu?" Salsha terlihat menyesal dengan tindakannya. Seharusnya ia memberikan kode atau mengetuk pintu terlebih dahulu, sebelum mengucapkan sesuatu secara tiba-tiba yang membuat pria itu kaget.
"Tidak. Ada a-apa kau datang kemari?" tanya Aliando yang beranjak berdiri lalu mempersilahkan Salsha agar duduk di sofa dekat kaca transparan ruangannya dan ikut duduk disebrang Salsha.
"Pertanyaanmu seperti tak menyukai kedatanganku. Apa kau berniat mengusirku?" Salsha menyipitkan kedua matanya.
"Kau bahkan tak menyadari bahwa saat ini aku sedang gugup setengah mati karena kedatangan mu. Kau salah perkiraan, aku sangat senang kau datang menemuiku"
Salsha tersenyum simpul, "Aku membuatkan makanan kesukaan mu"
"Bukankah ini sudah masuk kedalam jam makan siang?" Tambahnya yang langsung mendapatkan anggukan dari Aliando.
"Bagaimana?" Tanya Salsha sedikit was-was saat suapan pertama masuk kedalam mulut Aliando. Beberapa detik Aliando terdiam, merasakan bagaimana rasa makanan Salsha. Dan itu membuat Salsha gemas dengan tingkah Aliando yang membuatnya penasaran.
"Seperti biasanya. Makanan mu selalu enak dilidah ku" Aliando tersenyum lebar yang membuat deretan gigi rapihnya terekspos sempurna. Salsha baru bernafas lega setelah mendengar ucapan Aliando. Syukurlah, ternyata kemampuannya dalam memasak tidak terlalu buruk.
"Apa kau yakin hanya ingin mengantarkan makanan ini untukku?" Salsha menoleh ke arah Aliando. Ia tahu apa yang dimaksud dari pertanyaan Aliando. Dengan mantap ia menganggukan kepalanya, dan itu membuat perubahan wajah Aliando menjadi lusuh.
"Bagaimana kondisi kehamilanmu?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Aliando. Dengan gelagapan Salsha menjawab.
"Dokter bilang kandunganku baik-baik saja. Bahkan janin nya akan tumbuh dengan sehat"
"Kau beruntung akan memiliki anak. Dan lebih beruntung lagi jika aku adalah ayah dari anak yang berada didalam perut mu itu" Aliando sedikit terkekeh lalu kembali memasukan sesendok nasi kedalam mulutnya.
Mendengar itu Salsha hanya menggigit bibir bawahya. Ingin sekali Salsha berteriak bahwa saat ini ia tidak mengandung anak Karel, dan tidak mengandung anak siapapun. Karena sebenarnya Salsha tidak hamil. Ini semua karena kesalahannya dan tentu saja Karel—sahabat Aliando.
"Ada apa dengan wajahmu? Kau berkelahi?" Tanya Salsha langsung ketika menyadari ada rona biru diwajah Aliando. Aliando hanya menganggukan kepalanya tanpa menatap wajah Salsha.
Salsha yang khawatir langsung beralih, yang kini sudah duduk disamping Aliando. "Biar ku lihat" Aliando yang sedikit kaget dengan tindakan Salsha yang tiba-tiba saja memegang wajahnya sehingga wajah keduanya saling berhadapan.
"Jangan bilang kau berkelahi dengan Karel?" Salsha masih pada posisinya. Bahkan jarak keduanya bisa dibilang sangat dekat.
Sadar akan tatapan Aliando berbeda, Salsha menelan ludahnya disaat bersamaan sentuhan material lembut menabrak bibirnya. Salsha merasakan bahwa saat ini sesuatu menggelitiki permukan bibirnya. Dan ia bisa menebak bahwa Aliando tengah menciumnya. Pria itu lebih dulu memejamkan matanya dan kemudian disusul oleh Salsha. Salsha terhanyut dalam permainan yang diberikan Aliando kepadanya. Hingga saat suara pintu terbuka, ciuman mereka terhenti.
"Kau berselingkuh darinya!" Teriakan heboh itu membuat Aliando dan Salsha sama-sama beranjak berdiri. Aliando tampak mendesah dengan kedatangan Iqbaal yang sudah menghancurkan momen indahnya#aposeh-,- sementara Salsha hanya menunduk malu, sepertinya gadis itu sedang speechlees.
"Kau bermain api dibelakang gadis itu"
"Bermain apa? Gadis itu?" Salsha mengernyitkan kening nya dan menatap Aliando dan Iqbaal secara bergantian. Berusaha meminta penjelasan dari salah satu mereka berdua.
"Kau memiliki kekasih?" Dalam hatinya Salsha berdoa agar pertanyaannya dibalas gelengan atau ucapan semacam 'Tidak, aku tidak memiliki kekasih'. Namun sayang, hati nya langsung mencelos ketika sebuah jawaban yang tak diinginkannya. Terlebih bukan Aliando yang menjawab, melainkan Iqbaal.
"Ya, tentu saja dia sudah memiliki kekasih setelah mengetahui kau mengandung anak dari pria lain." Ceplos Iqbaal. Ck, pria ini memang tak pernah menyaring ucapannya terlebih dahulu.
"Ada apa kau ke ruangan ku? Sudahlah, jika tak penting, sebaiknya kau keluar" usir Aliando yang juga risih dengan ucapan Iqbaal tadi.
"Aku akan memberitahu ini pada kekasihmu" tekad Iqbaal yang langsung keluar dari ruangan Aliando.
Aliando menggelengkan kepalanya dan langsung memandang Salsha yang masih beridiri mematung. Tangannya bergerak memegang pundak Salsha yang membuat gadis itu sedikit berjingkat.
"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Aliando.
Salsha menggeleng pelan. "Aku hampir lupa bahwa saat ini aku memiliki janji dengan temanku. Ak-aku pergi dulu" gugup Salsha. Entah mengapa hatinya terasa perih saat mendengar bahwa Aliando memiliki 'kekasih' lagi. Ternyata perkirannya bahwa Aliando masih mencintai nya itu salah. Buktinya saat ini sudah ada wanita lain yang masuk kedalam hati pria itu. Dan soal ciuman tadi? Mungkin itu sebagai tanda perpisahan yang diberikan Aliando untuknya.
"Ku harap kau bisa merasakan cinta sejati dengan kekasihmu itu" setelah ucapannya, Salsha keluar dari ruangan Aliando dan meninggalkan Aliando yang masih bingung dengan sikap Salsha yang tiba-tiba berubah.
——oOo——
"Dasar wanita miskin!"
Prilly langsung mempercepat langkahan kakinya ketika mendengar sebuah teriakan pria dari dalam rumahnya. Dilihat segerombolan pria berpenampilan brandalan sedang memukuli ibunya. Tak terima melihat perlakuan kasar terhadap ibunya, Prilly langsung berteriak seraya menghampiri ibunya.
"Ya! Jangan berani menyentuh ibuku lagi!"
"Hanya pria pengecut yang bisa memukul wanita!" Suara Prilly semakin meninggi.
"Sudahlah. Sebaiknya kau lunasi hutang-hutang ayahmu sekarang juga" Pria dengan rambut gondrong itu membentak keras.
"Saat ini aku tak memiliki uang untuk membayarnya"
"Ck, seharusnya aku tak meminjamkan uangku pada orang miskin seperti kalian."
"Ku beri waktu dalam dua hari ini untuk membayar semua hutang ayahmu. Jika tidak, aku akan mengusir kalian berdua dari rumah ini."
"...bahkan rumah ini tidak sepadan dengan hutang ayahmu" Segerombolan pria itu langsung pergi. Sebelum itu salah satu dari mereka menendang kursi dengan sangat keras yang membuat Prilly memejamkan matanya, kesal dengan perlakuan mereka yang tidak sopan.
"Ibu baik-baik saja?" Prilly beralih pada sosok wanita paruh baya yang berada didalam pelukannya. Wanita itu mengangguk lemas.
"Sebaiknya ibu istirahat dikamar. Aku akan membelikan ibu makanan. Tunggu disini" Prilly merebahkan tubuh Ibunya diranjang—tidak, benda ini tidak pantas disebut ranjang. Lihatlah, alasnya saja terbuat dari kayu dan ditindih oleh tikar.
"Hati-hati" Ucapan parau ibunya membuat Prilly membalikan badannya ketika sudah berada diambang pintu kamar. Gadis itu hanya tersenyum menatap sendu ibunya dan kembali berjalan keluar dari rumahnya.
——oOo——
Setelah membeli makanan untuk ibunya, disepanjang perjalanan menuju rumahnya, pandangan Prilly terlihat kosong. Gadis itu tengah menimang-nimang dengan tawaran Aliando siang tadi—yang diberikannya lewat sebuah surat. Dalam hatinya terselip untuk menolak tawaran pria itu, namun kondisinya memaksanya untuk menerima tawaran Aliando yang berupa pemberian uang.
Mengingat ancaman debkolektor itu agar cepat melunasi hutangnya dalam dua hari, sangat mustahil untuk Prilly lunasi semuanya. Prilly tak mungkin bisa mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu yang sangat singkat. Tidak terpikir sama sekali jika dirinya akan menjual diri seperti para jalang diluar sana. Dan satu-satu nya cara yang bisa membantunya adalah menerima tawaran Aliando.
Prilly menyebrang jalan tanpa melihat bahwa ada sebuah truk yang akan melintas ke arahnya. Barulah saat suara klakson mobil itu terdengar, Prilly sadar bahwa dirinya sedang berada dalam masalah. Suaranya tertahan, bahkan kakinya tak mampu untuk digerakan. Semua anggota tubuhnya mendadak kaku untuk digerakan.
"Aaa—"
'Braakk'
"Aarrgghhhh..."
-
-
-
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar